MALAM beranjak larut ketika final sepak bola SEA Games 1987 di Stadion Senayan antara Indonesia melawan Malaysia masih sama kuat 0-0. Stadion terus bergemuruh karena lebih dari 100 ribu pasang mata tumpah ruah di tempat yang sekarang bernama Stadion Utama Gelora Bung Karno itu. Final harus dilanjutkan perpanjangan waktu. Dalam waktu normal 90 menit tidak ada yang mampu mencetak gol. Indonesia yang merupakan tuan rumah SEA Games 1987 sudah memastikan menjadi juara umum. Tapi tidak lengkap rasanya tanpa raihan medali emas dari cabang olahraga sepak bola. Perjuangan belum selesai, masih ada 2x15 menit yang harus dilalui untuk mencari pemenang final sepak bola Indonesia vs Malaysia. Di awal perpanjangan waktu situasinya tetap sama ketat. Indonesia dan Malaysia bermain begitu alot. Sampai akhirnya masuk menit-menit akhir perpanjangan waktu babak pertama, satu pergerakan penyerang Indonesia mampu mendekati pertahanan Malaysia. Ia menggocek dan menggiring bola dari sayap kanan, lalu masuk ke kotak penalti. Lepas dari kawalan lawan, pemain itu seketika menembakkan bola dan gol! Stadion Senayan serasa mau runtuh dengan histeria ratusan ribu penonton. Pemirsa televisi di rumah pun sama. Semua larut menyambut gol dari pemain bernama Ribut Waidi. Gol Ribut Waidi tercipta pada menit ke-102. Kedudukan berubah menjadi 1-0 untuk keunggulan Indonesia. Angka itu berhasil dipertahankan sampai perpanjangan waktu selesai. “Merah-Putih” akhirnya berhasil meraih medali emas SEA Games pertama kalinya di cabang olahraga sepak bola. Sebuah penantian nan lama. Semua bersuka cita, semua merasakan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Dilansir dari artikel kompas.com berjudul "Ribut Waidi Legenda Pengharum Nama Bangsa", setelah pertandingan selesai Ribut Waidi diarak keliling lapangan. Ia dianggap sebagai pahlawan lewat gol penentu kemenangan Indonesia atas Malaysia. Penghormatan buat pemain yang lahir di Pati pada 5 Desember 1962 itu. "Pertandingan sangat menegangkan. Lebih menegangkan lagi karena gol tercipta di perpanjangan waktu. Saya sebagai anak desa sungguh bangga bisa memberi yang terbaik buat bangsa," kata Ribut Waidi ketika itu. Sukses Ribut Waidi sampai diabadikan lewat pendirian patung di Semarang. Kota tempat ia dibesarkan di sepak bola bersama PSIS pada 1984 hingga 1992. Ribut Waidi telah meninggal dunia pada Juni 2012. Ia menyerah setelah berjuang melawan penyakit jantung. Sekarang generasi penerus sepak bola Indonesia hanya bisa meneladani semangat dan kerja kerasnya di sepak bola Indonesia.***