<div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Kesenian angklung mengalami perjalanan yang beragam dari masa ke masa. Angklung yang merupakan alat musik tradisional asal Jawa Barat yakni Sunda bermula dari akrabnya kehidupan orang-orang Sunda memanfaatkan bambu. Dalam kesehariannya masyarakat menggunakan hasil bumi yang salah satunya adalah bambu. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 29) bahwa “bagi masyarakat Sunda bambu antara lain berguna sebagai bahan bangunan, bahan untuk alat pertanian, peralatan rumah tangga, sarana perhubungan, sebagai alat musik (suling, calung, angklung), dan masih banyak lagi kegunaan lainnya”.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Kesenian angklung diperkirakan sudah ada semenjak zaman kerajaan Sunda. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “beberapa catatan dari orang Eropa yang melakukan perjalanan ke tanah Sunda pada abad ke-19 mengatakan bahwa di daerah ini sering terlihat “permainan” angklung oleh orang-orang setempat. Di Jawa Barat, angklung telah dimainkan sejak abad ke-7”. Selain itu perkembangan kesenian angklung juga diawali dengan gagalnya panen di suatu desa yang dipercaya karena kemarahan Dewi Sri. Sehingga masyarakat memulai ritual untuk mengundang kembali Dewi Sri agar memberikan berkahnya pada kesuburan tanaman padi dengan menggunakan ritual yang diiringi kesenian angklung. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “di kalangan masyarakat Sunda, keberadaan angklung tradisional terkait erat dengan mitos Nyai Sri Pohaci atau Dewi Sri sebagai dewi padi. Pada awalnya, angklung tradisional digunakan oleh orang-orang desa pada masa itu sebagai bagian dari ritual kepada Dewi Sri”. Ritual tersebut sebagai upaya penghormatan kepada Dewi Sri dan upaya pencegahan agar cocok tanam mereka tidak ditimpa musibah.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Seiring berkembangnya zaman, maka kesenian angklung juga semakin berkembang. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 32) bahwa “perkembangan selanjutnya dalam permainan angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis dengan pola dan aturan tertentu”. Selain itu setiap acara yang berkaiatan dengan mengolah pertanian akan menampilkan kesenian angklung yang berupa pertunjukan ataupun arak-arakan dan sebagainya.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Jenis-jenis Angklung</strong></span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Angklung dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, ada angklung pentatonis dan angklung diatonis. Angklung pentatonis bisa juga disebut angklung tradisional yang memiliki suatu skala dengan lima not per oktaf. Sedangkan angklung diatonis disebut jenis angklung modern karena angklung tersebut diubah tangga nada angklungnya dari angklung yang bertangga nada pentatonik (da, mi, na, ti, la) menjadi angklung bertangga nada diatonik chromatik (do, di, re, ri, mi, fa, fi, sol, sel, la, li, ti, do) serta diubah menjadi tangga nada Barat (solmisasi).</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Pengubahan tangga nada tersebut dilakukan oleh Pak Daeng Soetigna. Angklung yang bertangga nada diatonis ini sering juga disebut dengan dua istilah yang berbeda yakni angklung diatonis dan angklung padaeng. Menurut Rosyadi (2012, hlm. 36) “ide pengubahan tangga nada tersebut muncul oleh keprihatinannya melihat anak-anak didiknya yang kebanyakan kurang berminat belajar seni musik dan seni vokal. Ia memaklumi ketidaktertarikan murid-muridnya belajar seni suara karena mereka merasa bosan dengan model pembelajaran yang monoton”.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Pada awalnya, permainan angklung ciptaan Pak Daeng ini hanya dikenal dikalangan anak-anak Pramuka di Kuningan. Selanjutnya, setelah angklung diatonik dikenal dikalangan Pramuka sebagai alat musik yang menyenangkan, akhirnya permainan musik angklung diatonis bisa diterima dan diajarkan di sekolah. Rosyadi (2012, hlm. 37)</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Daeng Soetigna menganggap angklung diatonis lebih cocok dan komunikatif untuk diajarkan kepada anak-anak. Kalau angklung tradisional merupakan angklung renteng yang dimainkan oleh seorang saja, maka angklung yang dibuat olehnya dimainkan secara bersama, setiap orang memegang angklung yang membunyikan hanya satu nada saja, sehingga setiap orang yang memegangnya mempunyai peranan. Harmoni tercapai dengan kerjasama yang rapih diantara para pemain.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa angklung yang cocok digunakan oleh siswa khususnya di Sekolah Dasar adalah angklung diatonis yang mudah dimainkan serta bisa dimainkan secara bersama-sama sehingga setiap siswa dapat ikut berperan serta. Dalam memainkan angklung tidak ada batasan jumlah pemain sepanjang angklungnya tersedia, hanya saja memerlukan pengorganisasian saat memainkannya.