Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan wisata yang indah di perbatasan Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Di kawasan wisata ini tiap tahunnya juga muncul fenomena ‘salju’ di musim kemarau. Fenomena ini bernama embun es atau bisa disebut embun upas. Embun upas Dieng adalah fenomena tahunan yang mencuri perhatian. Betapa tidak, embun es yang sering dianggap ‘salju’ itu selalu rutin turun di Dataran Tinggi Dieng. Hal ini sekaligus jadi pertanda musim kemarau di mana suhu di Dieng sangatlah dingin. Hari ini, embun upas datang di pagi hari Dieng yang dingin. Embun upas kembali terlihat di Dieng pagi ini. Jadi satu tanda bahwa musim kemarau sudah datang di Dieng Embun upas Dieng datang pada pagi hari jumat kemarin tanggal 12 juni 2020, Seperti di akun Instagram @praumountain, tampak embun es sudah melapisi rumput-rumput. Suhu Dieng pagi ini mencapai minus 2 derajat Celcius. Tak ayal, banyak wisatawan datang yang ingin datang ke sana. Padahal tempat wisata di Dieng baik di Wonosobo ataupun Banjarnegara masih tertutup untuk wisatawan. Embun es ini datang setiap tahunnya di musim kemarau. Sebenarnya, di balik keindahannya embun ini merusak ladang pertanian warga Datangnya embun upas adalah fenomena rutin yang terjadi di wilayah dataran tinggi Dieng. Dieng mempunyai topografi pegunungan yang berada di ketinggian di atas 2.000 meter dari permukaan laut. Embun es biasanya terjadi antara bulan Mei sampai Agustus saat musim kemarau setiap tahunnya. Hal ini juga disebabkan oleh intrusi kering dari Australia kuat di wilayah Jawa Tengah yang mengakibatkan berkurangnya uap air dan membuat pembentukan awan berkurang hingga tidak terbentuk awan. Suhu udara pun menjadi dingin dan terciptalah ‘salju’ atau embun upas di Dieng. Tak banyak yang tahu, sejatinya embun es ini bersifat merusak pertanian warga. Lalu bagaimana dengan penyelenggaraan Dieng Culture Festival yang biasanya digelar bulan Agustus tiap tahunnya? Dieng Culture Festival adalah event budaya yang terkenal sebagai ikon Dataran Tinggi Dieng. Diadakan tiap tahun, bulan Agustus selalu dipilih pada 10 kali penyelenggaraan event tersebut. Hal ini dikarenakan musim kemarau mencapai puncaknya di bulan Agustus. Nah, di saat bulan Agustus, cuaca di Dieng sangatlah dingin. Cuaca dingin itulah yang memberi nilai tambah Dieng Culture Festival terutama dengan festival musik Jazz Atas Awan.