The Ministry of Health (MOH) atau Kementerian Kesehatan Singapura mengkonfirmasi adanya kasus infeksi monkeypox pertama di Singapura. Kasus tersebut melibatkan warga negara Nigeria yang tiba di Singapura bulan lalu untuk menghadiri workshop. Dilansir oleh The Star dan The Straits Times/Asia News Network, pria Nigeria berusia 28 tahun tersebut positif terjangkit penyakit langka tersebut. Pengkit tersebiut biasanya ditularkan pada manusia melalui hewan. Dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Singapura Rabu (8/5/2019) lalu, kasus tersebut merupakan kasus monkeypoxyang pertama kali terjadi di Singapura. Saat ini pasien Nigeria tersebut diisolasi di National Centre for Infectious Diseases (NCID) dan dalam keadaan stabil. Pasien monkeypox di Republik Demokratik Kongo saat wabah pada tahun 1997 (CDC/The Star) Selain itu, 22 dari 23 orang yang diidentifikasi memiliki hubungan dekat dengan pasien juga diperiksa. Salah satu orang terdekat dengan pasien, peserta workhop, telah meninggalkan Singapura pada 5 Mei sebelum pasien didiagnosis. Ia melaporkan pada MOH bahwa ia tetap sehat tanpa gejala apapun. "Meski begitu, untuk berjaga-jaga, MOH telah menginformasikan otoritas kesehatan di negara asalnya," ungkap kementerian. MOH menambahkan bahwa ada kemungkinan penyakit ditularkan antar manusia, meski resikonya kecil. Sebelum datang ke Singapura, pasien tersebut mengkonsumsi bushmeat (daging dari hewan liar di Afrika), sumber penularan paling potensial dari virus monkeypox. Bushmeat merupakan daging dari hewan liar hasil perburuan yang dijual untuk makanan. Bushmeat menjadi sumber protein populer di beberapa bagian di Afrika dimana hewan domestik cenderung langka dan mahal. Saat kedatangannya di Singapura pada 28 April lalu, ia menginap di Hotel 81 Orchid di Geylang. Dua hari setelahnya, ia menghadiri workdhop di Samsung Hub di Church Street. 30 April 2019, ia mengalami demam, nyeri otot, kedinginan dan ruam pada kulit.Antara 1 hingga 7 Mei 2019, ia Pasien monkeypox di Republik Demokratik Kongo saat wabah pada tahun 1997 - Virus Monkeypox atau Cacar Monyet Muncul untuk Pertama Kalinya di Singapura, Kemenkes Singapura Mengkonfirmasi - (CDC/The Star) Hingga 7 Mei 2019, ia dilarikan ke RS Tan Tock Seng dengan ambulan dan dibawa ke NCID. Selanjutnya, Kementerian Kesehatan mengidentifikasi orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan pria tersebut, termasuk 18 peserta dan pelatih yang menghadiri workshop yang sama; satu pekerja di tempat lokakarya; dan empat staf hotel. Mereka kemudian dirawat oleh NCID dan mendapat vaksin untuk mencegah penyebaran virus. Mereka akan dikarantina dan diawasi selama 21 hari sejak kontak Pasien monkeypox di Republik Demokratik Kongo saat wabah pada tahun 1997 - Virus Monkeypox atau Cacar Monyet Muncul untuk Pertama Kalinya di Singapura, Kemenkes Singapura Mengkonfirmasi - (CDC/The Star) Hingga 7 Mei 2019, ia dilarikan ke RS Tan Tock Seng dengan ambulan dan dibawa ke NCID. Selanjutnya, Kementerian Kesehatan mengidentifikasi orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan pria tersebut, termasuk 18 peserta dan pelatih yang menghadiri workshop yang sama; satu pekerja di tempat lokakarya; dan empat staf hotel. Mereka kemudian dirawat oleh NCID dan mendapat vaksin untuk mencegah penyebaran virus. Mereka akan dikarantina dan diawasi selama 21 hari. Mereka yang mengalami gejala akan dirawat di NCID, dan semua orang lain yang melakukan kontak dengan pria itu dan memiliki risiko rendah terinfeksi ditempatkan di bawah pengawasan aktif, dan akan dihubungi dua kali sehari untuk memantau status kesehatan mereka. Investigasi dan operasi pelacakan kontak Kemenkes sedang berlangsung. Gejala umum penyakit ini adalah demam, sakit kepala, sakit otot, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening dan ruam kulit. Dalam pernyataannya, Kemenkes Singapura mengatakan monkeypoxbiasanya embuh sendiri, dengan sebagian besar pasien pulih dalam dua hingga tiga minggu. "Namun dalam beberapa kasus, virus dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia, sepsis, ensefalitis (peradangan otak) dan infeksi mata dengan hilangnya penglhatan," ungkap Kemenkes. "Telah dilaporkan tingkat kematian 1 persen hingga 10 persen selama wabah, dengan sebagian besar kematian terjadi pada kelompok usia yang lebih muda."