Setiap perusahaan memiliki aturan dan budaya kerja masing-masing. Namun, di luar peraturan dan budaya kerja yang baku tersebut, terdapat beberapa aturan tidak tertulis yang mengandalkan insting khusus dan sensitivitas Anda untuk menyikapinya.
Sedapat mungkin Anda harus memahami situasi yang terjadi agar bisa menyikapinya dengan tepat. Jika tidak, Anda akan terjebak dalam anggapan miring, bahwa Anda tidak memiliki etika yang baik. Situasi seperti apa saja yang membutuhkan insting khusus itu? Bagaimana etika yang tepat untuk menyikapinya?
1. Siapa yang harus tiba lebih awal?
Hampir semua perusahaan memiliki aturan jam masuk dan pulang kerja. Namun ada peraturan tak tertulis, sebaiknya karyawan sudah siap bekerja di meja masing-masing ketika bos datang. Bahkan meski bos Anda termasuk tipe yang santai dan mengizinkan anak buahnya datang belakangan setelah dirinya. Keterlambatan Anda yang "berpola" akan menjadi bahan penilaian dalam mengukur kinerja dan perilaku kerja Anda.
2. Apakah saya boleh pulang duluan?
Meski jam kerja telah usai, situasi kantor yang tensi kesibukannya masih tinggi membuat banyak orang tak enak hati pulang tepat waktu. Apalagi jika Anda pegawai baru. Kalau ingin membuat citra baik dalam komitmen dan etika bekerja, tentu sebaiknya tidak pulang mendahului atasan.
Namun bagaimana ceritanya jika si bos lembur hingga larut malam, sementara tak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan? Haruskah menunggu hingga si bos pulang? “Jika jam kerja sudah selesai dan si bos masih bekerja lembur, Anda harus berpamitan saat meninggalkannya, agar dia tahu Anda sudah pulang dan tidak mencari-cari Anda lagi,”
Jika memungkinkan, tawarkan bantuan, apakah ada pekerjaan yang bisa Anda bantu kerjakan?”. Jika si bos mengizinkan, Anda bisa pulang tanpa perasaan waswas.
3. Bolehkah mengangkat panggilan telepon pribadi selama kerja?
"Telepon pribadi boleh diangkat di meja kerja jika Anda punya ruangan sendiri,"
"Di kubikel di mana Anda berbagi ruangan dengan orang lain, pembicaraan telepon pribadi bisa mengganggu rekan kerja. Tak hanya mengganggu waktu bekerja Anda sendiri, tetapi konsentrasi rekan kerja Anda juga. Meski di sisi lain, beberapa panggilan telepon pribadi tak bisa dihindari dan sering kali memberikan energi untuk performa kerja yang lebih baik,"
Bagaimana menyiasatinya, Anda mencari ruangan atau tempat sepi saat menerima telepon pribadi. Selain itu, ingat waktu. Jangan menelepon berlama-lama hingga mengabaikan pekerjaan.
4. Bolehkah mengoreksi kesalahan atasan?
Situasi ini terkadang membingungkan. Sebab tak semua atasan bisa menerima kritik dan masukan dari bawahan tanpa merasa gengsi. Namun bukan berarti Anda harus menutup mata atas kesalahan sang atasan. Terkadang mereka melakukannya tanpa sengaja. Ada trik untuk mengoreksinya.
"Situasi ini sangat bergantung pada kesalahan yang dibuat, bagaimana kualitas hubungan antara pekerja dan atasan, juga sensitivitas pada momen itu,”
"Jika hanya kesalahan kecil, sebaiknya tak usah dihiraukan. Namun jika kesalahan itu dilakukan dalam situasi penting (seperti rapat atau presentasi), saya merekomendasikan Anda memberikan kertas catatan kecil untuk mengoreksi atasan secara diam-diam,"
5. Bolehkah berteman dengan atasan di jejaring sosial?
Saat menemukan akun atasan di jejaring sosial, siapa yang harus mengajukan pertemanan lebih dahulu? Menunggu di-follow atau follow lebih dulu?
“Biarkan si bos melakukan tindakan lebih dahulu ketika Anda bertemu dengannya di jejaring sosial. Beberapa orang cenderung ‘menjaga’ akun media sosial mereka hanya untuk kehidupan pribadi dan menggunakan LinkedIn untuk hubungan bisnis,”
“Jika bos Anda mengirim permintaan pertemanan dan Anda nyaman menerimanya, terima saja. Hanya saja, pastikan untuk menyesuaikan pengaturan privasi di akun Anda dan sembunyikan gambar atau video yang dapat membuat Anda terlihat tidak profesional,”