Drone mini yang ditempeli bulu kuda kasar Eijiro Miyako / Chem
Perkembangan teknologi yang terus berkembang membuat para ilmuwan di seluruh dunia menciptakan sesuatu yang baru dan unik. Yang terbaru, para ilmuwan Jepang mengembangkan sebuah pesawat nirawak (drone) mini yang bisa bekerja layaknya seekor lebah madu.
Seperti dilansir CS Monitor, Kamis (9/2/2017); ide pengembangan drone ini dikemukakan seorang peneliti senior di Nanomaterials Research Institute di Jepang, Eijiro Miyako. Ia dan rekannya menyadari bahwa mereka bisa menggunakan gel ion cair untuk mengambil serbuk sari dari satu bunga dan memindahkannya ke bunga lain.
Akan tetapi mereka harus memikirkan cara menaruh gel ion cair tersebut ke bodi plastik si drone mini itu. Mereka membutuhkan sesuatu seperti bulu-bulu sikat pada lebah yang berfungsi untuk mengambil serbuk sari.
Miyako kemudian bereksperimen menggunakan bulu kuda yang ditempel di punggung drone dan menambahkan gel ion cair. Bulu kuda itu digunakan untuk mempercepat perluasan penyemaian serbuk sari.
Belajar dari anatomi tubuh serangga penyerbuk yang berbulu, ternyata bulu pada tubuh berfungsi untuk penyemaian serbuk sari yang merata. Sementara gel difungsikan agar lebih banyak serbuk sari yang melekat. Penggunaan gel ini, kata Miyako, telah diuji pada serangga.
Dalam perlakuan ganda, satu serangga diberi gel pada punggung dan satu lagi tidak. Mereka dibiarkan di dalam kotak berisi serbuk sari bunga tulip selama semalam.
Pada pagi hari, Miyako dan para koleganya melakukan pemeriksaan. Hasilnya, serangga yang diberi gel membawa serbuk sari lebih banyak.
Berbekal eksperimen tersebut, para ilmuwan menerbangkan drone untuk mengumpulkan serbuk sari dari bunga lili besar, mengangkut serbuk sari, dan memindahkan ke bunga lili lainnya. Dan percobaan tersebut ternyata berhasil sehingga Miyako sempat terkejut dan senang pada penelitiannya.
Dalam setiap percobaan, Miyako dan rekan-rekannya membuat 100 kali penyerbukan bunga. Hasilnya, tingkat keberhasilan pun mencapai 37 persen.
"Drone tanpa bulu kuda gagal dalam penyerbukan tanaman," kata Miyako kepada Live Science (9/2).
Namun, sejauh ini, drone mini tersebut belum bisa melakukan penyerbukan di luar ruangan. Di samping drone tersebut harus dikendalikan dari jarak dekat, juga belum pernah diuji di luar laboratorium.
Adapun pengembangan ini terjadi karena populasi lebah di Amerika Serikat (AS) dan di seluruh dunia telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kemungkinan penyebabnya adalah pestisida, penyakit, dan perubahan iklim.
The Verge (9/2) menyebutkan, lebah menyerbuki tanaman berharga lebih dari USD15 miliar di AS setiap tahun; termasuk apel, beri, mentimun, kacang, serta cokelat dan kopi.
Tanpa penyerbukan, manusia tidak akan memiliki banyak makanan untuk dikonsumsi sehari-hari. Tahun lalu, 7 spesies lebah Hawaii masuk dalam daftar hewan yang terancam punah di AS.
Miyako menyebutkan, saat ini masih ada keterbatasan pada teknologi. Misalnya kesulitan dan keterbatasan mengendalikan drone termaksud.
Namun, ia akan menambahkan GPS dan kecerdasan buatan yang bisa dikendalikan secara otomatis. Dan itu akan menjadi hal yang menantang karena ukurannya sangat kecil.