Tari Burung Enggang merupakan salah satu tarian tradisional Indonesia yang berasal dari Kalimantan Timur. Tari Burung Enggang atau biasa disebut dengan Tari Enggang ini adalah tarian Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. Tarian Enggang biasanya dibawakan dalam upacara keagamaan untuk memuliakan nenek moyang suku tersebut. Orang Dayak Kenyah percaya bahwa nenek moyang mereka menyerupai Burung Enggang yang turun dari langit. Oleh karena itu mengapa Burung Enggan sangat dimuliakan oleh orang-orang Suku Dayak. Selain itu, makna lain dari Tari Burung Enggan ini yakni sebagai symbol perpindahan suku Dayak. Pada tarian ini, pola lantai yang dimanfaatkan adalah pola melengkung. Pola ini dimanfaatkan hampir di semua gerakannya. Properti Tari Burung Enggang Para penari biasanya menggunakan setelan berwarna hitam dengan bawahan rok yang mana setelan tersebut bertabur manik-manik dan hiasan cantik yang memberi kesan tangguh sekaligus anggun. Kemudian penari wanita juga menggunakan semacam hiasan kepala yang berbentuk topi berbulu atau seperti bandana yang juga memiliki ornament bulu seperti Burung Enggang. Hiasan kepala pada penari Tari Burung Enggang ini menunjukan keanggunan dan ketangguhan mereka. Selain itu, ada juga properti cincin dan anting yang akan dipakai oleh penari. Secara fungsional, cincin dan anting ini dipakai sebagai salah satu aksesoris untuk memperindah tampilan penari. Ada tiga gerakan dasar dari Tari Burung Enggang ini yakni Nganjat, Ngasai, dan Purak Barik. 1. Nganjat menjadi gerakan utama dalam tarian ini. Gerakannya menyerupai Burung Enggang yang membuka dan menutup sayapnya. 2. Ngasai menandakan penari bergerak seperti Burung Enggang yang sedang terbang. 3. Purak Barik yang memiliki arti penari berpindah tempat seperti yang biasa dilakukan oleh Burung Enggang yang suka hidup berpindah-pindah atau nomaden seperti kehidupan Suku Dayak dahulu.