Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Ketika Malaka berhasil dikuasai, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau. VOC mulai melakukan politik memecah belah atau devide et impera. Kerajaan-kerajaan seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar pun semakin terdesak oleh ambisi monopoli dan tindakan sewenang-wenang VOC. Itulah yang menjadi latar belakang perlawanan Rakyat Riau Angkat Senjata untuk mengusir VOC. Baca juga: Perang Melawan Kolonialisme Dan Imperialisme: Perlawanan Gowa-Tallo Makassar Terhadap VOC Strategi Perlawanan Rakyat Riau Angkat Sejata Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, Pada 1751 VOC melakukan 2 hal berikut diantaranya: - Memutus jalur perdagangan menuju Siak - Mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur Sungai Indragiri, Kampar, sampai Pulau Guntung Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini merupakan pukulan bagi Siak. Menanggapi hal itu, Raja Siak Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah memimpin rakyat Riau untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Maka terjadilah pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Dalam pertempuran itu rakyat Siak kesulitan menembus benteng pertahanan VOC yang berlapis-lapis dan dilengkapi meriam besar. Namun banyak tentara VOC yang gugur, hingga Belanda mendatangkan bantuan dari orang-orang China. Pertempuran hampir berlangsung satu bulan. Sementara VOC terus mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Baca juga: Perang Melawan Kolonialisme Dan Imperialisme: Perlawanan Banten Terhadap VOC Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Raja Indra Pahlawan mengusulkan agar sultan berpura-pura ingin berdamai dan memberikan hadiah kepada Belanda. Strategi baru yang kemudian dikenal sebagai "siasat hadiah sultan" ini ternyata disetujui VOC, dan setelah itu kedua pihak sepakat untuk berunding di Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu. Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”. Meskipun pada akhirnya rakyat Riau mendapat kemenangan dari VOC, hal tersebut belum berhasil mengusir VOC dari Malaka.