Obat untuk menanggulangi penyakit malaria ternyata juga turut dikerjakan oleh robot. Para ilmuwan dari universitas Manchaester, Aberystwyth, dan Cambridge, baru saja menciptakan robot khusus yang berperan sebagai ilmuwan untuk mengembangkan obat malaria. Robot bernama Eve ini diketahui memiliki kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) yang bisa meracik obat malaria. Uniknya, obat yang ia temukan untuk penyakit malaria justru berasal dari kandungan pasta gigi. Seperti dilansir Mirror, Senin (22/1/2018), Eve mengungkap triclosan kandungan anti bakteri yang biasanya ada di komposisi pasta gigi bisa menjadi salah satu bahan utama untuk menyembuhkan penyakit malaria. Para ilmuwan yang menciptakan Eve pun percaya triclosan merupakan kandungan paling efektif untuk menghancurkan parasit malaria. Dengan demikian, triclosan bisa dikomposisikan ke obat yang sudah ada untuk menyembuhkan malaria saat ini, seperti pyrimethamine. Sebelum mengklaim triclosan merupakan kandungan efektif untuk menyembuhkan malaria, Eve sudah lebih dulu melakukan tahap screening ke lebih dari 10.000 jenis kandungan setiap harinya. Tugasnya memastikan kandungan tersebut benar-benar sesuai dan layak untuk dijadikan bahan obat malaria. Implementasi teknologi lain yang digunakan untuk penyembuhan dan pencegahan malaria adalah seperti penggunaan drone. Ia ditugaskan untuk memantau wilayah tropis yang berpotensi tersebar penyakit tersebut. Implementasi ini dilakukan oleh ilmuwan Wales Aberystwyth University dan Tanzania Zanzibar Maalria Elimination Programme di Tanzania, Afrika Timur. Drone tersebut akan diterbangkan ke zona-zona yang diyakini memiliki titik penyebaran virus malaria terbesar. Drone juga akan dilengkapi dengan fitur dan teknologi khusus untuk mendeteksi titik panas yang menjadi penyebaran malaria. Selain itu, ilmuwan juga telah mengembangkan aplikasi khusus yang dapat menampilkan gambar rekaman drone secara langsung dan bisa dipantau para ilmuwan. Dan bukan tidak mungkin, ke depannya drone akan "dipersenjatai" dengan obat penyemprot khusus untuk melakukan pengasapan dan memberantas nyamuk malaria. Selain drone, implementasi teknologi lain yang digunakan untuk memantau penyebaran malaria adalah satelit milik NASA. Para peneliti akan menyasar wilayah yang kerap banjir dan terjadi penggundulan hutan. Dengan sistem ini, peneliti berharap dapat memprediksi penyebaran penyakit hingga tiga bulan sebelum wilayah itu terjangkit.Kendati demikian, sistem tersebut masih perlu disempurnakan sebelum benar-benar siap digunakan secara penuh. Menurut perkiraan, sistem dapat benar-benar dimanfaatkan dalam beberapa tahun ke depan. Apabila berjalan lancar, penggunaan satelit ini dapat mencegah penyebaran penyakit malaria dalam waktu yang cukup singkat. Hal itu juga dapat membantu pemerintah setempat menemukan cara paling efisien untuk mengatasi penyakit ini. Sekadar informasi, negara-negara berkembang di wilayah tropis sampai saat ini masih harus mendistribusikan jaring tidur, obat nyamuk, dan perangkat lain saat malaria menyerang. Melalui penerapan sistem itu, respons pemerintah dapat lebih tepat sasaran. Selain malaria, metode ini disebut dapat diterapkan pula untuk memperkirakan penyebaran penyakit lain. Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah penyakit yang juga disebabkan oleh nyamuk, seperti zika dan demam berdarah.