Jika kita melempar bola, bola tersebut pasti jatuh bukan? Hal tersebut belum tentu terjadi dalam ruang angkasa, di mana satelit buatan (seperti satelit televisi) dapat tetap berada di sekitar planet Bumi, dikunci oleh kecepatan yang membantunya mengalahkan gaya tarik gravitasi.
Meskipun beberapa satelit tertarik gravitasi sehingga menyebabkan satelit mulai jatuh ke Bumi, tapi sebagian besar satelit telah melayang di luar angkasa sana selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.
Jadi, bagaimana satelit-satelit tersebut bisa mengorbit Bumi tanpa tertarik gravitasi Bumi? Satelit buatan di luncurkan ke luar angkasa dengan menggunakan roket. Roket harus terbang sekitar 100 sampai 200 kilometer di atas permukaan bumi untuk keluar dari atmosfer Bumi. Setelah di ketinggian yang di tentukan, roket mulai bergerak ke samping dengan kecepatan hingga 18.000 mil per jam.
Selanjutnya roket akan mulai mati dan melepaskan muatannya, satelit buatan, yang telah memiliki kecepatan yang telah di ukur sebelumnya untuk mengorbit di Bumi. Dengan kecepatan satelit yang berasal dari tenaga roket tersebut, satelit memiliki cukup kecepatan untuk tetap berada di sekitar Bumi mengorbit planet tersebut.
Pada ketinggian seperti itu, atmosfir juga sudah cukup tipis sehingga satelit tidak akan terbakar. Namun jika satelit tersebut turun, tertarik gravitasi Bumi, atmosfir disana akan cukup tebal sehingga dapat terjadi gesekan yang dapat menyebabkan kerusakan pada satelit (terbakar).
Kebanyakan satelit dilepaskan pada jarak hingga 2.000 km di atas permukaan bumi. Satelit yang mengorbit terlalu rendah biasanya tidak akan bertahan lama, mungkin hanya dapat bertahan beberapa bulan atau bahkan minggu saja. Mereka mengalami gesekan dengan atmosfir Bumi dan mengalami kerusakan. Tetapi jika menggunakan ketinggian minimal 600 km di mana angka tersebut adalah standar ketinggian untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional, satelit bisa bertahan hingga satu dekade.
Satelit pertama diluncurkan oleh Uni Soviet (sekarang Russia) pada akhir tahun 1957. Sputnik 1, nama satelit tersebut, menjadi ikon modernitas sekaligus memaksa AS (saingannya pada masa itu) untuk lebih mempercepat rencana eksplorasi luar angkasa. Hanya beberapa bulan setelah Sputnik di luncurkan, Amerika meluncurkan satelit Explorer 1. Akhirnya dalam satu dekade saja sudah ribuan satelit di luncurkan ke luar angkasa.
Sekitar sepertiga dari satelit yang telah di luncurkan dimiliki oleh militer dari berbagai negara, yang sepertiga sampai setengahnya digunakan untuk pengawasan. Sepertiga lainnya adalah milik warga sipil, dan sepertiga yang terakhir adalah untuk komersial. Rusia, Amerika Serikat, Cina dan negara-negara Eropa lainnya adalah pemain utama dalam bisnis peluncuran satelit ini, tetapi banyak negara lain yang sedang mengembangkannya.
Saat ini, menurut tren, satelit yang dikirim dapat berfungsi rata-rata 10-20 tahun. Untuk satelit yang tidak bisa digunakan lagi (sudah di pensiunkan), sebagian besar di biarkan terus mengorbit Bumi. Jadi jangan heran jika banyak "sampah" di luar angkasa sana.