Dalam setiap film kartun, keju selalu digambarkan sebagai potongan keju dengan lubang-lubang di seluruh bagiannya. Namun kenyataannya tak semua jenis keju punya lubang-lubang di seluruh bagiannya. Keju yang punya lubang-lubang hanyalah keju berjenis Swiss. Mengapa harus ada lubang? Bukan, bukan untuk tempat bersembunyi tikus atau serangga. Tapi lubang-lubang ini punya 'maksud' sendiri. Mengutip The Daily Meal, saat itu para ilmuwan dan pembuat keju percaya bahwa lubang di keju Swiss adalah hasil dari bakteri yang tumbuh seiring dengan proses penuaan keju. Bakteri yang dimaksud adalah S. thermphilus, Lactobacillus, dan P.shermani. Bakteri ini menghasilkan asam laktat yang kemudian dikonsumsi bakteri P. shermani. Sambil 'makan' bakteri ini akan mengeluarkan gas karbondioksida. Ilmuwan mengungkapkan bahwa hal inilah yang menyebabkan kantong udara kecil yang akhirnya menciptakan lubang di keju. Dilansir dari The New York Times, sebuah penelitian pada 2015 yang dilakukan oleh lembaga pertanian Swiss, Agroscope menyebutkan lubang di keju Swiss makin lama makin kecil. Namun kini lubang-lubang keju makin kecil. Penyebabnya adalah karena banyak peternakan susu modern sudah meninggalkan proses pemerahan tradisional demi metode yang lebih bersih dan efisien. Hal ini mengurangi partikel-partikel kecil yang masuk ke dalam susu. Dalam penelitian, peneliti mendapati bahwa selama proses memerah susu tradisional yang melibatkan lumbung dan ember, ada banyak partikel kecil jerami atau bahan lainnya yang sering jatuh ke dalam susu. Awalnya partikel ini terlalu kecil untuk dilihat sehingga sulit dihilangkan. Namun selama proses penuaan keju, partikel-partikel ini melemahkan struktur dadih keju yang kokoh. Kondisi ini ditambahkan dengan gas sisa bakteri keju pembuat lubang. Kombinasinya menyebabkan lubang keju Swiss berukuran besar.