<p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='SPEDAGI, Sepeda Bambu Indonesia Merambah Pasar Dunia' src='https://www.greeners.co/wp-content/uploads/2019/10/SPEDAGI-Sepeda-Bambu-Indonesia-Merambah-Pasar-Dunia.jpg' style='height:225px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Foto : </span><a href='http://greeners.co/Rian' rel='nofollow'><span style='color:#000000'>greeners.co/Rian</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sepeda bambu karya Singgih S. Kartono telah lebih dari 5 tahun lahir ke dunia. Kini sepeda yang diberi nama Spedagi (Sepeda Pagi) telah diproduksi massal dan dikayuh di berbagai belahan dunia.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Spedagi berawal dari kesukaan Singgih untuk bersepeda pagi hari. Profesinya sebagai desainer lantas memantiknya untuk membuat desain sepeda berbahan bambu. Inspirasinya datang dari sepeda bambu karya Craig Calfe (USA).</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Singgih sadar, bahwa bambu berlimpah di Indonesia. Ia lantas mengembangkan desain pada 2013 dan menyempurnakan produksinya setahun berselang. Ia membangun produknya dengan metode kerajinan tangan.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Spedagi memiliki beberapa varian yang dihadirkan kepada masyarakat. Ada empat varian yang dipasarkan Spedagi Dwiguna (dual track), Dalanrata (roadbike), Gowesmulyo (joybike), dan Rodacilik (Minivelo). Keempatnya dipasarkan dengan harga berbeda-beda mulai dari angka Rp.3.500.000.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Poetoet Sodarjanto, ketua gerakan Bike to Work Indonesia, menyebut adanya Spedagi sebagai sebuah kebanggaan bagi Indonesia. Ia juga menambahkan sepeda ini cocok digunakan untuk segala aktivitas. </span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>“Jadi ini produk yang membanggakan, produk lokal dan diciptakan berbahan dasar bambu. Saya pertama kali gunakan adalah akhir tahun 2016,” ungkapnya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Lebih lanjut, Om Poetoet bercerita tentang pengalamannya mudik dengan Spedagi saat momen lebaran 2017. Ia mengayuh dengan jarak 745 km, mulai dari Tangerang hingga Madiun. </span></p> <p style='text-align: justify;'><a href='https://www.greeners.co/wp-content/uploads/2019/10/SPEDAGI-Sepeda-Bambu-Indonesia-Yang-Merambah-Pasar-Dunia.jpg'><span style='color:#000000'><img alt='SPEDAGI, Sepeda Bambu Indonesia Yang Merambah Pasar Dunia' src='https://www.greeners.co/wp-content/uploads/2019/10/SPEDAGI-Sepeda-Bambu-Indonesia-Yang-Merambah-Pasar-Dunia.jpg' style='height:225px; width:400px' /></span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Singgih S. Kartono dan Spedagi karyanya. Foto : </span><a href='http://greeners.co/rian' rel='nofollow'><span style='color:#000000'>greeners.co/rian</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Kala itu, ia menggunakan Spedagi dengan frame type Pringsawelas. Dengan <em>handlebar butterfly</em> (pegangan tangan berbentuk kupu-kupu). Namun kemudian, Ia menilai jenis pegangan itu kurang cocok untuk Spedagi turing jarak jauh.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>“Kata kawan yang dibelakang saya, seringkali nampak “geyal geyol” terutama saat memulai kayuhan dan memang bagian tangan terasa lebih berat karena menahan lebih supaya tidak geyal geyol (mungkin pengaruh lenturnya frame),” jelas Om Poetoet.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Namun terlepas dari itu. Ia menilai sepeda ini cocok digunakan untuk berbagai aktivitas. Pengguna bisa melakukan modifikasi untuk menunjang kebutuhan pribadi. “Beberapa kali race saya juga pake, ke kantor saya juga pake. Secara umum ini menggembirakan dan membanggakan,” pungkas Om Poetoet.</span></p> <h1 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><span style='font-size:16px'><strong>Bawa Semangat Perjuangan ke Belanda</strong></span></span></h1> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Spedagi tidak hanya dikayuh di Indonesia. Produk asal Temanggung ini sudah merambah ke berbagai negara seperti Jepang dan Perancis.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Singgih mengungkapkan bahwa saat ini ambisinya adalah membuat event di Belanda. Selain memperkenalkan produknya, ia ingin membawa semangat perjuangan. “Saya ingin ada 17 atau 45 sepeda bambu, karena hal itu menunjukan simbol kemerdekaan, dan bukti bahwa bangsa Indonesia bisa banyak inovasi,” terangnya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Penghargaan untuk Spedagi datang dari berbagai pihak, tak terkecuali dari mancanegara. Tahun 2017, ia mendapatkan penghargaan <em>Good Design Award</em> oleh <em>Asean- Japan Centre</em>. Hal itu membuatnya ingin terus meningkatkan kualitas.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>“Kedepan, kami akan melakukan inovasi bagaimana meningkatkan kualitas dari sisi sepeda dan sadelnya sendiri, dari segi kekakuan dan dari segi harga. Saya pingin kedepannya sepeda bambu ini dengan kualitas bagus tapi terjangkau” pungkas Singgih.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Bagi yang berminat, Spedagi buatan Singgih dapat dipesan secara online lewat laman </span><a href='http://spedagi.com/'><span style='color:#000000'>spedagi.com</span></a><span style='color:#000000'>. Informasi yang cukup lengkap dengan kemudahan transaksi bisa didapatkan via laman tersebut.</span></p>