<p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Data sensus terbaru dalam laporan berjudul "State of The World's Plants 2016" memperkirakan ada 391 ribu spesies tumbuhan vaskular dan sekitar 369 ribu tumbuhan berbunga. Seperlima atau sekitar 21 persen dari total spesies flora tersebut terancam punah.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Laporan ini disusun Royal Botanic Gardens (RGB) Kew. Ini adalah organisasi ilmiah di barat daya London, Inggris, yang khusus mempelajari flora dan jamur. "Temuan ini baru menyentuh bagian permukaan. Masih ada ribuan spesies tumbuhan di luar sana yang belum diketahui," kata Profesor Kathy Willis, kepala sains RGB.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Tim yang terdiri 80 ilmuwan itu menyebut sejumlah faktor di balik ancaman kepunahan. Perubahan iklim, aktivitas manusia, dan pembalakan hutan tropis disebut sebagai ancaman besar bagi tanaman. Ada pula penyebaran penyakit dan hama.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><a href='https://media.beritagar.id/2016-05/1280x960_0_0_1280_960_42d98303d4751180e775c704d828151572334cc9.jpg'><span style='color:#000000'><img alt='Ilustrasi tanaman' src='https://media.beritagar.id/2016-05/original_350/1280x960_0_0_1280_960_42d98303d4751180e775c704d828151572334cc9.jpg' style='height:301px; width:400px' /></span></a></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-size:12px'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='color:#000000'><em>(Ilustrasi tanaman: Pixabay)</em></span></span></span></p> <p style='text-align:justify'> </p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Dilansir Ibtimes, Selasa (10/5/2016), ada 2.034 spesies tumbuhan vaskular yang baru ditemukan pada 2015. Australia, Brasil dan Tiongkok merupakan sumber utama untuk identifikasi spesies baru tanaman.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Dari semua spesies baru tersebut, tanaman terbesar dan terberat yang ditemukan adalah <em>Gilbertiodendron maximum</em>. Selain berbobot sekitar 105 ton, tanaman ini memiliki ketinggian hingga 45 meter.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Spesies yang ditemukan di hutan hujan Gabon, Afrika Barat, tersebut terancam punah. Spesies baru lain yang ditemukan termasuk lebih dari 90 spesies bunga Begonia, 13 spesies baru keluarga bawang, dan penemuan kerabat dekat ubi jalar.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Dalam kurun satu dekade terakhir, lebih dari 2.000 spesies tanaman baru ditemukan setiap tahun. Berbagai spesies tanaman baru itu punya manfaat di berbagai bidang; sumber makanan baru, untuk bahan bakar, atau untuk kegunaan medis.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Kabar terkini menyatakan saat ini ada 17 ribu ribu spesies tumbuhan telah dikonfirmasi berguna sebagai bahan baku obat-obatan. Sementara sekitar 5.500 spesies dapat dikonsumsi.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Persoalannya, spesies baru itu justru terancam menghilang. Berdasarkan laporan IUCN Red List, beberapa spesies baru yang ditemukan pada 2015 bahkan sudah dianggap punah. Laporan ini mengidentifikasi 1.771 area flora yang terancam dan sangat sedikit yang berada di bawah perlindungan konservasi.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Laporan ini juga memperingatkan bahwa area tersebut akan terus berkurang atau bahkan menghilang sepenuhnya. Penyebabnya tentu saja perubahan penggunaan lahan, perubahan iklim, hama, dan penyakit. Kebetulan lebih dari 10 persen permukaan Bumi yang tertutup dengan vegetasi sangat sensitif terhadap perubahan iklim.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Namun laporan tersebut menyoroti spesies invasif (hama) sebagai salah satu penggerak paling dominan dalam kepunahan keanekaragaman hayati. BBC menulis ada 4.979 spesies tanaman yang masuk golongan invasif dalam survei global.</span></span></span></p> <p style='text-align:justify'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Tanaman ini menyebabkan kerugian besar pada tanaman yang dihinggapinya, merusak ekosistem alam, mengubah permukaan lahan, dan sering menyebabkan kerugian besar ekonomi. Untuk memberantas tumbuhan invasif dari muka bumi, laporan tersebut mengatakan butuh sekitar lima persen ekonomi dunia.</span></span></span></p>