<p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang dapat menurunkan hasil tanaman yang dibudidayakan bila tidak dikendalikan secara efektif. Selain itu juga gulma merupakan salah satu faktor biotik yang menyebabkan kehilangan hasil panen.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gulma menyaingi tanaman dalam pengambilan unsur hara, air, ruang dan cahaya. Di lahan irigasi, persaingan gulma dengan padi dapat menurunkan hasil padi 10-40 %, tergantung pada spesies dan kepadatan gulma, jenis tanah, pasokan air dan keadaan iklim (Nantasomsaran dan Moody, 1993).</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Perilaku gulma yang mengganggu tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya meneybabkan tanaman gulma dijadikan sebagai musuh petani karena dengan adanya gulma secara otomatis menurunkan hasil dari produksi pertanian.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Selain itu juga gulma memiliki sifat mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Kemampuan gulma mengadakan regenerasi besar sekali, khususnya pada gulma perennial.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gulma perennial dapat menyebar dengan cara vegetatif. Luasnya penyebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demikian pula pada bagian-bagian lain, inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>yebaran karena daun dapat dimodifikasikan, demikian pula pada bagian-bagian lain, inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Disamping itu gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini pulalah yang memungkinkan gulma dapat berkembang biak dengan cepat. Gulma juga ada yang memberikan bau serta rasa yang kurang sedap, bahkan mengeluarkan zat di sekitar tempat tumbuhnya yang dapat meracuni tumbuhan lain (peristiwa Allelopati).</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam peristiwa allelopati.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Persaingan dapat berlangsung bila komponen yang dibutuhkan oleh, baik gulma maupun tanaman budidaya, berada pada jumlah yang patut diperebutkan.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gulma adalah tumbuhan yang mempunyai sifat dan ciri khas tertentu, yang umumnya berbeda dengan tanaman pokok atau tanaman budidaya. Sifat-sifat dari gulma tersebut antara lain:</span></p> <ul> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gulma dapat bertahan hidup dan tumbuh pada daerah kering sampai daerah yang lembab bahkan tergenangpun masih dapat bertahan.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Kemampuan gulma untuk mengadakan regenerasi atau perkembangbiakan memperbanyak diri besar sekali, khususnya pada gulma perennial. Gulma perennial (gulma yang hidupnya menahun) dapat pula menyebar luas dengan cara perkembangbiakan vegetatif di samping secara generatif. </span><a href='https://dosenbiologi.com/biologi-dasar/kelebihan-perkembangbiakan-vegetatif-di-banding-generatif'><span style='color:#000000'>kelebihan perkembangbiakan vegetatif di banding generatif</span></a><span style='color:#000000'> bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gulma juga dapat menghasilkan biji dalam jumlah yang sangat banyak, ini pulalah yang memungkinkan gulma cepat berkembang biak.</span></li> </ul> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Proses Pertumbuhan Gulma</strong></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Waktu aplikasi dan dosis herbisida berpengaruh terhadap bobot kering gulma. Interaksi waktu aplikasi dan dosis herbisida berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma pada umur 42 hari setelah tanam.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Setelah delapan hari penyemprotan daun-daun gulma terlihat menguning dan menunjukkan gejala chlorosis, dan setelah 14 hari penyemprotan hampir seluruh daun telah mengering, sebagian ada yang gugur dan mulai terdekomposisi. </span><a href='https://dosenbiologi.com/tumbuhan/perbedaan-warna-daun-akibat-proses-fotosintesis'><span style='color:#000000'>perbedaan warna daun akibat proses fotosintesis</span></a><span style='color:#000000'> bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Keadaan ini menguntungkan bagi biji-biji gulma yang ada di permukaan tanah, sehingga dormasi dari biji-biji tersebut dapat terpatahkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lutman dan Richardson (1977) bahwa awal proses penuaan daun terjadi 14 hari setelah penyemprotan pertama, setelah itu dapat dilanjutkan untuk penyemprotan berikutnya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Selain itu efektifitas pengendalian juga dipengaruhi oleh kemampuan gulma yang tumbuh kembali dalam menghadapi persaingan. Penyebab terjadinya gulma dominan akibat dari potensi tumbuh dari gulma yang tumbuh bersama-sama lebih mampu bersaing.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Hal ini sesuai dengan pendapat Lamid (1996), bahwa jenis gulma yang sangat kompetitif lebih mampu bersaing bila dibandingkan dengan yang non-kompetitif sehingga bisa menguasai ruang tumbuh. Penurunan bobot kering gulma menunjukkan tingkat persaingan antara gulma dan tanaman jagung manis lebih kecil.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Bobot kering gulma dipengaruhi juga oleh dosis herbisida. Pada umur 42 hari setelah tanam, perlakuan glifosat 3 l/ha menghasilkan bobot kering paling besar dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis glifosat 4.5 l/ha tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Keadaan ini disebabkan oleh perbedaan banyaknya bahan aktif yang dikandung oleh masing-masing tingkat dosis, sehingga berpengaruh terhadap efektifitas glifosat.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lamid et al. (1999) dan Sutanto (1997), bahwa penurunan bobot kering gulma pada penyiapan lahan padi sawah TOT + glyfosat 4.5 l/ha lebih kecil (17.1%) bila dibandingkan dengan TOT + glyfosat 6 l/ha (50.6%).</span></p>