Fase 0
Pada fase ini, ujicoba dilakukan pada sekelompok kecil partisipan, biasanya sekitar 10-20 orang, dengan banyak tipe kanker. Tes ini mengujikan calon obat dalam dosis yang rendah untuk mengecek apakah berbahaya atau tidak. Pada fase ini, penelitian tidak perlu dilakukan secara acak atau partisipannya dikelompokkan secara acak.
Fase 1
Tidak jauh berbeda dengan fase 0, pada fase ini jumlah orang yang dijadikan sampel tes masih dalam kategori kecil, sekitar 20 sampai 50 orang dengan banyak tipe kanker. Tujuan dari fase ini yaitu menemukan efek samping dan bagaimana obat bereaksi di dalam tubuh orang-orang yang diuji. Sama seperti fase 0, para partisipan dalam uji klinis fase 1 tidak perlu dikelompokkan secara acak.
Baca Juga :
Siswi SMA di Kalteng Temukan Penyembuh Kanker? Ini Tanggapan Ahli
Benalu Teh, Khasiat dan Manfaatnya Ampuh Cegah Kanker
Timun Suri, Buah Khas Ramadhan yang Mampu Mencegah Alzheimer dan Kanker
Fase 2
Jumlah partisipan fase ini masuk dalam kategori sedang, dengan melibatkan puluhan orang atau bahkan lebih dari 100 orang. Biasanya uji klinis fase 2 dilakukan untuk satu atau dua tipe kanker, meski kadang bisa lebih dari itu. Fase ini dilakukan dengan maksud menemukan efek samping dan seberapa efektif terapi bekerja. Tidak seperti fase 0 dan 1, fase 2 biasanya dilakukan secara acak.
Fase 3
Fase 3 memiliki sampel besar yang melibatkan ratusan atau ribuan orang. Biasanya, pengujian hanya untuk satu tipe kanker, walaupun sesekali ada yang lebih dari satu. Tujuan pada fase ini yaitu membandingkan terapi terbaru dengan terapi standar yang biasanya dilakukan. Sampel biasanya dikelompokkan secara acak.
Fase 4
Uji coba fase 4 biasanya dilakukan dengan sampel partisipan yang berukuran medium atau besar. Biasanya dilakukan untuk satu tipe kanker atau sesekali lebih. Gunanya untuk manfaat jangka panjang dan efek samping dari terapi yang baru, sehingga uji coba tidak dilakukan secara acak.