Belakangan ini dunia seakan tengah dihebohkan dengan kehadiran virus Zika. Virus yang pertama kami ditemukan di hutan bernama Zika di pedalaman Uganda pada 1947 ini mulai mencuri perhatian ketika ternyata persebarannya sudah mencapai Brazil. Namun apa sebenarnya virus Zika ini? Mengapa orang-orang menaruh perhatian lebih, bahkan WHO menetapkan Zika sebagai ancaman internasional? Mari kita bahas satu persatu. Apa yang dimaksud dengan virus Zika? Zika adalah virus yang disebarkan oleh nyamuk dari jenis Aedes. Ya, memang ini adalah nyamuk yang sama dengan penyebar penyakit mematikan yaitu demam berdarah (DBD). Secara umum, gejalanya juga mirip dengan demam berdarah atau chikungunya. Yakni demam tinggi, nyeri persendian, sakit kepala, muncul ruam atau bintik-bintik, dan mata merah. Semua orang bisa terkena virus Zika. Tapi tentu saja beberapa orang memiliki daya tahan yang lebih baik sehingga kebal terhadap pengaruh virus ini. Percaya atau tidak, sebetulnya virus ini tidak terlalu berbahaya. Kemungkinannya, hanya satu dari lima orang yang menunjukkan gejala sakit setelah virus ini masuk ke tubuh. Artinya, sebagian besar orang yang terpapar virus Zika tidak sakit, alias tubuhnya sudah kebal duluan. Resiko apakah jika virus Zika menginfeksi pada ibu hamil? Bahaya virus Zika ini baru nampak jelas ketika menyerang ibu yang sedang hamil. Beberapa waktu terakhir ini muncul fenomena bayi yang terlahir dalam keadaan tidak normal, yakni mengalami kondisi yang dikenal dengan Microcephalus (kita mengenalnya dengan mikrosepalus). Apa itu? Microcephalus, atau microcephaly, adalah kondisi bayi yang lahir dengan ukuran kepala yang kecil. Hal ini berdampak pula pada pertumbuhan otaknya yang terhambat. Menyeramkan sekali bukan? Para ahli mengaitkan kondisi microcephalus ini dengan terjangkitnya sang ibu oleh virus Zika ketika sedang hamil. Itulah mengapa kemudian virus Zika ditetapkan sebagai ancaman internasional. Bahkan organisasi C.D.C (Centers of Desease Control and Prevention) mengeluarkan daftar negara-negara yang sebaiknya tidak didatangi ketika seseorang sedang hamil. Namun jika sedang tidak sedang hamil, virus Zika ini hampir tidak berbahaya sama sekali. Bahkan tidak diperlukan obat atau vaksin apapun untuk mengobatinya. Tapi tetap saja, jauh lebih baik jika kamu segera pergi ke dokter jika mengalami gejala-gejala seperti disebutkan di atas. Bagaimana gejala terinfeksi virus Zika? Gejala infeksi virus zika biasanya ringan berlangsung selama 2-7 hari. Bentuk gejalanya diantaranya demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, kelemahan dan terjadi peradangan konjungtiva. Pada beberapa kasus zika dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Bagaimana cara penularan virus Zika dan bagaimana cara mencegahnya? Cara Penularan Virus Zika Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, virus ini menyebar melalui gigitan nyamuk yang juga menjadi penyebab dengue, chikungunya, dan demam kuning, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini akan menyebarkan virus dengan menggigit dan menginfeksi orang-orang. Tidak hanya itu, begini kira-kira skema penularan virus zika yang perlu kamu ketahui: 1. Melalui Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti Gigitan nyamuk merupakan cara penularan virus zika yang utama, sama halnya dengan penyakit demam berdarah. Nyamuk ini biasanya akan bertelur di dekat genangan air, seperti ember, atau genangan air lainnya. Berdasarkan sifatnya, nyamuk ini lebih banyak ditemukan hidup di dalam ruangan. Untuk mencegahnya, menjaga kebersihan ruangan dan juga menutup semua genangan air yang berpotensi berkembang biaknya nyamuk merupakan langkah terbaik. Selain itu, kamu juga dapat melakukan penyemprotan obat anti nyamuk secara rutin, atau mengoles losion antinyamuk sebelum tidur, agar tubuh terhindar dari gigitan nyamuk. 2. Dari Ibu ke Anak Virus zika juga dapat ditularkan ibu hamil pada janin yang dikandungnya. Ketika hal tersebut terjadi, janin bisa saja mengalami cacat otak. Untuk mencegahnya, deteksi dini virus zika dapat dilakukan dengan menggunakan alat Real Time Polymerase Chain Reaction (RTPCR). Alat tersebut berfungsi untuk membedakan virus dengue atau virus zika, sehingga langkah penanganan dapat dilakukan dengan tepat. 3. Berhubungan Seksual Cara penularan virus zika selanjutnya adalah melalui hubungan intim. Seseorang akan tertular virus jika mereka melakukan hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi. Untuk mencegahnya, penggunaan alat kontrasepsi diperlukan untuk menekan penyebaran virus berbahaya tersebut. Penanganan yang bisa dilakukan sendiri adalah dengan istirahat yang cukup, banyak-banyak minum air putih agar tidak dehidrasi, serta usahakan untuk berada di lingkungan yang bersih dan sehat. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan gigitan nyamuk. Sebab, virus Zika bisa berada di darah seseorang selama bebera hari, dan bisa disebarkan ke orang-orang di sekitarnya oleh nyamuk Aedes. Dan yang paling penting, hindari konsumsi obat secara sembarangan. Kamu lebih baik tidak mengonsumsi Aspirin, sebab kandungan di dalam obat non-steroidal anti-inflammatory seperti aspirin, ibuprofen, atau naproxen justru bisa memperparah penyakitmu. Sebaiknya segera pergi ke dokter jika demam tidak turun selama beberapa hari.