Virus telah berkembang sedemikian rupa sejak pertama kali ditemukan sejak seabad yang lalu, tapi apakah si pembajak protein mikroskopis ini hidup? Tergantung sebenarnya, asal kamu siap untuk berpikir out of the box. Sebelum kamu membaca lebih jauh tentang apa sebenarnya virus itu, coba tebak dulu deh menurut kamu virus itu makhluk hidup atau bukan. Sudah pastikan tebakanmu? Nah, cek kebenaran jawabanmu dengan membaca lebih jelas di sini ya! Kamu perlu tahu tentang syarat sesuatu bisa digolongkan makhluk hidup dan kenyataan bahwa yang digambarkan selama ini di iklan maupun tayangan komersil itu bukan virus. Biologi di masa sekolah terutama di Amerika Serikat mengenal akronim "MRS GREEN" dengan tujuan mengajarkan siswanya beberapa kualitas yang mendefinisikan makhluk hidup. Kepanjangan dari MRS GREEN adalah: Movement (pergerakan): semua makhluk hidup itu bergerak meski secara mikroskopis. Respiration (pernafasan): semua makhluk hidup memanfaatkan perubahan energi. Sensation (sensasi): semua makhluk hidup merespon perubahan lingkungan. Growth (pertumbuhan): semua makhluk hidup menggabungkan material untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Reproduction (reproduksi): semua makhluk hidup berkembang biak. Excretion (ekskresi): semua makhluk hidup menyingkirkan zat buangan hasil dari metabolisme mereka. Nutrition (nutrisi): semua makhluk hidup memproses dan memanfaatkan material baru. Gak perlu waktu lama sampai kamu menyadari bahwa realita itu jauh lebih kompleks daripada teori biologi sekolah. Virus bisa jadi terbentuk karena reaksi kimia atas dasar karbon yang sama, seperti halnya beberapa makhluk hidup lainnya di bumi. Namun mereka hanya bisa berfungsi dengan membajak mesin sel dari organisme lain. Dengan kata lain, mereka itu hidup seperti definisi MRS GREN tapi juga seperti batu. Jadi apakah virus berada dalam satu pohon kehidupan yang sama dengan anjing dan hewan lain, ataukah mereka sesuatu yang benar-benar berbeda? Virus adalah organisme subselular yang punya dua fase siklus kehidupan - salah satu fasenya, yaitu fase pemencaran, termasuk virions (partikel) yang menginfeksi sel-sel induk mereka. Genom yang mengandung virion kemudian mengambil alih metabolisme induknya dan meneruskannya untuk membuat virion lebih banyak. Itulah virion - material genetik berbentuk kotak gak bermetabolisme yang melayang bebas - yang sering kita kira sebagai virus. Namun jika kamu berpikir bahwa virus cuma kotak mikroskopis dari kimia gak aktif, kamu keliru. Virus juga mengalami proses reproduksi di dalam sel induknya, walaupun dengan cara meminjam kerja genom organisme lain. Jadi sebenarnya virus itu organisme biologis atau senyawa kimia? Masalahnya adalah kita terlalu sering menggambar garis tegas di luar definisi organisme dan membayangkan bahwa unit individual ini diproduksi dengan set gen tunggal, kemudian membedakannya makhluk hidup atau bukan. Padahal alam sendiri gak saklek membedakannya seperti itu. Gibbs mengatakan bahwa gen-gen semacam virus membentuk bagian besar genom dari banyak organisme-organisme selular, bahkan terlibat dalam evolusi mereka. Malah lebih dari 8% genom kita merupakan sisa-sisa dari berbagai virus lama, yang diturunkan antar generasi setelah menginfeksi nenek moyang kita. Para ahli biologi mempertimbangkan definisi biodiversitas untuk lebih fokus pada jumlah total karakteristiknya dalam ekosistem, bukan jumlah spesiesnya. Virus itu hidup, hanya karena kehidupan adalah sistem menyebar dari reaksi kimia yang berevolusi. Gak semua orang setuju dengan perombakan definisi itu mengingat fakta bahwa virus punya sifat seperti batu, mereka gak punya tindakan hasil keinginan diri sendiri yang kontinyu, menurut Amesh Adalja, dokter spesialis penyakit menular dari Johns Hopkins Centre for Health Security. Namun, virus juga memiliki material genetis seperti DNA atau RNA, karena itulah penempatan virus ada di perbatasan makhluk hidup dan benda mati. Virus itu hidup, tapi bukan dalam definisi hidup yang biasa kita kenal pada makhluk hidup lain. Claudia Vickers, seorang peneliti di bidang biologi sintetik dari University of Queensland sekaligus direktur Synthetic Biology Future Science Platform untuk CSIRO beranggapan bahwa manusia memang suka mengelompok-kelompokkan segala sesuatu - yang tujuan awalnya untuk membantu kita lebih mengerti soal dunia di sekeliling kita. Namun manusia juga perlu mengerti bahwa alam itu gak sesederhana yang mereka pikirkan. Kehidupan itu dibangun dari balok-balok kimia, yang terdiri dari: DNA, RNA, proteins, dan bagian selular lainnya, dilengkapi dengan kimia polimer yang umum. Mereka disusun dan bekerja sama untuk menggambarkan karakteristik yang kita kenal dengan "kehidupan" pada organisme hidup. Jadi Vickers menyarankan akan lebih mudah untuk melihat kimia dan biologi sebagai rangkaian kesatuan, termasuk area abu-abu tempat virus diklasifikasikan. Pada dasarnya kita harus menghindari mengotakkan diri hanya pada bidang tertentu, karena bisa jadi seperti kasus virus ini berada di tengah penggolongan biologi dan kimia. Di masa depan nanti, kita memang akan membangun klasifikasi makhluk yang berada pada area irisan kimia dan biologi. Penelitian ini sudah menjadi awal yang sangat baik untuk misi tersebut, merancang kode genetik 6 huruf yang gak masuk ke dalam sistem genetik 4 huruf yang digunakan secara umum saat ini. Melihat ke luar angkasa, kita juga akan semakin memperluas pemahaman biologi di bumi, mengingat bahwa di luar sana lebih bervariasi lagi interaksi, senyawa dan reaksi yang gak bisa saklek dikelompokkan hidup dan gak hidup. Jadi apakah virus itu hidup? Ya, kalau kamu melihat alam secara lengkap dari segala sisi, tanpa batasan biologi dan kimia. Namun, ini menjadi catatan penting bagi kita bahwa ilmu dalam kurikulum dasar biologi atau kimia itu sekedar sebagai pedoman umum untuk keperluan menyelesaikan problematika sehari-hari. Kalau kamu mau mendalami lebih jauh, kamu perlu keluar dari kotak pemahaman tersebut. Jangan pernah berhenti belajar ya!