<p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Pasti Anda sering melihat sawah<strong> padi</strong> yang digenangi oleh air, lantas hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah padi merupakan tanaman air. Sebenarnya, tanaman pangan ini bukan merupakan tanaman air. Hanya saja air menjadi salah satu faktor penting yang harus ada selama masa tanam.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Ketersediaan air dapat memengaruhi produktivitas tanaman, luas area tanam serta intensitas pertanaman. Air juga dapat menentukan potensi perluasan areal sawah baru karena bisa menentukan kualitas produksi gabah yang dihasilkan.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Saat ini ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi di sawah semakin terbatas karena sudah mulai banyak penduduk atau industri yang mulai menggunakan sumber air, intensitas curah hujan semakin pendek akibat perubahan iklim, cadangan air lokal berkurang, dan terjadinya pendangkalan waduk yang disebabkan oleh aktivitas manusia.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Saat ini, petani harus bisa mengefisiensikan jumlah air yang dimiliki dengan penerapan inovasi teknologi hemat air. Untuk menghasilkan gabah 1 kg, tanaman membutuhkan rata-rata 1.432 liter air. Jumlah ini cukup besar jika dibandingkan dengan untuk menghasilkan 1 kg jagung.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Sebenarnya, air dalam budidaya padi tidak selalu harus menggenang. Air bisa digunakan sesuai dengan kebutuhannya agar pemanfaatan air bisa jauh lebih efisien.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Untuk wilayah yang memiliki tiga kali masa tanam dalam satu tahun, efisiensi air bisa dilakukan pada musim hujan, musim kemarau (MK-1), ataupun musim kemarau (MK-2). Menghemat air bisa membantu petani untuk memperluas area tanam.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Jika pada MK-1 dan MK-2 ketersediaan air benar-benar tidak mencukupi, petani memerlukan bantuan dengan mengambil dari sumber air lainnya dengan pompa air dangkal atau dalam, kolam, embung, atau waduk.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Tanaman padi memiliki tiga fase pertumbuhan, di antaranya fase vegetatif yang berlangsung saat tanaman berumur 0—60 hari, fase generatif saat tanaman berumur 60—90 hari, dan fase pemasakan yang berlangsung saat tanaman berumur 90—120 hari.</span></span></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='font-family:Arial,Helvetica,sans-serif'><span style='font-size:14px'><span style='color:#000000'>Sementara itu, fase pertumbuhan yang ditentukan dari kebutuhan airnya terbagi menjadi 5 fase, di antaranya fase pembentukan anakan aktif, fase pembentukan anakan maksimun, inisasi pembentukan malai, fase bunting, dan fase pembungaan.</span></span></span></p>