<h1 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Kisah Sebutir Kentang</strong></span></h1> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Biasanya pilihan bagaimana mengolah kentang adalah direbus dengan sayuran lain menjadi sup, ditumbuk sehingga menjadi perkedel atau diiris kemudian digoreng. Hmm...itu saja sudah nikmat. Bagaimana kalo kentang-kentang ini dijadikan sumber energi alternatif pengganti listrik? Bisa jadi ini ide yang menarik atau malah tidak sama sekali, tergantung pada seberapa banyak dan seberapa mahal harga kentang di daerah anda. Tetapi sebagai suatu ide energi alternatif, pengakuan seorang peneliti bernama Haim Rabinowitch cukup <strong>menakjubkan</strong>. “<em>Sebutir kentang dapat memberi tenaga bagi lampu LED untuk menerangi satu kamar selama 40 hari</em>,” demikian pengakuannya. Bagaimana bisa? Begini penjelasannya</span></p> <h2 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Prinsip Dasarnya adalah....</span></h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Coba amati gambar berikut mengenai rangkaian kentang:</span></p> <p style='text-align: justify;'><a href='https://www.orangtuamengajar.com/userfiles/uploads/teori-dasar-kentang.jpg' target='_blank'><span style='color:#000000'><img alt='Rangkaian Kentang Sederhana' src='https://www.orangtuamengajar.com/userfiles/uploads/teori-dasar-kentang.jpg' style='height:364px; width:400px' /></span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dua buah logam yaitu tembaga (copper) dan galvanis (galvanized, seperti paku atau bisa juga menggunakan seng) ditusukkan pada sebutir kentang. Ujung terminal masing-masing logam dihubungkan dengan kabel ke sebuah lampu. Dan <strong>lampu menyala</strong>. Sederhana bukan?*</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>*catatan: <strong>"<em>dalam prakteknya</em></strong>, satu kentang tidak cukup untuk menyalakan sebuah lampu LED elektronik karena tegangan yang dihasilkan oleh satu kentang hanya berkisar antara 0.5 – 1 Volt saja"</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Seperti ini penjelasannya:</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dua buah logam yaitu seng/galvanis adalah anoda yang merupakan elektroda negatif dan tembaga adalah katoda yang merupakan elektroda positif. Asam di dalam kentang membentuk reaksi kimia dengan seng dan tembaga, dan ketika elektron mengalir dari satu bahan ke bahan lainnya, maka energi dilepaskan. Metode ini sebetulnya sudah ditemukan oleh Luigi Galvani pada tahun 1870, dengan menggunakan kodok sebagai media yang berfungsi sebagai kentang.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Alexander Volta, yang juga hidup pada masa Galvani, menggunakan kertas yang direndam di air garam. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, prinsip dasar yang terjadi pada kentang, juga percobaan Galvani dan Volta, dapat ditemui pada <strong>baterai</strong> dan aki (accu). Bagaimana baterai bisa menghasilkan listrik? Simak penjelasan berikut</span></p> <h2 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Bagian-bagian Baterai dan Cara Kerjanya</strong></span></h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Baterai yang biasa dipasang pada mainan, jam dan lainnya adalah tipe baterai kering. Bagian-bagiannya digambarkan seperti ini:</span></p> <p style='text-align: justify;'><a href='https://www.orangtuamengajar.com/userfiles/uploads/bagian-baterai-kering.png' target='_blank'><span style='color:#000000'><img alt='Bagian Baterai Kering' src='https://www.orangtuamengajar.com/userfiles/uploads/bagian-baterai-kering.png' style='height:207px; width:400px' /></span></a></p> <ol> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Batang karbon atau arang digunakan sebagai kutub positif</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Seng digunakan sebagai kutub negatif</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Serbuk kimia berwarna hitam berisi campuran salmiak dengan batu kawi yang berfungsi sebagai penghantar.</span></li> </ol> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Cara Kerjanya</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Baterai adalah suatu perangkat yang mampu menghasilkan tegangan DC, dengan cara mengubah energi kimia yang terkandung di dalamnya menjadi energi listrik melalui reaksi yang disebut dengan redoks (reduksi-oksidasi).</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Baterai kering (sel Lechlance) yang terdiri atas suatu silinder seng sebagai anode dan batang karbon sebagai katode. Silinder diisi pasta yang terdiri atas campuran batu kawi (MnO2), salmiak (NH4Cl), sedikit air dan ditengah pasta itu diletakkan batang karbon. Reaksi kimia (redoks) yang terjadi menghasilkan beda potensial (tegangan) listrik sebesar 1.5 volt.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Reaksi kimia ini terus terjadi jika terminal baterai tetap dihubungkan dengan beban, hingga baterai habis karena tegangannya makin kecil. Baterai kering yang sudah habis tidak dapat diisi ulang disebut dengan sel primer. Untuk membuatnya tahan lama maka NH4Cl diganti dengan KOH. Nah hampir sama dengan kentang bukan cara kerjanya? Mudah-mudahan bisa dimengerti dengan baik.</span></p> <h2 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Kentang Super</strong></span></h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Setelah paham cara kerja kentang sebagai sumber energi, ada baiknya kita lanjut membaca penjelasan berikut yang cukup mengejutkan, yaitu percobaan <strong>kentang rebus</strong>. Sang peneliti, Haim Rabinowitch, bersama dengan mahasiswanya pada percobaan tahun 2010 menemukan bahwa merebus kentang selama 8 menit akan menghasilkan lebih banyak energi.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>“<em>Outputnya bisa meningkat sepuluh kali lipat</em>”, kata si mahasiswa. “<em>Cukup untuk membuat baterai yang bisa mengisi ulang ponsel atau laptop di tempat-tempat yang tak punya saluran listrik</em>”, tambah Rabinowitch. <strong>Wow luar biasa</strong>. Tapi kenapa ya hal ini belum jadi tren, viral dan sukses besar? Mungkin beberapa hal ini bisa menjadi penjelasan:</span></p> <ol> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Karena kentang dianggap sebagai <strong>bahan makanan</strong>. Menurut pejabat FAO (Badan PBB untuk Makanan dan Pertanian), menggunakan makanan untuk energi harus bisa menghindari menipisnya simpanan bahan makanan dan persaingan dengan petani.Jadi perlu dilihat dulu kecukupan kentang pada suatu negara.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Ada yang <strong>lebih murah dari kentang</strong>, seperti percobaan di Srilanka yang menggunakan empulur tanaman jenis palem (plantain piths), dimana lebih banyak tersedia dan gratis.</span></li> <li style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>Kurang menarik</strong> secara persepsi dan tampilan. Di Kenya, sistem tenaga surya mikro lebih diminati karena orang melihat statusnya, selain juga kemampuan kerja dan harganya. Apakah memamerkan baterai kentang bisa membuat para tetangga kagum?</span></li> </ol> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Begitulah kisah kentang dan manfaatnya yang mengagumkan. <strong>Bersyukurlah</strong> kepada Tuhan Yang Maha Esa atas salah satu ciptaan-NYA yang memiliki manfaat ganda ini. Semoga bermanfaat.</span></p>