Rasa cinta terhadap kesenian tradisional, coba ditanamkan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dengan menggelar workshop pembuatan topeng. Mahasiswa UMM yang tergabung dalam Kelompok 5 Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMM tersebut, mengajarkan pembuatan Topeng Malangan, yang merupakan kesenian tradisional asli dari Malang. Pernyataan Mahatma Gandi, yakni "Sebuah budaya bangsa tinggal di hati dan di dalam jiwa rakyatnya,". Menjadi inspirasi para mahasiswa UMM ini, untuk mengajari para generasi Z, dalam mencintai seni dan budayanya sendiri. Kegiatan ini digelar para mahasiswa di Dusun Gading, Desa Gading Kembar, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, dengan melibatkan siswa-siswi SDN Gading Kembar 02. Para pelajar tersebut, begitu antusiasi mengikuti workshop yang digelar para mahasiswa UMM. Tak hanya pemaparan materi, para pelajar juga bisa langsung mempraktikan pembuatan Topeng Malangan berbahan limbah kertas. Kegiatan ini diprakarsai Noor Khotija, mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial UMM, semester 7. "Kami ingin mengajak para generasi Z untuk tidak melupakan begitu saja seni, budaya, dan sejarah bangsanya," ungkapnya. Menurutnya, seni Topeng Malangan ini sendiri berkaitan erat dengan Kerajaan Kanjuruhan. Budaya topeng muncul pada masa pemerintahan Raja Gajayana, sekitar abad ke-8 Masehi yang dimaksudkan sebagai sandiwara atau tontonan hiburan bagi sang raja dan rakyatnya. Budaya ini merupakan hasil asimilasi antara budaya India, dan Jawa-Kanjuruhan, karena pada masa tersebut banyak pedagang dari India, yang berdagang di Kanjuruhan. "Penggunaan limbah kertas dalam pembuatan Topeng Malangan ini, juga bertujuan mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah kertas, bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang bernilai seni tinggi," ungkapnya. Menurut dosen pengawas lapang (DPL) kelompok 5, Wasis, penggunaan limbah kertas sebagai bahan dasar pembuatan topeng ini, memiliki fungsi untuk menjaga lingkungan, melatih jiwa kewirausahaan, dan bisa mengurangi limbah agar tidak hanya jadi abu atau polusi saja. Langkah membuatnya sangat mudah, yakni menyiapkan sisa koran atau limbah kertas lainnya, kemudian direndam selama dua hari. Setelah itu kertas dihancurkan untuk dijadikan bubur kertas. Setelah menjadi bubur kertas, airnya dipisahkan dari bubur kertas. Lalu dibuat adonan berbahan lem kayu, semen putih, dan brokat, yang dicampurkan dengan bubur kertas. Setelah itu dicetak dalam cetakan berbentuk tokoh-tokoh dalam Topeng Malangan. Pada workshop kali ini para murid diajarkan untuk membuat Topeng Malangan karakter Gunungsari, dan Dewi Sekartaji. Raden Gunungsari sendiri adalah saudara laki-laki dari Dewi Sekartaji. Gunungsari merupakan salah satu tokoh ksatria Jawa, yang oleh masyarakat dianggap sebagai 'lakon' atau karakter tokoh yang patut untuk dijadikan panutan.