Thomas Bristow dari Ames Research Center di Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) meneliti kandungan karbonat - penanda adanya CO2 - pada batuan berusia 3,5 miliar tahun, masa di mana mars mengalami transisi dari basah ke kering.
Bristow tidak pergi ke mars langsung. Ia memanfaatkan data analisis kimia yang dilakukan wahana antariksa Curiosity, yang yang kini tengah menjelajahi si planet merah.
Batu yang dianalisis sendiri berasal dari area mars bernama Kawah Gale. Di sana, banyak ditemukan fitur tanah yang dipercaya terbentuk karena aliran air.
Bristow menemukan, batuan di kawah itu mengandung karbonat yang sangat sedikit, tanda bahwa dahulu jumlah CO2 juga sedikit.
"Yang kami temukan adalah jumlah yang kurang cukup untuk menghasilkan efek rumah kaca sehingga mars bisa punya danau dan sungai masa itu," katanya.
Hasil ini membuat ilmuwan bingung. lantas, bagaimana Mars bisa punya air. Paul Niles dari Johnson Space Center di NASA mengatakan, air cair bisa saja ada di mars miliaran tahun lalu, tetapi musiman. "Saya pikir masalah kuncinya adalah berapa lama air cair bertahan," katanya.
Raymond Arvidson, profesor di Washington University meyakini, air cair harus mengalir dalam waktu lama sehingga bisa menorehkan fitur tajam yang bertahan sampai sekarang. Kalau cuma musiman, fitur-fitur yang ditemukan takkan terbentuk.
Ia menyarakan ilmuwan untuk mencari gas rumah kaca selain karbon dioksida yang mungkin terdapat dan bisa memecahkan misteri. "Jangan terlalu bumi-sentris dan mengasumsikan bahwa CO2 penting bagi mars," ungkapnya.
", "url" : "https://www.utakatikotak.com/tag/kehidupan-planet-mars", "publisher" : { "@type" : "Organization", "name" : "utakatikotak.com" } }