Jaringan Nusantara terbentuk melalui Jalur Perdagangan. Sejak abad ke-5 Indonesia sudah dilintasi jalur perdagangan laut antara India dan China. Jalur perniagaan dan pelayaran yang melalui laut, dimulai dari China menuju Kalkuta, India. Di mana jalur tersebut melalui Laut China Selatan kemudian Selat Malaka. Setelah sampai India, kemudian berlanjut ke Teluk Persia melalui Suriah. Posisi Indonesia cukup strategis dan memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Sehingga, Indonesia menjadi salah satu pusat perdagangan yang penting pada jalur perdagangan Timur Tengah dan semenanjung Arab dengan Selat Malaka. Baca juga: Pengaruh Budaya India di Indonesia Pusat-pusat integrasi Nusantara berawal dari penguasaan laut. Sehingga terjadi beberapa hal, yaitu: 1. Pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir pantai. 2. Kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalur utama dan pusat-pusat perdagangan du Nusantara. Jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara ditentukan oleh kepentingan ekonomi. Perkembangan rute perdagangan juga berbeda-beda, yang ditentukan pada masa sebagai berikut: - Masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia dari Asia Tenggara Daratan. - Masa perkembangan Hindhu-Budha di Nusantara terdapat dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat daya. Kedua kebudayaan ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi penduduk di Kepulauan Indonesia. Adanya peralihan rute membawa dampak positif bagi Nusantara. Secara langsung Indonesia terhubung ke dalam jaringan perdagangan dunia saat itu. Selat Malaka menjadi pintu gerbang yang menghubungan pedagang-pedagang China dan India. Arti penting selat malaka Sebagai Jalur Sutra Sebagai pintu gerbang, Selat Malaka merupakan kawasan yang cukup penting bagi pelayaran dan perdagangan, terlebih bandar-bandar di sekitar Samudera Indonesia dan Teluk Persia. Selat Malaka juga menghubungkan antar pedagang Cina dan India di Samudera Indonesia dan Teluk Persia. Jalur tersebut dikenal dengan nama“Jalur Sutra”. Hal ini terlihat sejak abad ke-1 hingga ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari Cina. Kondisi ini mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur, seperti Samudera Pasai, Malaka, dan Kota Cina (Sumatra Utara sekarang). Baca juga: Kerajaan-Kerajaan Masa Hindu-Buddha di Indonesia Hal ini juga mendukung perkembangan agama Hindhu-Budha. Membentang dari laut Jawa hingga kepulauan Maluku. Mengintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus. Komoditas Rempah-rempah, sepaerti kayu manis, cengkeh, dan pala. Pertumbuhan jaringan dagang Internasional dan antarpulau telah melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik masa itu Jaringan Nusantara juga terpengaruh dari kekuatan politik saat itu. - Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti ditunjukan oleh D.D.E. Hall, bersumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra. - Mo-lo-yeo (Melayu) di pantai timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari. Agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, pengucapan cara Cina untuk kata bahasa sansekerta, Criwijaya. - Di Jawa terdapat Tarumanegara, dengan rajanya Purnawarman, di Jawa bagian tengah ada Ho-ling (kalingga), dan di Jawa bagian timur ada Singhasari dan Majapahit. Kerajaan besar Nusantara yang memiliki kekuatan terhubung secara politik. Artinya kerajaan yang besar dan kuat akan menguasai wilayah-wilayah yang luas di Nusantara. Kemudian mampu mengontrol politik wilayah sekitarnya.