<p style='text-align: justify;'><a href='https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/papua'><span style='color:#000000'>Papua</span></a><span style='color:#000000'>, pulau yang juga menjadi bagian dari wilayah Indonesia untuk bagian timur ini tidak hanya memiliki jumlah suku asli yang beragam saja, tetapi juga beragam kebudayaannya. Selain itu, Papua juga memiliki daya tarik tersendiri dengan pesona alam yang tidak dapat dibandingkan dengan daerah manapun di Indonesia, sebut saja seperti Raja Ampat dengan keindahan lautan serta terumbu karang yang menjadi habitat bagi bagi ribuan jenis ikan dan beberapa di antaranya termasuk ikan endemik asli Papua.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Pesona alam Papua tidak berhenti sampai di situ saja. Masih ada keindahan alam lainnya yang dikunjungi jika pergi ke tempat ini seperti Danau Sentani yang merupakan danau terbesar di Papua hingga Danau Love atau Danau Imfote yang berbentuk hati (Baca: </span><a href='https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/danau/danau-di-papua'><span style='color:#000000'>Danau Di Papua</span></a><span style='color:#000000'>). Bagi yang senang berpetualang terutama pecinta alam, pegunungan yang ada di Papua tentu tidak boleh terlewatkan. Gunung – gunung yang ada di Papua memiliki puncak tertinggi di Indonesia bahkan termasuk ke dalam tujuh puncak tertinggi di dunia, apalagi jika bukan Gunung Puncak Jaya atau Gunung Jayawijaya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sebagian besar dari kita tentu sudah mengetahui jika gunung yang berada di Papua merupakan gunung yang diselimuti salju sepanjang tahun dan berada di kawasan khatulistiwa. Pada awal ditemukan, keberadaan gunung tersebut masih belum dapat diakui oleh dunia, sebab gunung bersalju yang di wilayah tropis menjadi hal yang mustahil. 300 tahun kemudian keberadaan gunung bersalju tersebut akhirnya diakui setelah dilakukan ekspedisi pendakian.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gunung Puncak Jaya merupakan salah satu dari barisan Pegunungan Banjaran Sudirman yang ada di Papua dan cukup sering didaki oleh para pendaki profesional. Akan tetapi masih ada gunung lain yang tidak kalah indah dan menantang yaitu Gunung Sumantri. Memang Gunung Sumantri tidak begitu sepopuler Gunung Puncak Jaya, namun untuk para pecinta alam, gunung ini menjadi gunung favorit untuk didaki jika berkunjung ke Papua. Untuk lebih mengenal Gunung Sumantri, mari disimak penjelasannya di bawah ini!</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Karakteristik Gunung Sumantri</strong></span></p> <p style='text-align: justify;'><a href='https://storage.googleapis.com/ilmugeografi/2019/09/a129e020-puncak-jaya.jpg' rel='prettyphoto[5837]'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://storage.googleapis.com/ilmugeografi/2019/09/a129e020-puncak-jaya-300x196.jpg' style='height:196px; width:300px' /></span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Gunung Sumantri atau yang memiliki nama lengkap Gunung Sumantri Brodjonegoro merupakan gunung yang memiliki puncak yang cukup curam dan tajam serta memiliki tinggi sekitar 4.870 meter di atas permukaan laut. Gunung Sumantri berada tidak jauh dari </span><a href='https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/gunung/gunung-puncak-jaya'><span style='color:#000000'>Gunung Puncak Jaya</span></a><span style='color:#000000'> atau Piramida Carstensz tepatnya sekitar 2 kilometer di sebelah utara. Gunung Sumantri masuk ke dalam wilayah Papua Barat dan memiliki kawasan berupa hutan gunung, hutan Dipterokarp dan Diptorekarp Atas serta hutan Montane. Pada bagian utara sebagian besar Gunung Sumantri terdiri atas tebing – tebing curam yang merupakan bagian <em>Noordwand</em> atau dinding utara dari Gunung Puncak Jaya yang menyelimuti hampir keseluruhan sisi timur dan sisi barat gunung.