Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Kecepatan angin dapat dibaca pada skala, arah, dan kecepatannya pada suatu saat, juga dapat diketahui melalui anemometer dan hasil catatannya disebut dengan anemogram. Baca juga: Alat Pengukur Kecepatan Angin (Anemometer), Sejarah, Jenis, dan Prinsip Kerjanya. Angin yang berembus di sekitar terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut ini rangkuman tentang jenis-jenis angin beserta penjelasannya. 1. Angin Darat dan Angin Laut Angin darat dan angin laut terjadi akibat adanya perbedaan sifat antara daratan dan lautan dalam menyerap dan melepaskan energi panas matahari. Adanya angin darat terjadi karena energi panas yang diserap permukaan bumi sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan. Sementara itu, di lautan, energi panas sedang dalam proses dilepaskan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan sehingga terjadi aliran udara dari darat ke laut. Angin darat terjadi pada tengah malam dan dini hari. Sedangkan angin laut terjadi saat daratan menyerap energi panas lebih cepat dari lautan sehingga suhu udara di darat lebih panas daripada di laut. Akibatnya, udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat. Angin laut terjadi pada sore dan malam hari. 2. Angin Gunung dan Angin Lembah Angin lembah terjadi ketika matahari terbit. Puncak gunung adalah daerah yang pertama kali mendapat panas dan selama proses tersebut, lereng gunung mendapat energi panas lebih banyak daripada lembah. Kondisi tersebut menyebabkan perbedaan suhu antara keduanya. Udara panas dari lereng gunung naik dan digantikan dengan udara dingin dari lembah. Akibatnya terjadi aliran udara dari lembah menuju gunung. Sedangkan pada sore hari lembah akan melepaskan energi panas dan puncak gunung yang telah mendingin akan mengalirkan udara ke lembah. Aliran udara tersebut dinamakan angin gunung. 3. Angin Ribut/Puyuh Angin ribut/puyuh biasa juga dikenal dengan puting beliung, yaitu angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3-5 menit). Kecepatan angin rata–ratanya berkisar antara 30-40 knots. Angin ini berasal dari awan Cumulonimbus (Cb), yaitu awan yang bergumpal berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Puting beliung dapat terjadi di mana saja, baik di darat maupun di laut. Jika terjadi di laut, durasinya lebih lama daripada di darat. Angin ini umumnya terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam hari dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). 4. Angin Monsun Angin monsun adalah angin yang berembus secara periodik (minimal tiga bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan. Angin monsun di Indonesia ada dua macam, yaitu: Angin Monsun Asia Angin ini berhubungan dengan angin baratan, yaitu angin yang berasal dari daratan Asia menuju wilayah Indonesia, dengan membawa uap air lebih banyak dari biasanya. Ketika matahari berada di sebelah utara Katulistiwa, daerah di belahan bumi utara mempunyai suhu udara yang panas dengan tekanan udara cenderung rendah. Maka itu, arah pergerakan angin dari belahan bumi utara (daratan Asia) menuju belahan bumi selatan (daratan Australia). Angin Monsum Australia Angin ini berhubungan dengan angin timur, yaitu angin yang berasal dari daratan Australia. Ketika matahari berada di belahan bumi selatan maka belahan Bumi selatan mempunyai suhu yang panas dan tekanan udara yang tinggi. Hal tersebut mengakibatkan pergerakan angin dari belahan bumi selatan (daratan Australia) menuju belahan bumi utara (daratan Asia). 5. Angin Topan (Badai Tropis) Angin topan adalah angin yang berputar dengan skala yang lebih lama sekitar 3-7 hari. Angin tersebut selalu terjadi di laut dengan daya rusak mencapai ribuan km, Indonesia termasuk negara yang tidak akan pernah dilintasi angin tersebut. Kendati demikian, untuk wilayah yang dekat dengan angin topan akan merasakan dampak secara tidak langsungnya. Beberapa dampaknya, antara lain: Peningkatan kecepatan angin > 20 knots atau 37 km/jam. Gelombang tinggi > 2.5 m. Hujan lebat dan angin kencang pada radius 1000 km dari pusat badai.