<p style='text-align: justify;'> </p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='Cumi piglet. ' src='https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2019/08/01/3695842964.jpg' style='height:266px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>EV Nautilus Cumi piglet.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Saat mengeksplorasi bawah laut, kru E/V Nautilus, kapal ekspedisi yang mencari penemuan baru, bertemu dengan </span><a href='https://nationalgeographic.grid.id/tag/hewan-langka'><span style='color:#000000'>hewan langka</span></a><span style='color:#000000'>yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. “Ia seperti </span><a href='https://nationalgeographic.grid.id/tag/cumi'><span style='color:#000000'>cumi</span></a><span style='color:#000000'>-</span><a href='https://nationalgeographic.grid.id/tag/cumi'><span style='color:#000000'>cumi</span></a><span style='color:#000000'> bengkak dengan tentakel dan topi kecil yang melambai-lambai,” ujar salah satu anggota tim.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sebuah kendaraan bawah air yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV) menangkap gambar hewan ini di kedalaman 1,385 meter (4.500 kaki), di dekat Palmyra Atoll, Samudra Pasifik Utara.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Para ilmuwan bawah laut kemudian mengonfirmasi bahwa itu adalah cumi piglet (Helicocranchia sp.), yang namanya diambil karena bentuknya yang bundar serta memiliki moncong seperti babi.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Diketahui bahwa cumi piglet mengatur daya apungnya melalui ruang internal yang dipenuhi amonia, yakni bahan kimia relatif umum di Bumi yang berbahaya bagi manusia jika terpapar dalam konsentrasi tinggi.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x0/photo/2019/08/01/4142403415.jpg' style='height:213px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>EV Nautilus</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dilihat dari kamera, makhluk ini terlihat besar. Padahal, ukurannya tidak lebih dari sebuah pir. “Cumi piglet seperti memiliki mata, hidung, dan rambut,” ujar salah satu peneliti yang terekam dalam video. Yang dimaksud “rambut” sebenarnya adalah tentakel cumi yang sekilas mirip dengan tanduk rusa.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Cumi piglet masuk ke dalam jenis cephalopoda, moluska bawah air yang cerdas­–sama dengan gurita, sotong, dan nautilus bilik. Pola berpigmen pada tubuhnya, yang kerap disebut sebagai kromatofor, digunakan untuk kamuflase–meskipun tujuan pastinya untuk makhluk ini perlu dikonfirmasi.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Ketika </span><a href='https://nationalgeographic.grid.id/tag/cumi'><span style='color:#000000'>cumi</span></a><span style='color:#000000'> piglet masih muda, mereka hidup di permukaan laut. Namun, ketika beranjak dewasa, </span><a href='https://nationalgeographic.grid.id/tag/cumi'><span style='color:#000000'>cumi</span></a><span style='color:#000000'> piglet turun ke kedalaman laut yang dikenal sebagai zona senja atau zona mesopelagik. Wilayah lautan yang dingin ini memiliki kedalaman 200-1.000 meter dengan kondisi remang-remang.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Meski begitu, ketika ditemukan, </span><a href='https://nationalgeographic.grid.id/tag/cumi'><span style='color:#000000'>cumi</span></a><span style='color:#000000'> piglet tersebut sedang berenang ke zona bathypelagic yang lebih gelap dan dalam, yakni sekitar 1.000-4.000 meter. Wilayah ini kerap disebut zona tengah malam karena kurangnya sinar matahari yang menembus lapisan laut ini.</span></p>