Kerajaan Mataram Kuno merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang ada di Indonesia. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada abad ke-8. Awalnya, Kerajaan Mataram Kuno terletak di Bhumi Mataram (Yogyakarta) dan Jawa Tengah, namun kemudian bergeser ke Jawa Timur. Kerajaan ini juga sering dinamakan sebagai Kerajaan Mataram Hindu untuk membedakan dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri di abad ke-16 Masehi.
Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Ketika berada di sekitar atau wilayah Mataram (kini Yogyakarta), kerajaan ini diperintah wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra. Lalu ketika pindah ke Jawa Timur, Kerajaan Medang, sebutan lain Kerajaan Mataram Kuno, diperintah wangsa Isyana.
Wangsa Sanjaya memeluk agama Hindu. Ketika kepemimpinan beralih ke Wangsa Syailendra yang menganut agama Budha, ajaran Hindu tetap lestari. Para penganut agama Hindu berada di Jawa bagian tengah dan utara dan penganut Budha ada di Jawa bagian tengah dan selatan.
Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Letak, Masa Kejayaan, Raja dan Peninggalan Kerajaan
Kerajaan Mataram Kuno sangat terkenal dengan toleransi beragama yang sangat kuat. Walaupun rakyatnya tidak menganut satu agama namun dua agama berbeda, mereka dapat bekerja sama dengan melakukan pembangunan Candi dan lain-lain. Toleransi ini diajarkan oleh para pemimpinnya.
Dua kepemimpinan ini melahirkan banyak karya yang kental dengan ajaran agama Hindu dan Budha. Untuk ajaran Hindu, dibangun Candi Prambanan sebagai yang terbesar di Indonesia. Sementara untuk ajaran Budha, dibangun Candi Borobudur sebagai yang terbesar di dunia.
Dua candi dengan arsitektur dan karya seni luar biasa ini sudah ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia. Baik wisatawan maupun penganut agama Hindu dan Budha menjadikan dua candi tersebut sebagai salah satu tujuan, baik untuk mengenang sejarah maupun upacara keagamaan.
Raja Kerajaan Mataram Kuno
Kepemimpinan dalam Kerajaan Mataram Kuno berjalan dalam tiga wangsa, mulai dari Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isyana. Pada kepemimpinan Raja Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno berkuasa, hingga wilayah kekuasan terus bertambah luas.
Namun terjadi sebuah masalah ketika Rakai Panangkaran, anak dari Raja Sanjaya meninggal. Kerajaan Mataram Kuno sempat terbelah dua bagian, yakni Dinasti Sanjaya memerintah kerajaan beraliran agama Hindu di Jawa Tengah bagian uutara, serta Dinasi Syailendra memerintah kerajaan alirian agama Budha di Jawa Tengah bagian selatan.
Baca juga: Kerajaan Tarumanegara: Masa Kejayaan, Raja dan Peninggalannya
Kemudian Kerajaan Mataram Kuno kembali bersatu, terutama ketika wangsa Sanjaya kembali memimpin. Rakai Pikatan didapuk sebagai raja, setelah menikah dengan anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani. Rakai Pikatan menyingkirkan saudara Pramodawardhani, dari wangsa Syailendra, yang kemuudian pergi ke kerajaan Sriwijaya yang ada di Sumatera.
Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang terbagi menjadi dua bagian. Yaitu periode Jawa Tengah dan periode Jawa Timur. Raja-Raja selama periode Jawa Tengah antara lain :
Sri Sanjaya (732-760)
Rakai Panangkaran (760-780)
Rakai Panunggalan (780-800)
Rakai Warak atau Samaragrawira (800-819)
Rakai Garung atau Samaratungga (819-838)
Rakai Pikatan (838-850)
Rakai Kayuwangi (856-880)
Sri Jayakirtivardhana (880-885)
Rake Panumwangan (885-887)
Rake Gurungwangi (887-890)
Rakai Watuhumalang (890-898)
Rakai Galuh (898-910)
Rakyryan Mahapatih Daksottama (910-919)
Rakai Layang (919-924)
Rakai Sumba (924-929)
Setelah Rakai Sumba turun tahta, terjadi kekacauan di ibukota Mataram akibat letusan gunung Merapi. Sehingga penggantinya, Mpu Sindok memindahkan pusat kekuasaannya ke Jawa Timur dan mendirikan Wangsa Isana menggantikan Syailendra. Raja-raja periode Jawa Timur adalah :
Mpu Sindok atau Sri Maharaja Isana Vikramadharmottunggadeva (924-947)
Sri Isana Tunggavijaya (947-985)
Sri Makutamsa Vardhana (985-990)
Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh (990-1016)
Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno
Pada dasarnya, Kerajaan Mataram Kuno tidak memiliki raja atau masa tertentu yang merupakan masa kejayaannya. Masa-masa kekuasaan Mataram Kuno di Jawa jarang terlibat konflik diluar konflik internalnya dengan keturunan Sriwijaya. Sehingga kerajaan terus berkembang sepanjang waktu. Meskipun begitu, raja-raja yang memiliki pencapaian besar ketika berkuasa adalah sebagai berikut:
Baca juga: Kerajaan Kutai: Masa Kejayaan, Silsilah Raja dan Peninggalan
Sanjaya sebagai pemimpin pertama Mataram Kuno membangun pondasi kerajaan yang mampu menerima berbagai kalangan agama. Hal ini nantinya terlihat dengan adanya dua wangsa yang berbeda agama. Syailendra beragama Buddha, Sanjaya beragama Hindu. Masih ada pula aliran campuran lainnya yang eksis di lingkungan kerajaan.
Rakai Panangkaran mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya, dan melanjutkan iklim toleransi antar agama yang baik. Ia membuat pemukiman khusus penduduk beragama tertentu sehingga menghindarkan konflik. Ia juga memulai pembangunan komplek besar Candi Borobudur dan Candi Sewu yang bercorak Budha.
Rakai Pikatan merupakan penerus tahta dari wangsa Sanjaya, ia berhasil mengalahkan kandidat dari wangsa Syailendra yaitu Balaputradewa. Rakai Pikatan memulai pembangunan komplek percandian Hindu terbesar yaitu Candi Prambanan. Pada masa ini konflik yang berlangsung sampai ratusan tahun kemudian dengan Sriwijaya dimulai.
Dyah Balitung yang berkuasa dari 898-910 M dianggap sebagai raja yang berhasil dalam hal ekspansi kekuasaan. Ia menguasai banyak wilayah di timur dan menguasai jalur perdagangan melalui Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Dua aliran sungai yang kemudian menjadi pilihan ketika Mpu Sindok memindahkan kekuasaannya ke timur, sekitar wilayah Jombang.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno disebabkan oleh memuncaknya konflik antara Mataram dan Sriwijaya. Dharmawangsa Teguh melancarkan serangan melalui laut ke Palembang. Namun Raja Sriwijaya, Sri Cudamaniwarman meminta bantuan Cina sehingga serangan tersebut dapat digagalkan setelah enam belas tahun berperang (990-1006). Sriwijaya membalas serangan tersebut pada tahun 1016-1017, ketika seorang tokoh bernama Haji Wurawari melancarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Dharmawangsa. Kerajaan Mataram atau Medang hancur, salah satu anggota Wangsa Isana yaitu Airlangga membawa seluruh pengikutnya dan mendirikan kerajaan Kahuripan yang terletak di tepi sungai Brantas.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Sumber sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno berasal dari prasasti dan candi. Prasasti yang ditemukan adalah Prasasti Canggal yang ditemukan di Candi Gunung Wukir, tepatnya kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
Prasasti Canggal ditulis menggunakan bahasa Sanskerta pada tahun 732 Masehi. Prasasti tersebut dibuat Raja Sanjaya untuk memperingati pendirian lingga di atas Bukit Sthirangga.
Ada pula Prasasti Kalasan yang dibuat tahun 778 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Desa Kalasan, Sleman. Prasasti dibuat menggunakan bahasa Sanskerta, namun hurufnya merupakan Pranagari, berbeda dari Prasasti Canggal yang ditulis menggunakan huruf Palawa.
Sementara untuk Candi, Kerajaan Mataram Kuno membuat Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Sewu, Candi Mendut, Cando Semar, hingga Candi Srikandi. Candi-candi ini menjadi bukti bahwa era Kerajaan Mataram Kuno menghadirkan arsitektur dan karya seni yang luar biasa.
Credits Photo: voi.id