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Pengenalan Bagian Angklung</strong></span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Kegiatan untuk mengawali pembelajaran angklung dapat diberikan dengan cara mengenalkan bagian-bagian angklung. Dima (2015, hlm. 56) menyatakan bahwa “bagian yang ada pada alat musik angklung terdapat dua tabung besar dan dua tabung kecil, rangka, tabung dasar, dan lubang resonansi”.</span></div> <div style='clear: both; text-align: justify;'><a href='https://1.bp.blogspot.com/-CwNVghbhY-4/XjjyaGJgsXI/AAAAAAAABSI/SxqoIx-LOvoDlP4v0rBKBVZAUVRHQpSaACLcBGAsYHQ/s1600/Gambar-Fisik-Angklung.jpg'><span style='color:#000000'><img src='https://1.bp.blogspot.com/-CwNVghbhY-4/XjjyaGJgsXI/AAAAAAAABSI/SxqoIx-LOvoDlP4v0rBKBVZAUVRHQpSaACLcBGAsYHQ/s320/Gambar-Fisik-Angklung.jpg' style='border:0px none; height:auto; vertical-align:baseline; width:320px' /></span></a></div> <div style='margin-left: 21.3pt; text-align: justify;'> </div> <div style='margin-left: 21.3pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Bagian Angklung</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Teknik Dasar Memainkan Angklung</strong></span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Teknik dasar memainkan angklung ada beberapa macam. Teknik pertama yang diajarkan adalah cara memegang serta angklung. Hal yang sangat penting juga dalam cara memegang angklung adalah keluwesan serta ketenangan. Cara-cara memegang angklung menurut Hanifah (2015, hlm. 68-71)</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>1. Posisikan tangan kiri lurus kedepan. Jika, kamu kidal gunakan tangan kanan.</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>2. Pegang tiang bagian tengah rangka angklung dengan menggunakan tangan kiri, tangan kiri sebagai tempat menggantungkan angklung atau sebaliknya jika kamu kidal.</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>3. Selanjutnya pegang bagian kanan tabung dasar bawah angklung dengan menggunakan tangan kanan atau sebaliknya jika kamu kidal.</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>4. Jika angklung yang dimainkan lebih dari satu, maka cara memegangnya adalah dengan memosisikan angklung paling kecil dipegang di bagian ujung tangan, sedangkan yang agak besar disimpan bagian dalam lengan. Cara mengurutkannya, yaitu dengan memasukkan angklung yang besar terlebih dahulu, diikuti angklung lainnya yang berukuran lebih kecil.</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'> </span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Setelah kita dapat memposisikan angklung yang akan kita mainkan. Maka teknik ke dua yang dapat kita pelajari adalah dengan mengetahui cara memainkan angklung yang benar. Angklung dimainkan dengan cara digerakkan panjang dan pendeknya sesuai dengan nilai nada yang akan dimainkan. Cara memainkan angklung bisa secara mudah hanya dengan menggetarkan dari kiri kekanan ataupun sebaliknya.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Ada beberapa cara memainkan angklung agar terdengar lebih merdu dan lebih bervariasi. Menurut Hanifah (2015, hlm. 73-75) ada tiga cara memainkan angklung, cara memainkannya adalah sebagai berikut:</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>1. Menggetarkan (kurulung);</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Menggetarkan (kurulung), adalah menggetarkan angklung dengan menggunakan tangan kanan yang memegang tabung dasar di bagian kanan. Angklung digetarkan secara berlanjut dari kanan ke kiri, sepanjang lagu.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>2. Centok (sentak);</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Centok (sentok), adalah teknik membunyikan angklung secara pendek. Caranya adalah dengan menarik tabung dasar-dasar angklung dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan bawah, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja <em>(staccato). </em>Selain dengan cara tersebut, terdapat cara lain untuk menghasilkan suara angklung yang pendek. Caranya adalah dengan menepuk bagian tabung dasar angklung dengan telapak tangan bagian jari.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>3. Tangkep</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Tangkep merupakan cara menggetarkan sebagian nada pada tabung angklung dengan menahan salah satu tabung agar tidak ikut bergetar. Hal ini dapat menyebabkan angklung melodi mengeluarkan nada murni.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dengan mengetahui cara memegang serta bermain angklung yang benar maka akan lebih memudahkan proses pembelajaran. Ketiga cara memainkan angklung tersebut dapat dimainkan sepanjang lagu atau divariasikan dengan menggabungkan semua teknik dasar tersebut dalam memainkan lagu.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Memainkan Angklung Sesuai Lagu</strong></span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Untuk dapat memainkan angklung sesuai dengan lagu yang akan dipelajari maka ada beberapa unsur musik yang perlu diperhatikan dalam pembelajarannya. Menurut Yani (2016, hlm. 59-60) bahwa terdapat unsur-unsur musik yang perlu ditekankan dalam pembelajaran musik, diantaranya:</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>4. Bunyi, merupakan unsur musik dalam membuat karya musik, dalam bunyi kita menemukan nada (tinggi rendahnya bunyi), melodi (rangkaian nada-nada).