Menurut Wikipedia, grafir merupakan seni mengukir pada suatu permukaan bernda yang keras dan rata berdasarkan pola yang ditentukan. Permukaan tersebut bisa dari emas, perak, besi, atau kaca. Tapi bagaimana jika media yang digunakan diganti dengan sebuah daun yang tipis? Huang Taisheng, lahir tahun 1950 di Taizhou, Cina, berhasil mengaplikasikan teknik grafir pada daun setelah sekian tahun ia berusaha. Pada tahun 1994, Taiseng mendapat perhargaan dari Guinness World Record di Shanghai. Idenya ini terinpirasi saat ia melihat daun yang sudah dimakan ulat dengan lapisannya yang berbentuk seperti map negara Cina. Grafir diatas daun memang terlihat mustahil, karena sifat daun yang tipis, rapuh, dan basah. Namun Taiseng tidak menyerah. Dengan bertahun - tahun percobaan, akhirnya Huang menemukan solusi dimana daun yang direndam dalam suatu larutan kimia selama beberapa waktu dapat dijadikan media grafir. Namun prosesnya tidak hanya itu saja. Daun - daun yang dipilih harus melalui berbagai proses agar bisa digrafir, seperti tawing, trimming, hammering, pressing, engraving, grinding, ironing and bleaching. Hasil kerja kerasnya ini tidaklah sia - sia. Karya grafir daunnya dikenal di seluruh dunia dan ada di berbagai museum seni di Cina maupun di negara lain. Dan saat ini, beberapa seniman mencoba seni grafir daunnya ini agar seni ini bisa dikenal lebih luas lagi. (Dikutip dari arts.cultural-china.com)