<p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Fenomena kosmik Gerhana Bulan Total (GBT) terjadi pada Rabu, 26 Mei 2021 petang. Peristiwa alam ini sering dikaitkan dengan mitos. Lembaga Antariksa dan dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menyebut GBT kali ini sangat spesial karena beriringan dengan terjadinya Perige (titik terdekat dengan Bumi), yakni ketika Bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi. </span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Puncak gerhana terjadi pada pukul 18.18.43 WIB/ 19.18.43 WITA/ 20.18.43 WIT dengan jarak 357.464 kilometer dari Bumi. Sementara itu puncak perige terjadi pada pukul 08.57.46 WIB/ 09.57.46 WITA/ 10.57.46 WIT dengan jarak 357.316 kilometer dari Bumi. </span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Dalam ajaran Islam, umat muslim disunahkan untuk melaksanakan shalat gerhana bulan. Namun, di sebagian masyarakat Jawa, ada sejumlah mitos yang dipercaya mengiringi peristiwa gerhana bulan tidak hanya masayarakat jawa di Indonesia saja lho, ternyata di beberapa negara juga memiliki mitos seputar gerhana bulan, seperti dirangkum dari beberapa sumber.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'><strong>1. Bulan Ditelan Batara Kala</strong></span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Ada sebuah prasasti tua abad IX atau bertanggal 11 Maret 843 Masehi.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Prasasti itu menggambarkan peristiwa candragrahana atau Gerhana Bulan pertama. Saat itu dianggap sebagai peristiwa yang dianggap sangat penting bagi masyarakat Jawa.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Mitos terkait gerhana bulan juga diceritakan pada salah satu relief di Candi Belahan atau Sumber Tetek.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Pada relief itu digambarkan bahwa candra sinahut kalarahu atau raksasa yang tengah menelan bulan.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Raksasa tersebut bernama Batara Kala. Raksasa itu berwatak jahat.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Mitos inilah yang hingga kini menjadi cerita turun-temurun yang masih dipercaya sebagian masyarakat Jawa.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Bagi masyarakat Jawa, Batara Kala dianggap bisa menjelma menjadi lesung padi.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Karena itu, untuk mengusir Batara Kala itu masyarakat memukul-mukul lesung padi.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'><strong>2. Wanita Hamil Dilarang Keluar Rumah</strong></span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Sebagian masyarakat Jawa dulu meyakini bahwa wanita yang hamil dilarang keluar rumah saat terjadi gerhana.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Sebab, dikhawatirkan bayi yang dilahirkan akan memiliki bibir sumbing.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Atau, bayi yang dilahir memiliki kulit penuh bercak seperti permukaam bulan.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Wanita hamil juga diminta membuat bubur merah putih. Tujuannya menolak bala bagi bayi yang dikandungnya.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Pertanyaannya, apakah mitos-mitos ini masih dipercaya masyarakat Jawa yangs udah melek internet dan berpendidikan?</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'><strong>3. Makanan Terpapar Racun saat Gerhana Bulan</strong></span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Mitos ini dipercaya oleh sebagian besar masyarakat India. Mereka menolak untuk makan ketika gerhana bulan merah terjadi. Masyarakat India juga menghindari memasak saat gerhana bulan merah terjadi, karena menganggap makanan yang ada saat gerhana sudah terpapar racun mematikan.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Namun, tidak hanya India saja yang mempercayai mitos ini, sebab Jepang juga jadi negara selain India yang meyakininya. </span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'><strong>4</strong>. <strong>Bulan Berdarah dan Sakit</strong></span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Mitos gerhana yang diceritakan oleh suku Hupa, yakni suku asli Amerika dari California Utara memiliki cerita yang lebih indah. </span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>E. C. Krupp, direktur Observatorium Griffith di Los Angeles, California menjelaskan, Hupa percaya bahwa bulan memiliki 20 istri dan banyak hewan peliharaan.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Sebagian besar hewan peliharaan mereka adalah singa gunung dan ular. Saat bulan tak membawa cukup makanan untuk dimakan, mereka menyerang dan membuatnya berdarah.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Gerhana akan berakhir saat istri bulan datang untuk melindunginya, mengumpulkan darahnya, dan memulihkan kesehatannya.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Sementara itu, suku Luiseño di California selatan, menyebutkan bahwa sebuah gerhanan memberi isyarat bahwa bulan sedang sakit. Anggota suku bertugas untuk menyanyikan nyanyian atau doa untuk mengembalikan kesehatannya.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'><strong>5. Bulan dan Matahari Bertempur</strong></span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Di sisi lain mitos juga berkembang di era modern. Namun tak semua budaya melihat gerhana sebagai hal yang buruk, kata Jarita Holbrook, astronom budaya di Universitas Western Cape di Bellville, Afrika Selatan. “Mitor favorit saya berasal dari orang Batammaliba di Togo dan Benin di Afrika,” katanya. </span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Dalam mitos itu, matahari dan bulan bertempur selama gerhana, dan orang-orang mendorong mereka untuk berhenti. "Mereka melihatnya sebagai saat berkumpul dan menyelesaikan perseteruan dan kemarahan yang cukup lama," kata Holbrook.</span></span></span></p>