Kanker otak adalah pertumbuhan sel tidak normal (tumor) pada otak yang bersifat ganas. Sel kanker dapat menguasai dan mengambil ruang, darah, serta nutrisi dari sel sehat dalam tubuh. Berdasarkan jenis selnya, tumor otak dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas pada otak atau kanker otak cenderung tumbuh lebih cepat dan menyebar ke bagian tubuh lain, serta dapat muncul kembali walaupun sudah diangkat. Terdapat 4 stadium tumor otak yang dapat dilihat dari perkembangan sel tumor dan perluasan penyebarannya. Pada stadium 1, jika dilihat di bawah mikroskop, sel tumor masih tampak normal dan pertumbuhannya lambat. Stadium 2 juga ditunjukkan dengan pertumbuhan sel tumor yang lambat, namun sel tumor mulai tampak tidak normal dan bila diangkat cenderung tumbuh kembali. Sedangkan pada stadium 3, sel tumor tidak lagi menyerupai sel normal dan perkembangannya aktif. Sementara pada stadium 4, sel tumor sudah sangat berbeda dengan sel normal dan tumbuh secara cepat. Kanker otak dapat berasal dari sel otak sendiri, atau yang disebut kanker otak primer. Sel kanker juga bisa berasal dari bagian tubuh lain yang menyebar (metastasis) hingga ke otak, dan kondisi ini disebut kanker otak sekunder. Meski tergolong jarang, kanker otak bisa terjadi pada semua umur. Menurut data WHO pada tahun 2018, kasus kanker baru di Indonesia hampir mencapai 350 ribu. Dari kasus tersebut, kanker otak menempati urutan ke-17 dengan penderita lebih dari 5000 orang. Gejala Kanker Otak Gejala kanker otak yang muncul berbeda-beda, tergantung dari ukuran, letak, dan tingkat perkembangan tumor. Gejala dapat timbul karena tumor menekan bagian lain dari otak sehingga mengganggu fungsinya, atau tumor yang bertambah besar sehingga memenuhi ruang dalam rongga kepala. Gejala yang sering terjadi pada penderita kanker otak adalah: Sakit kepala berulang yang semakin sering dan Rasa tidak enak badan. Sering mengantuk. Kejang. Pandangan kabur. Mual dan muntah. Dari lokasi pertumbuhan tumor, gejala yang tampak dapat berbeda-beda sesuai fungsi bagian otak yang terganggu. Di antaranya adalah: Tumor pada lobus frontal. Lobus frontal pada otak besar berperan dalam kemampuan bicara, membuat rencana, memecahkan masalah, membuat beberapa gerakan, memproses sensasi, serta membentuk kepribadian dan karakter. Gejala yang muncul meliputi perubahan kepribadian, menjadi apatis, sulit membuat rencana, gelisah atau bersikap agresif, sulit berjalan, serta gangguan penglihatan atau bicara. Tumor pada lobus temporal. Bagian tersebut berperan dalam memproses suara dan menyimpan ingatan. Gejala yang muncul meliputi lupa, sulit mencari kata yang tepat, hilang ingatan sesaat, merasa seperti sudah pernah mengalami suatu kejadian, atau mendengar suara yang sebenarnya tidak ada. Tumor pada lobus parietal. Lobus parietal memproses sentuhan, tekanan, dan nyeri, serta mengenali benda dan menyimpan pengetahuan. Gejalanya meliputi sulit berbicara atau memahami perkataan orang lain, susah membaca atau menulis, dan kehilangan indra perasa pada sebagian tubuh. Tumor pada lobus oksipital. Lobus oksipital di otak besar berfungsi untuk memproses penglihatan. Gejalanya meliputi gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatan pada satu sisi. Tumor pada batang otak. Batang otak merupakan pusat pengendali pernapasan, detak jatung. tekanan darah, serta kemampuan menelan. Gejalanya meliputi gangguan koordinasi, kelopak mata atau mulut turun pada satu sisi, kesulitan menelan dan berbicara, serta penglihatan ganda. Tumor pada otak kecil. . Gejalanya meliputi gangguan koordinasi tubuh, gerakan mata yang tidak terkendali, leher kaku, rasa tidak enak badan, serta pusing, Tumor pada kelenjar pituitari atau hipofisis. Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon untuk pertumbuhan, metabolisme, menstruasi, serta produksi sperma dan sel telur. Gejalanya meliputi menstruasi tidak teratur, infertilitas atau kemandulan, pertambahan berat badan, suasana hati berubah-ubah, diabetes, tekanan darah tinggi, serta tangan dan kaki membesar. Tumor pada saraf yang mengatur penglihatan, dengan gejala utama berupa gangguan penglihatan. Tumor pada saraf pendengaran, dengan gejala utama berupa gangguan pendengaran. Tumor pada meningen atau selaput yang melindungi otak. Akan menimbulkan gejala pusing, ganguan penglihatan, serta gangguan saat melakukan gerakan. Gejala kanker otak juga dapat tidak disadari pada awalnya, karena seringkali muncul secara bertahap. Penyebab Kanker Otak Kanker otak terjadi ketika salah satu tipe sel berubah dari karakteristik normalnya, dan tumbuh secara tidak terkendali. Pertumbuhan abnormal ini dapat menjadi massa atau tumor. Meski demikian, penyebab pasti perubahan sel masih belum dapat dipastikan. Berikut ini adalah sejumlah faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kanker otak: Radiasi pada kepala. Paparan radiasi di kepala, seperti