Sebelum membicarakan dinamika hubungan antara hewan dan tumbuhan dalam suatu ekosistem, penting untuk memahami konsep ekosistem itu sendiri. Ekosistem merujuk pada unit ekologis yang terdiri dari komunitas organisme dan lingkungan fisiknya yang berinteraksi secara saling menguntungkan. Dapat dijelaskan bahwa ekosistem merupakan tempat di mana makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan tumbuh dan berkembang. Ada berbagai jenis ekosistem yang menyebabkan interaksi antar makhluk hidup. Fungsi utama ekosistem adalah untuk memelihara keanekaragaman hayati dalam suatu wilayah. Semakin beragam flora dan fauna di suatu tempat, semakin stabil ekosistem tersebut. Perubahan yang terjadi dalam ekosistem bisa mengacaukan keseimbangan karena ada beragam makhluk hidup yang bergantung padanya. Hubungan antara tumbuhan dan hewan dalam sebuah ekosistem terjadi melalui transfer energi atau proses makan dan dimakan. Proses ini dikenal dengan istilah rantai makanan, di mana terdapat hirarki tertentu dalam transfer makanan. Dalam rantai makanan suatu ekosistem, tumbuhan bertindak sebagai produsen primer sementara hewan bertindak sebagai konsumen. Secara ekologis, produsen adalah organisme yang mampu membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses di mana tumbuhan mengubah karbon dioksida dan air menjadi oksigen dengan bantuan sinar matahari. Proses ini juga melibatkan kontribusi hewan karena mereka menghasilkan karbon dioksida. Tumbuhan sebagai produsen menghasilkan energi dan oksigen yang dibutuhkan oleh hewan di sekitarnya. Dengan demikian, hewan yang bergantung pada tumbuhan ini dapat bertahan hidup, bergerak, dan berkembang biak. Sisa energi yang tersimpan akan dimanfaatkan oleh konsumen tingkat kedua dan seterusnya. Energi ini akan terus ditransfer antar makhluk hidup hingga akhirnya mencapai tumbuhan lagi dalam bentuk humus di tanah. Kehadiran produsen tidak bergantung pada ketersediaan makanan, melainkan pada keseimbangan alam.