</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>5. Irama, gerak musik yang berjalan teratur yang tidak tampak dalam lagu tetapi dapat dirasakan setelah lagu itu dialunkan. Irama juga mempunyai istilah lain yaitu ritme. Irama atau ritem adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Ritme itu sendiri merupakan bagian dari melodi atau lagu.</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>6. Tempo dapat diartikan sebagai ketukan konstan yang memikat bunyi menjadi suatu kesatuan detak.</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>7. Timbre disebut dengan warna suara. Dalam hal ini timbre sangat dipengaruhi oleh sumber bunyi dan cara menggetarkan atau membunyikannya.</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'><span style='color:#000000'>8. Dinamika merupakan aspek musik terkait dengan tingkat kekerasan bunyi. Adapun simbol musik yang menjelaskan tentang dinamika musik seperti piano (lembut) dan forte (keras).</span></div> <div style='margin-left: 14.2pt; text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dengan memahami unsur-unsur pembelajaran musik, maka akan memudahkan proses memainkan angklung sesuai lagu. Lagu-lagu yang dipelajari bisa berupa lagu wajib nasional, lagu daerah serta lagu anak-anak. Pembelajaran memainkan angklung dapat dimulai dengan pengenalan lagu yang akan dimainkan. Siswa diperdengarkan lagu yang akan dimainkan dengan angklung dan diperkenalkan dengan notasi angka lagu tersebut. Notasi angka seperti nada do, re, mi, fa, sol, la, si, do. Menurut Dima (2015, hlm. 60) bahwa “dalam notasi angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la), 7 (si). Untuk notasi angka pada do tinggi penulisan notasi angka tinggi bisaanya di atasnya ada titik yang melambangkan nada tinggi, dan titik dibawah tanda not rendah”. Berikut merupakan pengenalan notasi angka berserta nadanya:</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>1 untuk Do</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>2 untuk Re</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>3 untuk Mi</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>4 untuk Fa</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>5 untuk Sol</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>6 untuk La</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>7 untuk Si</span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>0 tidak ada</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Setelah siswa dikenalkan dengan notasi angka maka siswa bisa melafalkan serta menyanyikan suatu lagu menggunakan notasi angka. Jika para siswa sudah memahami notasi angka tersebut maka lagu tersebut dapat dimainkan dengan angklung. Masing-masing siswa diberikan angklung yang berbeda sesuai dengan kebutuhan lagu yang akan dimainkan. Setelah semua siswa mendapatkan angklungnya masing-masing, maka akan ada arahan dari guru untuk membunyikan angklung dengan menggunakan metode-metode pembelajaran angklung.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Metode Pembelajaran Angklung</strong></span></div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran angklung adalah metode Kodaly. Tujuan dari metode <em>hand sigh</em> Kodaly adalah untuk melatih musikalitas siswa. Metode Kodaly dipopulerkan oleh Zoltan Kodaly dan metode ini juga sering disebut dengan metode <em>hand sign. </em>Menurut Weldhanie (2016, hlm. 2) “metode hand sign Kodaly adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengilustrasikan nada dengan simbol atau posisi dan bentuk tangan berbeda untuk setiap nada do, re, mi, fa, sol, la, si, do”.</span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Pembelajaran angklung menggunakan metode ini dilakukan tanpa menggunakan partitur, tetapi hanya melihat simbol atau posisi dari tangan dirigen. Pembelajaran menggunakan metode <em>hand sign</em> ini diajarkan menggunakan tangan untuk mengenalkan tanda nada tertentu. Sehingga siswa diharapkan dapat membunyikan nada sesuai dengan tanda yang diberikan. Berikut merupakan gambar yang digunakan pada metode <em>hand sign.</em></span></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='clear: both; text-align: justify;'><a href='https://1.bp.blogspot.com/-A56o_1vwhrk/XjjyKLZiUvI/AAAAAAAABR8/jjw1VhamfH8QQcQtWnUe9LoLbl3waqXkgCLcBGAsYHQ/s1600/handsigns.gif'><span style='color:#000000'><img src='https://1.bp.blogspot.com/-A56o_1vwhrk/XjjyKLZiUvI/AAAAAAAABR8/jjw1VhamfH8QQcQtWnUe9LoLbl3waqXkgCLcBGAsYHQ/s320/handsigns.gif' style='border:0px none; height:auto; vertical-align:baseline; width:256px' /></span></a></div> <div style='text-align: justify;'> </div> <div style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Metode <em>Hand Sign</em></span></div>