<h2 style='text-align: justify;'> </h2> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='Featured Image' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru11-750x422.jpg' style='height:225px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Buah dan sayur sebelum dimodifikasi genetik via </span><a href='https://www.hipwee.com/' rel='noopener' target='_blank' title='Buah dan sayur sebelum dimodifikasi genetik'><span style='color:#000000'>https://www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Saat belanja di supermarket dan melewati sederet rak buah dan sayuran, kamu jelas udah nggak heran dengan wortel yang berwarna oranye, terung yang berwarna ungu, apel yang berwarna merah, atau </span><a href='https://www.hipwee.com/feature/wow-atasi-masalah-lingkungan-mahasiswa-brawijaya-bikin-plastik-berbahan-kulit-pisang/' rel='noopener' target='_blank'><span style='color:#000000'>pisang</span></a><span style='color:#000000'> yang berwarna kuning. Ya karena dari dulu sejak kamu lahir, buah dan sayuran itu memang begitu warna dan bentuknya. Kalaupun berubah, paling perubahannya nggak terlalu signifikan, jadi kita pun malah jarang menyadari.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Padahal buah dan sayuran itu sebenarnya mirip kayak </span><a href='https://www.hipwee.com/feature/jangan-buru-buru-jijik-kotoran-5-binatang-ini-sangat-bermanfaat-dan-dihargai-mahal-lho/' rel='noopener' target='_blank'><span style='color:#000000'>binatang</span></a><span style='color:#000000'> yang terus mengalami transformasi lho. Hal ini sejalan dengan kemampuan manusia yang terus meningkat. Sejak ribuan tahun lalu manusia belajar untuk menemukan <strong>cara menghasilkan makanan yang lebih efektif dan efisien</strong>, tapi tetap lezat dikonsumsi. Berbagai percobaan dilakukan, sampai-sampai, ada beberapa <em>‘nenek moyang’ buah dan sayuran</em> yang bahkan punya bentuk, warna, atau rasa yang sama sekali berbeda dengan apa yang kita kenal saat ini. Berikut potret buah dan sayuran sebelum dan sesudah dimodifikasi. Simak yuk~</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>1. Jangan bayangkan jagung yang bijinya melimpah kayak gambar kanan ya. Jagung zaman dahulu kala justru mirip rumput, kecil dan memanjang. Beda banget!</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru16-640x288.jpg' style='height:180px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Jagung via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Nggak banyak peneliti yang tahu gimana bisa jagung yang awalnya mirip rumput, kecil dan memanjang bisa jadi jagung yang kita kenal sekarang; besar, banyak bijinya, dan berwarna kuning menyala. Tapi sebagian peneliti ada menghubungkan jagung dengan tanaman rumput Meksiko bernama <em>teosinte</em>. Dilansir</span><a href='https://www.nytimes.com/2010/05/25/science/25creature.html?_r=0' rel='noopener' target='_blank'><span style='color:#000000'> The News York Times</span></a><span style='color:#000000'>, <em>teosinte</em> ini berujung runcing dan punya sedikit biji di dalam kulitnya yang keras. Sebelum dikenal sebagai ‘nenek moyang jagung’, <em>teosinte </em>ini awalnya malah diklasifikasikan sebagai tanaman padi lho. Padahal bukan…</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>2. Meski sama-sama berakar rambat, tapi wortel zaman dulu malah lebih mirip batang tanaman gitu ya, warnanya juga belum secantik sekarang…</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru15-640x288.jpg' style='height:180px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Wortel via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Dilansir </span><a href='http://www.businessinsider.com/what-foods-looked-like-before-genetic-modification/?IR=T/#wild-carrot-9' rel='noopener' target='_blank'><span style='color:#000000'>Business Insider</span></a><span style='color:#000000'>, wortel udah tumbuh sejak abad ke-10 di daerah yang kini dikenal sebagai Turki Timur. Katanya wortel dulu malah berwarna putih, kadang juga ungu atau oranye. Di gambar memang masih berwujud kayak akar gitu ya, tapi kalau dibersihkan dan dikupas warnanya berubah. Petani zaman dulu memang sengaja mengembangbiakkan wortel yang warnanya beda-beda. Tapi seiring berjalannya waktu, peneliti menemukan kalau ternyata kandungan vitamin A di wortel oranye lebih banyak dibanding warna lain. Jadilah mereka mempertahankan pigmen oranye ini sampai sekarang.</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>3. Siapa sangka kalau nenek moyang semangka ternyata begini wujudnya. Daging merahnya itu lho, nggak semelimpah sekarang!</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru11-640x288.jpg' style='height:180px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Semangka via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Antara tahun 1645-1672, Giovanni Stanchi membuat lukisan yang diyakini sebagai wujud asli semangka zaman dahulu. Dalam karya Stanchi itu, terlihat kalau daging semangka justru didominasi warna putih, bukan merah. Dan kalau dilihat gambarnya, semangka itu kayak kering gitu ya. Padahal semangka yang kita kenal sekarang sangat berair.