Home » Materi » Kesehatan » Apa itu Imunomodulator?

Apa itu Imunomodulator?

- Jumat, 26 November 2021 | 11:00 WIB
Apa itu Imunomodulator?

Apa itu imunomodulator? Dan apa manfaat imunomodulator untuk sistem imun?

Imunomodulator adalah zat atau substansi yang dapat memodifikasi respons imun dengan mengaktifkan mekanisme pertahanan alamiah maupun adaptif, seperti mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun yang terganggu.

Imunomodulator dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu imunostimulan dan imunosupresif.

Imunostimulan adalah senyawa yang dapat meningkatkan kerja komponen-komponen sistem imun. Imunostimulan diberikan untuk meningkatkan respon imun terhadap penyakit atau infeksi. Imunostimulan banyak terdapat pada herbal seperti ekstrak ginseng, saffron, jinten hitam, kunyit, sambiloto, bawang putih, jahe, pegagan, temulawak, dan sebagainya.

Baca juga: Cara Meningkatkan Imunitas Tubuh Sebagai Kunci Pertahanan dari Varian Delta

Sedangkan imunosupresif adalah senyawa yang digunakan untuk menekan respons imun. Biasanya, imunosupresif digunakan untuk meredakan hiper-inflamasi, mengatasi penyakit autoimun, dan mencegah penolakan transplantasi. Imunosupresif biasanya sudah dikemas dalam bentuk obat-obatan.

Imunomodulator bekerja untuk mengembalikan sistem imun sehingga memberikan manfaat yang besar untuk tubuh. Berikut manfaat imunomodulator.

1. Memperkuat daya tahan tubuh

2. Melawan berbagai patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit di dalam tubuh

3. Menyembuhkan sejumlah penyakit ringan seperti demam, batuk, gangguan pencernaan

4. Mencegah berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskular, stroke, penyakit ginjal

5. Melindungi sel dan organ seperti jantung, paru-paru, hati, otak

Imunomodulator bisa ditemukan dalam sejumlah bahan herbal. Berikut di antaranya.

Baca juga: Gangguan Imun, Salah Satu Penyebab Utama Keguguran

1. Echinacea

Echinacea merupakan tanaman bunga yang tumbuh di area timur Pegunungan Rocky, Amerika Serikat. Tanaman ini dimanfaatkan mulai dari bagian bunga, akar, dan daun untuk keperluan pengobatan.

Echinacea memiliki sifat imunostimulasi yang kuat. Tanaman ini terbukti mampu mempercepat penyembuhan selesma dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Kendati demikian, echinacea juga memiliki kekurangan. Karena bersifat sebagai imunostimulasi yang kuat, echinacea tak bisa dikonsumsi jangka panjang. "Echinacea aman dikonsumsi selama 8-16 pekan berturut-turut," kata Inggrid.

Selain itu, echinacea pun akan memicu kontraindikasi dengan orang yang memiliki gangguan autoimun.

2. Meniran

Tanpa harus mengimpor echinacea dari luar negeri, Indonesia memiliki tanaman herbal asli dengan sifat serupa, yakni meniran. Meniran tidak kalah dengan echinacea. Dari sebuah uji klinis, meniran terbukti mampu mempercepat penyembuhan cacar air.

Bedanya dengan echinacea, meniran merupakan tanaman herbal yang aman digunakan jangka panjang dan tidak ada batas maksimal. Meniran pun tidak mempunyai kontra indikasi.

3. Jahe merah

Jahe, khususnya jahe merah, punya sifat seimbang antara imunostimulasi dan antiradang atau imunosupresif. Jahe merah bisa membantu meredakan keluhan infeksi virus semisal gangguan batuk, kembung, dan mual. Jahe juga aman dikonsumsi jangka panjang.

4. Sambiloto

Selain jahe merah, sambiloto pun punya dua sifat, baik imunostimulasi maupun imunosupresif. Sambiloto salah satunya dapat digunakan untuk mengatakasi badai sitokin.

Badai sitokin terjadi saat respons imun berlebihan sehingga tidak hanya menghancurkan virus tetapi sel tubuh lain ikut rusak sehingga timbul peradangan. Oleh karenanya, perlu ada substansi yang bersifat imunosupresif.

Selain itu, sambiloto juga memiliki fungsi antipiretik yakni untuk mengatasi gejala demam dan gejala lain yang menyertai saat terinfeksi virus. Herbal satu ini juga aman dikonsumsi jangka panjang.

5. Saffron

Saffron sebenarnya bagian tangkai putik dari bunga Crocus sativus atau Saffron crocus. Bagian tangkai putik ini kemudian dikeringkan sehingga kerap dimanfaatkan sebagai pemberi warna pada masakan atau minuman.

Bukan cuma perkara khasiat, harga saffron yang tinggi muncul karena tanaman saffron tumbuh di area yang begitu spesifik dengan masa panen yang terbilang sulit.

 

Sumber :
Cari Artikel Lainnya