Nabi Shaleh mengajak kaumnya untuk menyembah Allah. Namun, mereka menolak. “Kami tidak akan meninggalkan ajaran nenek moyang kami!” kata mereka. “Kami tidak percaya dengan ajaran yang kau bawa,” kata yang lain. Nabi Shaleh tidak putus asa. Nabi Shaleh terus berdakwah, meskipun hanya sedikit yang mengikutinya. Suatu hari, Nabi Shaleh ditantang kaumnya untuk mendatangkan mukjizat sebagai bukti kenabiannya. Atas izin Allah, keluarlah seekor unta betina besar dari celah bebatuan. “Kalian jangan menganggu unta itu dengan gangguan apa pun. Atau kalian akan ditimpa azab.” pesan Nabi Shaleh Allaihisalam kepada kaumnya. Unta nabi Shaleh as hidup bersama kaum Tsamud. Setiap dua hari sekali unta itu datang ke sumber air. Orang-orang kufur merasa terusik karena tidak bebas mengambil air lagi. Di sisi lain, pengikut Nabi Shaleh semakin banyak semenjak kehadiran unta itu. Mereka mulai memercayai kenabian Nabi Shaleh. “Hai, mengapa kalian mengikuti ajaran Shaleh?” tanya pembesar Tsamud. “Kami mempercayai ajarannya dan mukjizatnya,” jawab pengikut Nabi Shaleh. Para pembesar kaum Tsamud sangat cemas. Mereka khawatir pengikut Nabi Shaleh bertambah lagi. Mereka ingin melenyapkan si unta betina. “Tapi bagaimana jika kita celaka nantinya?” para pembesar Tsamud cemas. “Kita suruh orang lain untuk melakukannya,” timpal yang lain. Pencarian pun segera dilakukan. Akhirnya, terpilihlah Masda bin Mahraj dan Qudaf bin Salif untuk membunuh unta. Mereka dijanjikan imbalan yang besar. Masda, Qudaf, dan tujuh kawannya mengintai si unta betina yang sedang minum di mata air. Saat unta itu keluar dari mata air, Masda memanah kakinya. Unta itu tersungkur. Qudaf dan yang lain segera menyembelih unta itu hingga mati. “Kita berhasil membunuhnya!” seru Masda senang. “Ah, ternyata mudah saja membunuh unta ini!” Qudaf tidak kalah senang. Para pembesar kaum Tsamud pun bersuka cita. Apalagi, tidak terjadi bencana apa pun setelah unta itu dibunuh. Masda dan Qudaf dianggap sebagai pahlawan. keduanya diarak dan dipuja-puja. Dengan sombong, kaum kufur menantang Nabi Shaleh. “Hai, Shaleh Datangkanlah ancaman yang kau katakan kepada kami. Jika kau benar-benar orang yang diutus Allah.” “Aku sudah melaranq kalian untuk tidak mengganggu unta itu. Tapi, mengapa kalian malah membunuhnya? Berbahagialah dalam tiqa hari, dan setelah itu azab Allah akan datang pada kalian,” Jawab Nabi Shaleh. Selama tenggat waktu itu, Nabi Shaleh berusaha mengingatkan umatnya. Mereka diajak bertaubat, tapi menolak. Ulah para pernbesar Tsamud malah menjadi-jadi. Mereka menyusun rencana Jahat untuk membunuh Nabi Shaleh dan para pengikutnya. Namun, Allah menggagalkan rencana itu. Azab yang dijanjikan-Nya benar-benar datang. Langit tiba-tiba gelap, angin bertiup kencang, dan petir menyambar-nyambar disertai suara yang menggelegar. Suasana mencekam, kaum kufur Tsamud bergetar ketakutan. Petir terus menyambar kaum kufur Tsamud hingga tak satu pun yang tersisa. Istana-istana megah mereka hancur, tidak mampu menyelamatkan mereka dari azab. Nabi Shaleh dan pengikutnya selamat. Namun, beliau bersedih. Nabi Shaleh menatap kaumnya yang telah hancur dengan pilu. “Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah Allah kepadamu. Aku telah menasihatimu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat,” kata Nabi Shaleh.