Tari cakalele merupakan jenis tarian perang yang biasa dilakukan secara berkelompok oleh beberapa orang penari. Tari Cakalele berasal dari daerah Maluku Utara, tepatnya Minahasa.
Cakalele berasal dari dua suku kata, yakni caka dan lele. Caka memiliki arti roh halus atau setan, sedangkan lele memiliki arti mengalir atau mengamuk. Keduanya merupakan bahasa lokal dari Suku yang ada di Ternate.
Tari Cakalele memiliki fungsi sebagai tarian perang, yang akan digelar sebelum dan setelah prajurit berangkat dari medan pertempuran. Namun Seiring berkembangnya waktu Tari Cakalele kerap dipersembahkan dalam rangkaian penyambutan tamu agung, pejabat, ataupun pemerintah yang berkunjung ke Maluku.
Baca juga:
Unsur dan Aspek-Aspek Dalam Tari
Makna dan Simbol Gerakan Tari Gambyong
Gerakan pada Tari Cakalele melambangkan, rasa keberanian, ketangkasan, keperkasaan dan rasa persekutuan. Oleh Sebab itu Tari Cakalele juga disebut sebagai tari kebesaran.
Jumlah Penari Tari Cakalele
Umumnya penari cakalele adalah laki-laki, namun di beberapa kesempatan dicampurkan dengan penari perempuan. Jumlah penari biasanya genap, mulai dari empat penari, hingga seterusnya sampai bisa mencapai 30 orang penari.
Properti Tari Cakalele
Sebagai kelengkapan saat menari, penari laki-laki dilengkapi dengan pedang yang digenggam oleh tangan (Samarang) dan salawaku (perisai). Sedangkan untuk penari wanita membawa sapu tangan (lenso) di kedua tangannya.
Penari juga menggunakan tutup kepala yang dihiasi oleh bulu burung Cendrawasih atau kain. Karena tarian Cakalele tidak bisa ditarikan jika burung cenderawasih tidak terpasang di kepala sang penari.
Musik Pengiring Tari Cakalele
Beberapa alat musik tersebut antara lain :
Gong
Tifa
Bia (kerang yang ditiup)
Semua alat musik tersebut dimainkan dengan tempo dan ritme yang cepat, sehingga memberikan gerakan yang bersemangat kepada penari. Selain penari Cakalele, dalam setiap tari Cakalele juga diiringi oleh pemegang umbul-umbul, dan para pembantu lainnya.