Mendengar kata ingkung, memori para pencinta kuliner tentu akan tertuju pada masakan ayam utuh dengan rasa gurih. Orang Jawa biasanya memasak ingkung saat hajatan. Ingkung menjadi menu utama kala kenduri. Biasanya ingkung berasa gurih, ada yang menggunakan santan dan ada yang tidak. Nah, berbeda dengan ingkung kebanyakan, di warung Ingkoeng Djawa Imogiri tersedia ingkung dengan rasa pedas. Bagi para pencinta masakan pedas, ingkung satu ini bisa menjadi pilihan. Warnanya cenderung memerah dengan rasa gurih-pedas yang sangat menggoda. Cara memasak ingkung pedas sama dengan ingkung pada umumnya. Hanya, untuk ingkung pedas ini, selain ditambahkan cabai juga diberi bumbu seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, gula, salam, lengkuas, jahe, garam, santan, plus bumbu rahasia yang akan membuat lidah Anda susah berhenti mengunyah sebelum puas. Menu ingkung disajikan utuh satu ekor. Harganya bergantung besar kecilnya ayam. Untuk masakan standar, koki di warung ini menggunakan cabai 15 butir. Namun, bagi pengunjung yang menginginkan level kepedasan tertentu, bisa langsung memesan sesuai selera. “Kalau ingin pedas banget atau hanya agak pedas, kami bisa membuatkannya,” kata pengelola warung Ingkoeng Djawa Imogiri Johan Cahyana kepada KORAN SINDO, Jumat (13/9). Menu pedas ini sebenarnya baru. Menu tersebut di-launching awal tahun ini. Mulanya banyak pelanggan Ingkoeng Djawa yang meminta sambal dengan porsi yang banyak. Berawal dari situ tim koki di warung Ingkoeng Djawa kemudian bereksperimen menciptakan menu ini. Beberapa kali mencoba varian rasa, akhirnya berhasil diciptakan ingkung pedas. Menciptakan varian rasa ingkung pedas tidaklah gampang, lantaran referensi menu ini terbilang susah. Johan bahkan berani mengklaim menu ingkung pedas ini adalah yang pertama di Yogyakarta. “Kami menciptakan menu ini memang sebagai pilihan bagi para pencinta kuliner pedas,” tandas Johan. Di tempat ini, ingkung baru dimasak jika sudah ada pelanggan yang memesan. Meski demikian, Anda tidak perlu khawatir, karena tak butuh waktu lama sajian ingkung lengkap dengan lalapannya akan segera tersaji. Di warung ini tersedia tiga jenis ingkung. Pertama ingkung areh, yakni ingkung yang dimasak menggunakan santan, kemudian ingkung original yang hanya dimasak menggunakan bumbu utama daun salam dan bawang tanpa santan, serta menu terbaru ingkung pedas. Sebelum diberi bumbu tersebut, semua ayam telah dipresto sehingga dagingnya kenyal lunak. Orang tua dan anak kecil pun tidak akan kesulitan menyantap lantaran dagingnya sangat lunak. Untuk mempertahankan kualitas rasa, Johan mengaku ikut turun tangan memasak ingkung. “Saya spesial memasak ingkung areh. Kalau yang pedas, kami punya koki khusus,” terangnya. Warung Ingkoeng Djawa ini juga hanya menggunakan ayam kampung. Ayam kampungnya pun wajib ayam kampung yang saat dipelihara dilepas atau diliarkan. Bukan ayam kampung yang diberi makan konsentrat layaknya ayam negeri. “Ayam kampung yang diumbar (dipelihara dengan cara dilepas bebas berkeliaran) memiliki tekstur daging yang berserat sehingga kalau dimasak terasa kenyal,” kata Johan. Dari segi umur, ayam kampung yang dipilih jenis ayam kampung dere atau ayam yang berusia remaja. Kalau sudah terlalu tua rasanya alot sehingga tidak bisa sembarang ayam dapat dimasak menjadi ingkung. Santosa Suparman, salah satu pelanggan Ingkoeng Djawa Imogiri mengaku, sering datang ke warung ini bersama keluarga besar. Biasanya dia memesan tiga varian rasa sekaligus. Rasa original, areh (bersantan), dan varian pedas. “Anak-anak dan keponakan saya suka yang pedas. Sementara istri saya suka yang gurih. Saya sendiri suka yang areh,” terangnya. Sebagai pelengkap masakan ingkung, di warung ini juga disediakan minuman wedang uwuh yang sudah melegenda. Jadi jika Anda penasaran, silakan datang ke warung ini. Nikmati sensasi ingkung pedas ditambah wedang uwuhnya, dijamin kemepyar. Lokasinya ada di sekitar dua kilometer sebelum kompleks makam raja-raja di Imogiri, Bantul.