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Pada dasarnya semua pegunungan yang ada di Papua terbentuk akibat adanya benturan antara lempeng Australia dengan lempeng Pasifik. Akibat dari benturan tersebut menyebabkan munculnya sebuah subduksi yang semakin lama terus bertambah. Permukaan batuan yang awalnya berada di dasar laut bergerak ke atas hingga akhirnya terbentuklah pegunungan. Tidak heran jika struktur batuan yang terdapat pada gunung – gunung di Papua tersusun atas batuan kapur, termasuk Gunung Sumantri. Gunung Sumantri dianggap sangat sulit untuk ditaklukkan bagi pendaki pemula, oleh karena itu perlu peralatan lebih saat mendaki gunung ini. Dahulu sebelum es mencair di bagian dinding utara dari puncak gunung, Gunung Sumantri termasuk gunung tertinggi. Selain itu meleleh dan hilang Gletser Meren, keunggulan topografi dari Gunung Sumantri semakin terlihat yang pada mula sekitar 200 meter kini menjadi lebih dari 350 meter. Bisa dikatakan jika Gunung Sumantri merupakan gunung tertinggi kedua di Oseania setelah Gunung Puncak Jaya.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Sejarah Pendakian Gunung Sumantri</strong></span></p> <p style='text-align: justify;'><a href='https://storage.googleapis.com/ilmugeografi/2019/09/8989aed5-gunung-sumantri.jpg' rel='prettyphoto[5837]'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://storage.googleapis.com/ilmugeografi/2019/09/8989aed5-gunung-sumantri.jpg' style='height:194px; width:259px' /></span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sebelum tahun 1973, Gunung Sumantri lebih dikenal dengan nama Ngga Pulu. Di tahun 1936, dilakukanlah ekspedisi yang dikenal dengan sebutan Puncak Gunung Kedua pada Dinding Utara. Ekspedisi lain juga dilakukan oleh Heinrich Harrer lalu dia juga membuat <em>track</em> pendakian Gunung Ngga Pulu pada sebuah peta di tahun 1962 yang saat itu masih bernama Ngga Pulu <em>“Sunday Peak”</em>. Sejarah pemberian nama Sumantri sendiri berasal dari nama seorang Mentri Sumber Daya Energi Dan Mineral Republik Indonesia yaitu Profesor Sumantri Brodjonegoro yang meninggal pada tahun 1973.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Untuk pertama kalinya, puncak tertinggi dari Gunung Ngga Pulu (sebelum menjadi Gunung Sumantri) berhasil didaki oleh pendaki berkebangsaan Belanda yaitu Anton Colijn, Jean Jacques Dozy dan juga Frits Wissel di tahun 1936. Seiring berjalannya waktu puncak Gunung Ngga Pulu didaki kembali untuk pertama kalinya di tahun 1962 pada bulan Februari oleh Heinrich Harrer, Philip Temple, Bert Huizenga dan Russel Kippax setelah mereka melakukan pendakian terhadap Gunung Piramida Carstensz.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Seorang pendaki lain yang bernama Reinhold Messner melakukan pendakian solo di Gunung Ngga Pulu sampai ketinggian 600 meter pada dinding utara tebing pada tanggal 27 September 1971. Sebelumnya Messner melakukan pendakian kedua di Gunung Piramida Carstensz. Satu tahun kemudian sebuah tim pendakian yang terdiri dari 3 orang pendaki bernama Leo Murray, Jack Baines, dan Dick Isherwood menemukan pasak – pasak yang telah ditinggal oleh Messner di bagian pucak Utara Gunung Ngga Pulu.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Fakta – Fakta Gunung Sumantri</strong></span></p> <ol> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Saat pertama kali ditemukan, Gunung Sumantri bernama Gunung Ngga Pulu. Ngga berarti gunung.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Hampir setiap bulan sepanjang tahun, Gunung Sumantri banyak dikunjungi oleh para pendaki. Terutama di bulan Mei dan Juni atau bertepatan pada musim kemarau. Jika mendaki pada bulan Maret dan September, para pendaki tidak akan melihat dengan jelas keindahan Gunung Sumantri sebab tertutup oleh kabut.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Setiap tahunnya, es yang menyelimuti Gunung Sumantri terus meleleh akibat pemanasan global. Tidak menutup kemungkinan gletser tersebut akan menghilang 10 – 15 tahun lagi.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sama seperti Gunung Puncak Jaya, mendaki Gunung Sumantri juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setidaknya dibutuhkan biaya lebih dari 40 juta untuk setiap pendaki, biaya tersebut disesuaikan dengan resiko pendakian serta biaya porter untuk mengangkut barang.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Lokasi Gunung Sumantri tidak begit jauh dari tempat penambangan emas terbesar di Indonesia yaitu PT. Freeport.</span></li> </ol> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Demikian penjelasan mengenai Gunung Sumantri. Semoga informasi di atas berguna dan dapat menambah pengetahuan.</span></p>