Pernahkah Anda membayangkan jika mataharimeredup atau mendingin? Mungkin akan sulit membayangkan matahari menjadi "dingin".Namun, inilah prediksi para ilmuwan dunia. Pada 2050, matahari diperkirakan akan sangat dingin. Fenomena ini diberi istilah "grand minimum", yaitu titik yang sangat rendah dalam siklus 11 tahun matahari yang stabil. Dalam laporan di laman resmi NASA pada 2017, setiap 11 tahun atau lebih, bintik matahari akan memudar dan membawa masa yang lebih tenang. Bintik matahari sendiri diketahui adalah titik hitam di matahari (dapat dilihat dari teleskop yang diberi lapisan) yang memiliki sifat magnetis.Selama siklus ini, aktivitas matahari akan meningkat kemudian masuk dalam fase "istirahat". Pada titik puncaknya, fusi nuklir pada kekuatan inti matahari memaksa putaran gelombang magnetik menjadi lebih tinggi ke atmosfernya. Hal ini akan mengeluarkan lebih banyak radiasi ultraviolet dan menghasilkan lidah api dan bintik matahari. Sebaliknya, saat "grand minimum" nanti, permukaan matahari akan menjadi lebih tenang. Saat ini terjadi, matahari akan mengeluarkan lebih sedikit radiasi ultraviolet.Saat ini para ilmuwan sedang berusaha membuktikan adanya siklus yang lebih besar di tengah siklus ini. Untuk itu mereka menjelajahi sejarah dan mempelajari langit. Menurut Sejarah Saat menjelajahi sejarah, para ilmuwan dihadapkan pada fakta satu periode yang sangat dingin pada abad ke-17. Fakta ini memandu penelitian mereka.Salah satu waktu saat dingin menggigit terjadi antara tahun 1645 hingga 1715. Periode ini disebut dengan "Maunder Minimum". Pada periode tersebut, Sungai Thames di Inggris membeku. Bahkan, Laut Baltik tertutup es yang begitu tebal dan dimanfaatkan oleh tentara Swedia untuk menyerang Denmark pada 1658.Anehnya, pendinginan ini tidak seragam. Pola cuaca yang terekam justru menyimpang, saat itu Alaska dan Greenland malah menghangat. Laporan tersebut kemudian digabungkan dengan data selama 20 tahun yang dikumpulkan oleh misi satelit International Ultraviolet Explorer. Tak hanya itu, pengamatan pada bintang terdekat yang serupa matahari juga dilakukan untuk mendukung pengamatan mereka. Sekarang, ahli fisika Dan Lubin dari University of California, San Diego, menghitung dan memperkirakan berapa banyak sinar matahari yang mendingin ketika "grand minimum" kembali terjadi. Dalam temuannya yang dipublikasikan dalam Astrophysical Journal Letters, Lubin menemukan bahwa matahari cenderung 7 persen lebih dingin dari solar minimum (siklus 11 tahun) yang biasanya.Tak hanya itu, penelitian ini juga menyebut bahwa "grand minimum" yang berikutnya mungkin hanya beberapa dekade lagi. Ini didasarkan pada putaran siklus pendinginan matahari baru-baru ini. Pendinginan matahari tentu memiliki efek yang nyata pada planet-planet yang menginduk padanya. Lalu bagaimana yang akan terjadi pada bumi saat matahari mendingin. Lubin menyebut, saat matahari mendingin, pertama-tama bumi akan mengalami penipisan lapisan ozon stratosfer. Dampak ini akan memberi efek isolasi atmosfer. Efek tersebut akan diikuti perubahan besar pada pola angin dan cuaca.Meski begitu, Lubin memperingatkan bahwa hal ini tidak akan menghentikan peringatan pemanasan global yang terjadi saat ini. "Efek pendinginan dari grand minimum hanya sebagian kecil dari efek pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi karbondioksida di atmosfer," ungkap para peneliti dikutip dari Fox News, Jumat (9/2/2018). Baca Juga : 5 Fenomena Alam yang Lebih Langka daripada Gerhana Matahari Gravitasi Matahari Bisa Perkuat Transfer Data Antar Bintang Salah satu simulasi grand minimum pada iklim saat ini di bumi mengantisipasi pengurangan panas matahari sebanyak 0,25 persen selama periode 50 tahun, yaitu antara 2020 hingga 2070.Sementara suhu udara global rata-rata akan turun sekitar sepersepuluh derajat celsius pada tahun-tahun awal. Sayangnya, pengurangan suhu ini akan disusul oleh pemanasan global yang terus meningkat. Grand solar minimum pada masa mendatang bisa memperlambat, tapi tidak menghentikan pemanasan global," tulis laporan penelitian tersebut.Sekarang kita memiliki tolok ukur untuk melakukan simulasi model iklim yang lebih baik, kata Lubin. Karenanya, kita bisa memiliki gagasan yang lebih baik tentang bagaimana perubahan radiasi UV matahari mempengaruhi perubahan iklim.