radioterapi atau CT scan membuat seseorang lebih berisiko menderita kanker otak, terutama glioma ganas. Memiliki penyakit genetik, misalnya sindrom Gorlin, sindrom Turner, Von Hippel-Lindau, Li-Fraumani, tuberous sclerosis, atau neurofibromatosis tipe 1 dan 2. Menderita HIV/AIDS. Penyakit ini dapat menurunkan imunitas tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker, termasuk kanker otak. Riwayat kanker dalam keluarga. Memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Kondisi berat badan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30, meningkatkan risiko terjadinya beberapa jenis kanker otak. Kebiasaan merokok. Hidup di daerah dengan tingkat polusi dan pencemaran lingkungan yang tinggi. Pengobatan Kanker Otak Pengobatan kanker otak dilakukan berdasarkan beberapa faktor, yaitu usia dan kondisi kesehatan penderita secara umum, juga lokasi, ukuran, dan jenis tumor. Pilihan tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker otak, di antaranya adalah operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi. Operasi Prosedur ini bertujuan untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin dan meredakan gejala kanker otak. Umumnya, operasi dilakukan untuk membantu keberhasilan terapi lainnya. Terdapat beberapa metode operasi kanker otak, antara lain: Kraniotomi. Dokter akan membelah tulang dari rangka kepala pada lokasi tumor yang diketahui dari pemindaian. Setelah tumor diangkat, potongan tulang akan dipasang kembali menggunakan pengaman berupa briket logam kecil. Neuroendoskopi. Dalam prosedur ini, tumor akan diangkat melalui lubang kecil yang dibuat pada rangka kepala. Operasi melalui hidung (transsphenoidal surgery). Operasi ini dilakukan untuk mengangkat tumor pada kelenjar pituituri, tanpa melakukan pembedahan rangka kepala. Dalam, transsphenoidal surgery, dokter akan memasukkan selang berkamera melalui hidung pasien untuk memotong dan mengeluarkan tumor. Kemoterapi Dalam terapi ini, obat antikanker dimasukkan dalam tubuh untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dilaksanakan pasca operasi untuk mencegah tumor muncul kembali, dan memperpanjang usia harapan hidup penderita. Dalam kemoterapi, obat yang dapat digunakan adalah temozolomide atau vincristine. Untuk pasien anak-anak, dapat diberikan obat cyclophosphamide, vincristine, cisplatin, etoposide, carboplatin, atau methotrexate. Obat-obatan tersebut dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan. Kemoterapi dapat diberikan dalam bentuk tablet atau kapsul yang diminum, suntikan pada cairan otak dan tulang belakang, serta suntikan pada pembuluh darah vena. Pelaksanaan kemoterapi dilakukan dalam suatu siklus yang terdiri dari pemberian obat dan masa istirahat. Tiap siklus biasanya berlangsung selama beberapa minggu. Kemoterapi dapat menimbulkan efek samping berupa mual, muntah, sariawan, kehilangan selera makan, rambut rontok, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, serta tubuh terasa lemah atau lelah. Selain itu, kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko infeksi. Radioterapi Dalam radioterapi, sinar berenergi tinggi diarahkan pada lokasi tumor untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali. Radioterapi dilakukan untuk menghilangkan tumor yang tidak bisa diangkat dengan cara operasi, serta menurunkan risiko tumor muncul kembali. Radioterapi dilakukan dalam serangkaian terapi, selama 3-7 minggu. Radioterapi bisa dilakukan dari luar (eksternal) yang ditujukan langsung pada tumor, atau menggunakan kapsul radioaktif yang ditempatkan dalam tumor (internal). Serupa dengan kemoterapi, radioterapi juga memiliki beberapa efek samping. Di antaranya rambut rontok, tubuh lelah, dan rasa tidak enak badan. Selain kedua radioterapi tersebut, terdapat teknik yang disebut stereotactic radiosurgery. Dengan terapi ini, tumor dapat dihancurkan tanpa membedah rangka kepala. Dokter akan menggunakan bantuan CT scan atau MRI untuk menentukan posisi tumor. Selanjutnya, tumor dipotong dengan mengunakan pisau gamma atau pisau cyber. Radioterapi jenis ini memiliki lebih sedikit komplikasi dibanding operasi biasa, dengan waktu pemulihan yang juga lebih cepat. Kanker otak dapat tumbuh di beberapa bagian otak yang mengendalikan kemampuan bergerak, bicara, penglihatan, atau proses berpikir. Oleh karena itu, pasca pengobatan diperlukan fisioterapi jika terjadi gangguan fungsi tubuh. Fisioterapi yang bisa dilakukan meliputi terapi fisik untuk mengembalikan fungsi bergerak atau kekuatan otot, terapi okupasi untuk membantu pasien melakukan kegiatan secara normal, serta terapi bicara bagi pasien yang memiliki gangguan bicara. Peran keluarga dan teman sangat penting dalam membantu penyembuhan penderita. Selain teman dan keluarga, dukungan juga bisa didapat dari konselor, pekerja sosial, atau agamawan untuk membantu membahas apa yang dirasakan dan dikhawatirkan penderita.