Aku mungkin sakit saat menulis ini, Aku mungkin terluka. Namun, aku bahagia. Aku bahagia untuk tawanya, untuk senyumnya. Biarkan aku yang menanggung sakitnya, karena ini yang aku mau. Hanya untuk kebahagiaannya. Untuk senyum yang selalu aku inginkan, namun tak pernah untukku. Aku ikhlas untuk semuanya. Untuk dirinya dan untuk cintanya. Untuk yang aku sayangi. Hanya dia yang selalu aku inginkan. Namun, tak pernah aku ungkapkan apalagi aku paksakan. Aku menyayanginya, sangat menyayanginya.
Apa kau pernah bersedih tentang cinta? Semua orang pasti pernah bersedih. Lalu, apakah kau menangis ketika bersedih? Ya, kebanyakan orang pasti menangis ketika bersedih. Seperti, aku. Namaku Nurul, aku mengalami hal yang di atas, Bersedih tentang cinta. Entah, apa yang hinggap di pikiranku sehingga otakku tak mampu untuk melupakannya, melupakan ucapan manis di bibirnya yang selalu ia lontarkan kepadaku, melupakan seutas senyuman di wajahnya, melupakan segala hal tentangnya. Aku tak pernah mampu.
Sejenak aku berpikir, apakah cinta pernah salah memilih kekasihnya? Aku selalu berharap tidak pernah. Dan sepertinya, memang tidak pernah. Cinta mempunyai daya saling tarik, ketika menemukan takdir kasihnya. Maka ketika dua kutub itu saling mendekat, ada perasaan nyaman, tentram dan dunia seolah berputar lambat, angin berhembus pelan, dan dedaunan yang jatuh sangat pelan. Cinta tak pernah salah memilih. Walau sering kali kita berucap lirih, walau kerap kali kita sering bergumam pelan, dan menanyai diri sendiri, mengapa kita mencintainya? Entah, karena apa. Kita tak mengerti. Tapi, begitulah cinta. Ia seolah mempunyai kehidupan sendiri, yang kita tak pernah mengerti aksi-aksinya. Ia seolah mempunyai jiwa sendiri. Cinta tak pernah salah. Yang salah adalah ketika kita tak mengerti apa mau cinta.
Terima kasih untuknya, yang selama ini sudah ada untukku. Terima kasih untuk semuanya. Sejujurnya ku tak pernah ingin kehilangannya. Apa yang dia minta kuusahakan ada, apa yang dia harapkan aku inginkan menjadi miliknya termasuk cinta yang dia cari. Aku janji, suatu saat dia akan menemukannya, cinta yang membuatnya bahagia. Aku juga akan bahagia untuknya saat itu walaupun, saat itu aku sudah tak lagi di sampingnya. Jujur saja, mencintainya itu lebih sakit dari pada rasa sakit yang pernah aku bayangkan. Bukan aku egois, tapi inilah pilihan yang ada di hidupku.
Bukankah telah kujelaskan bahwa cinta itu adalah pengorbanan? Dan ini bukti cintaku padanya. Aku akan berkorban untuknya. Biarkan aku menjauh karena telah lama aku inginkan pergi darinya. Hanya waktu itu aku tak mampu meninggalkannya karena mata ini masih bisa melihatnya dan tangan ini masih bisa menyentuhnya. Namun kini ku yakin untuk pergi darinya. Karena aku hanya akan menyakitinya dan dia akan bahagia tanpa aku. Tuhan, terima kasih untuk kehadirannya, itu sangat berharga untukku. Membuatku bisa mengenal lebih dalam apa itu arti cinta.
Cerpen Karangan: Nurul Hidayati
Facebook: www.facebook.com/NurulSquarpants19