</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>4. Siapa hayo yang suka pisang? Tahu nggak kalau ternyata pisang zaman dulu berkulit keras, berwarna hijau, dan bijinya ada dimana-mana!</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru12-640x288.jpg' style='height:180px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Pisang via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Sekitar 6.500 tahun lalu, sebelum ada pisang kayak yang kita kenal saat ini, dulu petani membudidayakan Musa acuminata, tanaman yang bisa menghasilkan buah. Acuminata ini dilaporkan tumbuh di tanah Papua Nugini. Kemudian, seiring perkembangan zaman, acuminata disilangkan dengan tanaman Musa balbisiana, yang katanya bisa menghasilkan buah yang lebih enak. Persilangan inilah yang akhirnya menghasilkan bentuk pisang seperti yang kita kenal.</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>5. Sebelum ada kubis dengan dedaunan berlimpah seperti gambar kanan, manusia cuma mengenal tanaman yang nggak jauh beda sama rumput liar</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru9-640x359.jpg' style='height:224px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Kubis via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Percaya atau nggak, kubis, brokoli, dan kale itu ternyata berasal dari persilangan tanaman yang sama lho, namanya <em>Brassica oleracea</em>, yang bentuknya kayak gambar di kiri. Modifikasi genetik membuat <em>Brassica oleracea</em> pada akhirnya menghasilkan kubis. Kalau yang kuncup bunganya lebih banyak, dikembangkan buat menghasilkan brokoli, dan seterusnya. Keren dong ya, 1 tanaman bisa jadi banyak!</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>6. Kalau tomat masih berwujud kayak gambar di kiri ini, mungkin sambal tomat nggak akan senikmat sekarang…</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru8-640x314.jpg' style='height:196px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Tomat via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Tomat zaman dulu bentuknya sangat amat kecil, benar-benar beda sama yang sekarang. Warnanya pun lebih gelap, sampai-sampai selama beberapa tahun lamanya, orang-orang Eropa kuno takut banget makan tomat soalnya dikira beracun. Berkat modifikasi genetik, jadilah tomat seperti yang ada di kulkas rumahmu.</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>7. Meski rada nggak ada bedanya, tapi apel zaman dulu rasanya asam banget lho, beda deh sama yang sekarang</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru13-640x288.jpg' style='height:180px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Apel via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><em><a href='https://www.mnn.com/your-home/organic-farming-gardening/stories/7-fruit-and-veggies-that-used-look-whole-lot-different-than-they-do-today' rel='noopener' target='_blank'><span style='color:#000000'>Malus sieversi</span></a><span style='color:#000000'>, </span></em><span style='color:#000000'>yang dipercaya sebagai nenek moyang apel, tumbuh di pegunungan di Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Cina. Kalau dulu apel didominasi rasa asam, berkat modifikasi genetik, kini hampir semua apel yang sudah ranum rasanya manis. Ukurannya pun lebih besar dari nenek moyangnya.</span></p> <h3 style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><strong>8. Kalau kamu pecinta terung, kamu juga harus tahu kalau sayuran ini awalnya malah berbentuk mirip tomat!</strong></span></h3> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'><img alt='' src='https://cdn-image.hipwee.com/wp-content/uploads/2018/04/hipwee-fru14-640x288.jpg' style='height:180px; width:400px' /></span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Terung via </span><a href='https://www.hipwee.com/' target='new'><span style='color:#000000'>www.hipwee.com</span></a></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Ternyata nama “<em>eggplant</em>” yang merupakan bahasa Inggris dari terung, muncul karena tanaman ini dulunya bulat kayak telur dan seringnya berwarna agak putih. Bahkan beberapa ada yang berduri. Dalam jurnal </span><a href='https://www.mnn.com/your-home/organic-farming-gardening/stories/7-fruit-and-veggies-that-used-look-whole-lot-different-than-they-do-today' rel='noopener' target='_blank'><span style='color:#000000'>‘History and Iconography of Eggplant’</span></a><span style='color:#000000'>, dituliskan juga kalau dulunya terung malah dikenal sebagai tanaman obat. Tapi sekarang, tanaman terung sudah dimodifikasi sehingga menghasilkan terung berbentuk lonjong dan berwarna ungu.</span></p> <p style='text-align: justify;'><span style='color:#000000'>Wah, ternyata <strong>peran manusia dan teknologi dalam mengembangkan spesies tanaman</strong> begitu berharga ya. Bayangin aja kalau tanaman-tanaman diatas nggak dimodifikasi gennya, kayaknya belum tentu bisa menghasilkan produk makanan lezat kayak sekarang~</span></p> <p style='text-align: justify;'> </p>