<p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://i0.wp.com/saintif.com/wp-content/uploads/2019/05/Michelson-Morley.png?resize=678%2C381&ssl=1' style='height:225px; width:400px' title='Michelson Morley' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Interferometer Michelson adalah salah instrumen pengukuran yang memiliki peran besar dalam perkembangan fisika modern.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Tahun 1887 fisikawan Amerika Serikat, Albert A Michelson dan E.W Morley melakukan percobaan besar untuk menguji keberadaan eter.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Percobaan mereka tersebut pada dasarnya mempergunakan interferometer Michelson yang di rancang khusus untuk melakukan percobaan ini.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://i2.wp.com/saintif.com/wp-content/uploads/2019/05/Interferometer-michelson.jpg?ssl=1' style='height:320px; width:400px' /></span></p> <h2 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Interferometer Micholson dan Prinsipnya</strong></span></h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Interferometer michelson merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi cahaya. Interferensi </span><a href='https://saintif.com/cahaya-biru/'><span style='color:#000000'>cahaya</span></a><span style='color:#000000'> sendiri merupakan perpaduan antara dua gelombang cahaya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Interferensi cahaya ini akan menghasilkan pola gelap dan terang. Jika kedua gelombang tersebut memiliki fase yang sama maka akan terjadi interferensi Kontruktif (saling menguatkan) sehingga nantinya akan terbentuk pola terang, sedangkan jika kedua gelombang tidak mempunyai fase yang sama maka akan terjadi interferensi Dekstruktif (saling melemahkan) sehingga terbentuk pola gelap.</span></p> <h2 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Cara Kerja Interferometer Michelson</strong></span></h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dalam percobaan ini, seberkas cahaya monokromatik (satu warna) dipisahkan menjadi dua berkas yang dibuat dengan melewati dua lintasan yang berbeda dan kemudian di perpadukan kembali.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Karena adanya perbedaan panjang lintasan yang di tempuh kedua berkas, maka akan tercipta suatu pola interferensi.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Perhatikan gambar di bawah ini</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='Konsep inferometer michelson' src='https://diahayukinasih.files.wordpress.com/2016/08/rumus-inferometer1.png' style='height:293px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Pertama cahaya akan ditembakkan melalui laser, kemudian oleh permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sebagian dipantulkan ke kanan dan sisanya di transmisikan ke atas. Bagian yang ke kanan di pantulkan oleh cermin datar, cahaya akan di pantulakan oleh cermin datar 2 juga akan dipantulkan kembali ke<em> beam splitter,</em> kemudian bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang <em>(frinji)</em></span></p> <h2 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Perhitungan</strong></span></h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Layar pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh dengan menggerakan cermin pada Interferometer Michelson dan menghitung frinji interferensi yang bergerak atau berpindah, dengan acuan suatu titik pusat.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sehingga diperoleh jarak pergeseran yang berhubungan dengan perubahan frinji, sebesar:</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='Rumus interferometer michelson' src='https://i1.wp.com/saintif.com/wp-content/uploads/2019/05/rumus-inferometer.png?ssl=1' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>dengan delta d adalah perubahan lintasan optis, lambda adalah nilai panjang gelombang sumber cahaya dan N adalah perubahan jumlah frinji.</span></p> <h2 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Kesimpulan</span></h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Tujuan awal dari percobaan ini adalah untuk membuktikan adanya eter, sedangkan pada percobaan ini tidak ada perubahan sudut dan arah laser secara significan ketika finjil mulai diubah.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sayangnya percobaan ini gagal untuk mengamati gerak bumi terhadap eter, yang membuktikan bahwasanya eter itu tidak ada.</span></p>