Sebelum kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu Afiks? Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519). Pembahasan mengenai Afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan dalam buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis Afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai Afiks. Afiks adalah proses pembubuhan Afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari tiga proses morfologi, yang terdiri dari afiksasi, reduplikasi dan proses pemajemukan. Pengertian Afiksasi Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards, 1992). Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah proses dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan atau menambahkan unsur selainnya. Ciri-Ciri Afiksasi Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri afiksasi, terdiri atas: Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini terdiri atas lebih dari satu morfem (polimorfemis) dan salah satu atau lebih morfemnya berupa afiks. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini mempunyai makna gramatikal atau makna gramatis. Kata berimbuhan ialah bahwa dalam proses terjadinya kata-kata itu terjadi pula perubahan kelas kata dari bentuk dasarnya. Jenis-Jenis Afiksasi Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis afiksasi, terdiri atas: Prefiks (Awalan) Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Contoh prefiks atau awalan, yaitu di-, ter-, ke-, se-, meN-, peN-, pra-, a-, per-, ber-, dan sebagainya. Infiks Proses pembentukan kata dengan menambah afik atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Afik-afik yang ditambahkan tersebut disebut infik atau sisipan. Proses pembentukan kata telinjuk, gemetar, dan gerigi, dilakukan dengan menambahkan infik di tengah bentuk dasarnya. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan -in-. Dalam bahasa Indonesia, jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3 infiks yang sudah disebutkan di atas. Lalu kita juga menemukan infiks –in- yang seperti digunakan pada kata sinambung. Selain sinambung kata lain yang seakan-akan dibentuk dengan infiks –in-, yaitu kata kinerja padanan kata Performance dalam bahasa Inggris. Sebenarnya –in- memang merupakan infiks, tetapi digunakan aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks –in- belum dapat menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam pembentukan kata baru dalam bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan infiks –in- bukan infiks dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia menyerap kata sinambung dan kinerja secara utuh dari bahasa Jawa. Sufiks Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks asli dalam bahasa Indonesia juga sangat terbatas. Masih banyak akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu –isasi, -er, -is, dan sebagainya. Sehingga beberapa akhiran-akhiran asing tersebut disebut sufiks serapan dari bahasa lain. Sebuah afiks, termasuk sufiks, dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia sehingga afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk membentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya melakukan penyesuaian pelafalan dan atau penulisan yang dianggap perlu. Contoh : -an, -kan, -i. Konfiks Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang berfungsi mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu itulah maka konfiks tidak dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan komposit bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua morfem (Sumadi, 2008). Konfiks disebut juga simulfiks karena konfiks itu merupakan merupakan gabungan afiks yang secara simultan mendukung makna tertentu. Konsep dasar konfiks atau simulfiks tidak sama karena sudut pandang penamaan konfiks dan simulfiks memang berbeda. Konfiks dilihat dari kebersamaannya mendukung satu makna atau satu pengertian, sedangkan simulfiks didasarkan kebersamaannya atau simultannya satuan gramatik itu dalam membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya, meN-, ber-ter-, -el-, -em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya. Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah. Misalnya, -man, -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain. Interfiks Bauer(1988: 23-24) menyebut interfiks sebagai afiks yang muncul di antara dua elemen yang membentuk kata majemuk. Kata interfiks berasal dari bahasa Latin inter yang berarti berada di antara, dan fixus yang berarti melekat. Dengan demikian, dapat dibedakan dengan infiks yang berarti melekat di dalam. Contoh interfiks dapat dilihat dalam bahasa Arab. Interfiks -ul- muncul di antara kata birr dan walad, sehingga menjadi birr-ul-walad ‘bakti anak’. Penulis tidak menemukan interfiks dalam bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris, penulis berpendapat bahwa bahasa Inggris dapat dianggap memiliki interfiks karena pengaruh bahasa Latin. Contohnya interfiks -o- dalam kata morphology. Morph dan logy memiliki lema tersendiri dalam kamus Webster’s New World. Gabungan kedua kata ini memerlukan interfiks -o- sehingga gabungannya bukan morphlogy melainkan morphology. Istilah morfologi dalam bahasa Indonesia tidak dapat dianggap memiliki interfiks -o- karena hanya kata morf yang ada dalam lema KBBI, tidak ada lema logi. Simulfiks Definisi simulfiks dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin simulatus ‘bersamaan, membentuk’ dan fixus ‘melekat’. Menurut Kridalaksana dll (1985: 20), simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku, contoh: kopi à ngopi. Bahasa Arab dan bahasa Inggris tidak memiliki simulfiks. Superfiks Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental (Kridalaksana dll, 1985: 21). Bauer (1988:29) menyamakan istilah superfiks dengan simulfiks. Dari asal kata bahasa Latin, supra berarti di atas (above) atau di luar (beyond), sedangkan simulatus berarti bersamaan. Dari contoh suprafiks dalam bahasa Inggris, ‘discount (n) à dis’count (v), dapat kita lihat bahwa suprafiks berada pada tataran suprasegmental sehingga istilah suprafiks lebih tepat dari pada simulfiks. Bahasa Arab dan bahasa Indonesia tidak memiliki suprafiks. Transfiks Transfiks adalah afiks yang muncul dikeseluruhan dasar (throughout the base). Dalam bahasa Latin trans berarti disepanjang (across) atau di atas (over). Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak memiliki transfiks. Afiks yang termasuk transfiks dapat ditemukan dalam bahasa Arab. Proses Afiksasi Proses terjadinya akfiksasi khusus untuk me –, terdiri atas: 1. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “t” akan digantikan menjadi huruf “n”. Contoh : me – + tulis = menulis me – + tali = menali me – + tari = menari 2. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “s” akan digantikan menjadi huruf “ny”. Contoh : me – + sapu = menyapu me – + santap = menyantap me – + salin = menyalin 3. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “k” akan digantikan menjadi huruf “ng”. Contoh : me – + kaji = mengaji me – + kunci = mengunci *namun berbeda dengan kata asing (non-EYD) yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia, huruf /k/ tetap. me – + konversi = mengkonversi 4. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “p” akan digantikan menjadi huruf “m”. Contoh : me – + pesona = memesona me – + paku = memaku 5. me – + [Kata Dasar] –> kata dasar yang berawalan huruf “c” akan digantikan menjadi huruf “ c”. Contoh : me – + cuci = mencuci me – + cari = mencari me – + curi = mencuri Contoh Afiksasi Berikut ini terdapat beberapa contoh dari afiksasi, terdiri atas: Contoh Prefiks Bahasa Arab: s-g-l ‘sibuk’ + a- à asyghal ‘menyibukkan.’ Bahasa Inggris: tangible ‘kasat mata’ + in- à intangible ‘tidak kasat mata’ Bahasa Indonesia: ajar + meng- à mengajar Contoh Sufiks Bahasa Arab: b-sy-r ‘manuasia’ + -i à basyari ‘manusiawi’ Bahasa Inggris: amaze ‘kagum’ + -ment à amazement ‘kekaguman’ Bahasa Indonesia: beli + -kan à belikan Contoh Konfiks Bahasa Arab: dh-r-b ‘memukul’+ ma- dan –un à madharabun ‘tempat memukul’ Bahasa Inggris: accept ‘menerima’ + un- dan -able à unacceptable ‘tidak berterima’ Contoh Transfiks f-r-h ‘senang’ + a-a-a à farraha ‘menyenangkan’ m-d-d ‘memanjangkan’ + a-a-a à maddada ‘memanjang-manjangkan’ k-f-r ‘mengkafiri’ + a-a-a à kaffara ‘menisbatkan kekafiran’