Kisah Teladan Wali Songo patut dipelajari oleh muslim Indonesia. Wali Allah di dunia ini jumlahnya banyak, tetapi dalam pelajaran ini yang akan kita pelajari hanyalah Wali Songo. Untuk mengetahui siapa para wali Allah itu dan apa saja yang menjadi kisah teladan dari Wali Songo kita dapat menyimaknya pada pelajaran ini. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Siapakah Wali Allah itu? Al-Qur’an menjelaskan bahwa wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa. Di samping melakukan hal-hal yang wajib, para wali Allah senantiasa melakukan hal-hal yang sunah serta menjauhi hal-hal yang makruh. Keimanan yang dimiliki wali Allah tidak dicampuri oleh kesyirikan. Mereka tidak mengakui kekuatan lain, misalnya batu, keris, tombak, senapan, dan lain-lain yang merupakan perbuatan syirik. Keimanan para wali Allah tidak sekadar pengakuan, tetapi keimanan mereka menghasilkan ketakwaan. Mereka melakukan apa yang diperintah oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Mereka tidak hanya melakukan hal-hal yang diwajibkan agama, tetapi juga menjalankan amalan-amalan sunah. Mereka menghindari perkara yang makruh dan menjauhi perkara yang diharamkan Allah. Kisah Teladan Wali Songo 1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) Maulana MaIik Ibrahim disebut juga Sunan Gresik atau Sunan Tandhes. Ia lahir di Samarkand, Asia Tengah dan wafat di Desa Gapura, Gresik, Jawa Timur. Kisah keteladanannya adalah semangatnya mendakwahkan Islam. Sunan Gresik banyak membela rakyat (Jawa) yang tertindas oleh Majapahit. Ia juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. 2. Sunan Ampel (Raden Rahmat) Sunan Ampel atau Raden Rahmat dianggap sebagai sesepuh oleh para wali songo lainnya. Makam Sunan Ampel terletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya Utara. Kisah keteladanan yang menarik adalah ketika Sunan Ampel berdakwah kepada Prabu Brawijaya. Meskipun akhirnya tidak memeluk agama Islam, Prabu Brawijaya terkesan dengan ajaran agama Islam sebagai ajaran budi pekerti yang mulia. Sunan Ampel mengajarkan falsafah Moh Limo (5M). Yang dimaksud dengan Moh Limo adalah tidak mau melakukan lima perbuatan tercela, yaitu: main (berjudi) mabuk maling (mencuri) madat (menghisap candu atau ganja) madon (berzina) 3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim) Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dan sekaligus muridnya. Ia wafat pada tahun 1525 di Tuban Jawa Timur. Kisah keteladanannya adalah cara berdakwahnya yang bijak. Sunan Bonang sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka. Beliau memasukkan alat musik bonang pada seperangkat alat musik gamelan. Oleh karena itu, beliau dikenal dengan sebutan Sunan Bonang. Sunan Bonang juga penggubah Suluk dan Tembang Tombo Ati. 4. Sunan Drajat Sunan Drajat juga putra Sunan Ampel. Beliau diperkirakan wafat pada 1522. Pesantren Sunan Drajat berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Kisah keteladanannya adalah cara dakwahnya yang menekankan keteladanan dalam hal perilaku yang terpuji, kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan agama Islam. Sunan Drajat juga berdakwah melalui kesenian. Tembang Macapat Pangkur disebut sebagai ciptaannya. 5. Sunan Kudus Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji. Beliau memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak. Beliau menduduki posisi sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, dan hakim peradilan negara. Sunan Kudus banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya adalah Sunan Prawata penguasa Demak dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550. 6. Sunan Giri Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Beliau termasuk murid Sunan Ampel dan seperguruan dengan Sunan Bonang. Salah satu keturunannya adalah Sunan Giri Prapen yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima. Sunan Giri sangat berjasa mendakwahkan Islam di Jawa bahkan sampai ke wilayah timur Indonesia. Beliau pernah menjadi hakim dalam perkara Syeh Siti Jenar. Beliau pun juga berdakwah melalui kesenian. Tembang Islami untuk dolanan anak-anak diciptakannya, seperti Jamuran, Jithungan dan Delikan. 7. Sunan Kalijaga (Raden Said) Sunan Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang bemama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Beliau adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga juga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, seperti wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul juga dianggap sebagai hasil karya beliau. 8. Sunan Muria (Raden Umar Said) Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah adik ipar Sunan Kudus. Tempat tinggalnya di Gunung Muria yang letaknya di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah. Seperti ayahnya, Sunan Kalijaga, ia berdakwah dengan cara lembut. Kesenian gamelan dan wayang tetap digunakan sebagai alat berdakwah. Sunan Muria menciptakan tembang Sinom dan Kinanti. Sasaran dakwahnya adalah para pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata. 9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin. Beliau berjasa mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahan yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Putra beliau yang bemama Maulana Hasanuddin juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten sehingga kemudian menjadi Kesultanan Banten. Sunan Gunung Jati memberikan keteladanan yang baik dalam bekerja. Beliau sering ikut bermusyawarah dengan para wali lainnya di Masjid Demak. Pada pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa (1480), Sunan Gunung Jati melibatkan banyak pihak, termasuk para wali lainnya dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah.