Pembekuan sel telur adalah salah satu cara untuk merencanakan kehamilan. Egg freezing atau pembekuan sel telur adalah metode yang tersedia saat ini untuk mempertahankan fertilitas pada wanita usia reproduktif. Pembekuan sel telur juga disebut sebagai Oocyte cryopreservation atau kriopreservasi oosit. Awalnya pembekuan sel telur disarankan untuk wanita yang akan menjalani prosedur medis berisiko mempengaruhi kesuburan, misal kemoterapi atau operasi rahim. Namun belakangan egg freezing juga diminati oleh wanita yang ingin menunda waktu kehamilan. Baca juga: Penyakit Autoimun, Jenis dan Faktor Risikonya Seperti apa prose pembekuan sel telur dan risikonya? Prosedur egg freezing/pembekuan sel telur dan resikonya Dikutip dari Mayo Clinic, egg freezing dilakukan dengan mengambil sel telur yang ada di rahim seorang wanita tanpa dibuahi. Telur tersebut akan dibekukan dengan prosedur khusus dan bisa dicairkan bila sewaktu-waktu ingin digunakan. Bila kondisinya baik, sel telur beku dapat disimpan sampai puluhan tahun. Telur beku biasanya akan dicairkan untuk dibuahi sperma di laboratorum. Embrio yang terbentuk kemudian akan ditanamkan kembali ke rahim wanita dengan harapan bisa berkembang menjadi janin. Proses ini populer dengan sebutan bayi tabung atau in vitro fertilization. Baca juga: Apa itu PCOS dan Penyebabnya? Menurut Mayo Clinic, pembekuan telur membawa berbagai risiko, termasuk: 1. Kondisi yang berhubungan dengan penggunaan obat kesuburan Penggunaan obat kesuburan suntik, seperti hormon perangsang folikel sintetis atau hormon luteinizing untuk menginduksi ovulasi, meskipun jarang dapat menyebabkan ovarium menjadi bengkak dan nyeri segera setelah ovulasi atau pengambilan sel telur (ovarium hyperstimulation syndrome). Tanda dan gejala termasuk sakit perut, kembung, mual, muntah dan diare. Bahkan yang lebih jarang adalah kemungkinan mengembangkan bentuk sindrom yang lebih parah yang dapat mengancam jiwa. 2. Komplikasi prosedur pengambilan telur Penggunaan jarum aspirasi untuk mengambil telur bisa saja menyebabkan perdarahan, infeksi atau kerusakan pada usus, kandung kemih atau pembuluh darah. 3. Risiko emosional Pembekuan telur dapat memberikan harapan untuk kehamilan di masa depan, tetapi tidak ada jaminan keberhasilan. Jika menggunakan telur beku untuk memiliki anak, risiko keguguran terutama akan didasarkan pada usia saat telur dibekukan. Wanita yang lebih tua memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi, terutama karena memiliki sel telur yang lebih tua.