Seperti halnya teknologi yang terus berkembang, wujud uang di negara kita pun juga terus berubah mengikuti zaman. Selain nominalnya yang disesuaikan dengan nilai mata uang, bentuk dan warnanya juga mengalami perubahan, terutama uang kertasnya. Dulu, warna pecahan-pecahan uang kertas didominasi warna pucat, kalau nggak hijau pudar ya abu-abu atau biru pucat. Beda sama uang kertas zaman sekarang yang warnanya cenderung nge-jreng semua. Mulai yang 10 ribuan dengan warna ungu terangnya, 20 ribuan yang warnanya hijau, sampai 100 ribu dengan warna merahnya. Ternyata, Bank Indonesia nggak sembarangan menentukan warna uang rupiah sebelum dicetak lo. Termasuk memilih warna-warna nge-jreng untuk uang yang dikeluarkan tahun 2016 ini. Semua ada alasannya. Memang apa sih alasan BI ngeluarin uang kertas warna-warni kayak yang sering kita gunakan ini? Simak, yuk, penjelasannya kali ini~ 1. Seperti perusahaan yang melakukan riset sebelum menjual produknya, BI pun juga melakukan survei sebelum mencetak uang baru. Biar tahu apa yang pasar lebih minati Dirwanta Fista Asisten Manajer di Bank Indonesia Kalimantan Timur, menjelaskan kalau sebelum mendesain dan mencetak uang baru, BI akan melakukan serangkaian survei ke masyarakat. Survei ini bertujuan untuk mengetahui apa yang masyarakat lebih sukai. Sebelum mencetak uang emisi 2016 pun demikian, BI pasti melakukan survei dulu. Ternyata dari survei itu diketahui kalau masyarakat lebih suka uang warna-warni karena dianggap lebih menarik dan mudah dikenali. 2. Survei yang dilakukan juga nggak sembarang survei karena mengacu pada aturan Bank Sentral Dunia tentang pencetakan uang baru Bank Sentral Dunia (kalau di AS namanya The Federal) adalah lembaga yang memengaruhi pergerakan ekonomi dunia. Bank tersebut juga punya aturan mengenai cara-cara atau syarat-syarat dalam mencetak uang baru. Salah satunya adalah harus mudah dikenali dan diterima oleh masyarakat luas. Walaupun awal-awal keluar uang baru, banyak orang menolaknya, mungkin karena masih asing, tapi lama kelamaan semua jenis uang baru yang beredar juga diterima-diterima aja~ 3. Dari survei yang dilakukan BI itu pun jadi ketahuan kalau masyarakat Indonesia ternyata lebih menyukai konsep warna. Saat menggunakan konsep warna itu, BI memilih salah satu teori warna yaitu teori Munsell Di dunia dikenal ada 3 teori warna. Pertama teori milik Sir Isaac Newton, yang menyebut pecahan spektrum warna dari sinar matahari itu terdiri dari jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Warna-warna itu bisa dilihat pada pelangi. Teori kedua dari Brewster. Ia menyederhanakan warna-warna menjadi 4 kelompok yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Dan yang ketiga adalah teori Munsell di abad 20. Munsell membagi warna menjadi dua; warna pokok (terdiri dari warna merah, kuning, hijau, biru, dan jingga) dan warna sekunder (jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua, dan nila). Nah untuk kebutuhan mencetak uang, BI memilih teori Munsell untuk menentukan warna pada uang yang akan dicetak. Nggak tahu juga sih kenapa teori Munsell yang dipilih… 4. Sebenarnya tiap negara punya kebijakan yang berbeda-beda dalam urusan cetak-mencetak uang. Kebetulan Indonesia ini mirip-mirip sama Korea lah, di sana uang kertasnya juga warna-warni lo Kalau kamu pernah ke Korea Selatan, mungkin tahu gimana wujud uang kertas di sana. Kalau diperhatikan, uang-uang kertas mereka mirip-mirip sama kita, yaitu sama-sama berwarna nge-jreng. Setiap negara punya kebijakan masing-masing dalam urusan mencetak uang. Sepertinya untuk yang satu ini, Indonesia dan Korsel satu suara. Beda sama negara Amerika Serikat, yang mana uang kertasnya 1 warna semua, nuansa monokrom gitu. Mungkin karena dipengaruhi sama jumlah pecahan yang terbatas juga. Jadi begitu ya Guys, alasan-alasannya. Kalau menurutmu, gimana, lebih bagus yang warna-warni atau yang kayak zaman dulu aja?