Srinivasa Ramanujan adalah seorang ahli matematika asal India yang terkenal dengan kontribusinya dalam pengembangan analisis matematika, teori bilangan, barisan tak hingga, dan menyelesaikan banyak permasalahan matematika yang belum terpecahkan.
Dan yang lebih mengesankan, Ramanujan melakukan itu semua nyaris tanpa pendidikan formal. Kisah hidupnya yang mengagumkan diabadikan dalam buku dan film berjudul: The Man Who Knew Infinity.
Ramanujan lahir tahun 1887 di Madras, daerah India Selatan. Dia adalah murid yang cukup berprestasi dan menunjukkan kemampuan tinggi di bidang matematika yang bahkan jauh di atas pelajaran yang diterima di sekolah.
Saat umur 16 tahun, dia mempelajari buku A Synopsis of Elementary Results in Pure and Applied Mathematics secara mandiri. Buku ini berisi kompilasi dari ribuan persamaan matematika, yang sebagian besar ditulis dengan sedikit atau bahkan tanpa pembuktian.
Ramanujan mempelajari buku tersebut secara sungguh-sungguh. Ia mengerjakan ulang formula-formulanya, dan bahkan menemukan banyak formula matematika jauh melampaui yang tertulis di buku.
Tapi karena terlalu fokus di matematika, Ramanujan menjadi abai dengan mata pelajaran lain. Hal ini membuatnya berkali-kali gagal dalam ujian di universitas. Sebagai seorang mahasiswa dari keluarga miskin yang putus sekolah, kondisi Ramanujan memprihatinkan.
Dia hidup dari bantuan orang-orang di sekitarnya, mencari kerja serabutan, termasuk bekerja sebagai juru tulis dan hitung untuk menyambung hidup. Itu semua ia lakukan sambil terus menulis buku catatan dengan penemuan matematikanya dan mencari orang yang mungkin bisa memahaminya.
Saat bekerja sebagai juru tulis, Ramanujan menerbitkan makalah pertamanya tentang angka Bernoulli pada tahun 1911 di Journal of the Indian Mathematical Society. Namun masih tidak ada yang yakin dengan kemampuan Ramanujan. Benarkah dia seorang genius atau hanya orang sinting.
Beberapa teman memberi saran untuk mengirimkan hasil kerja matematikanya ke matematikawan Cambridge di Inggris. Setelah mengirim dua kali tidak ada respon, akhirnya surat ketiganya kepada G. H. Hardy mendapatkan balasan.
G. H. Hardy, matematikawan Cambridge menulis surat balasan dengan antusias kepada Ramanujan, dan menawarkannya untuk bekerja bersama di Cambridge, Inggris. Kedatangan Ramanujan di Cambridge tahun 1914 adalah awal dari kolaborasi lima tahun yang sangat sukses dengan Hardy.
Dalam beberapa hal keduanya merupakan pasangan rekan kerja yang aneh:
Hardy melakukan yang terbaik untuk mengisi kekosongan dalam pendidikan Ramanujan tanpa mengecilkan hatinya. Dia kagum dengan intuisi luar biasa Ramanujan yang seakan-akan bisa merasakan persamaan matematika menari di dalam kepalanya. Karena kemampuan itu, Hardy mengatakan:
“Aku belum pernah bertemu dengan yang sederajat dengannya, dan hanya bisa membandingkannya dengan [matematikawan hebat seperti] Euler atau Jacobi.”
Dalam masa hidupnya yang terbilang singkat (32 tahun), Ramanujan menghasilkan berbagai karya mengagumkan. Mulai dari teori bilangan, barisan tak hingga, sampai konsep matematika baru yang digunakan dalam memahami black hole atau lubang hitam.