Dampak perubahan iklim sudah mulai dirasakan oleh sektor pertanian Indonesia. Produktivitas pertanian menjadi tidak menentu karena curah hujan, perubahan musim tanam, ketersediaan air tanah, serta serangan hama dan penyakit.
foto: Pertanianku
Dampak tersebut menyebabkan hasil produksi pertanian jadi sulit diprediksi, bisa untung bisa rugi, tetapi lebih sering rugi karena kondisi cuaca yang tidak bisa ditebak. Belum lagi serangan penyakit yang masih berlangsung sejak lama.
Solusi untuk mengatasi perubahan iklim tersebut adalah dengan menanam tanaman buah yang dapat menyerap karbon di udara. Tanaman buah yang bisa mengatasi perubahan iklim adalah durian, mangga, dan manggis.
Durian, mangga, dan manggis merupakan tanaman buah dengan nilai ekonomis yang terbilang tinggi. Hal ini disebabkan oleh rasanya yang lezat serta kandungan nutrisinya yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Buah manggis mengandung zat antioksidan yang tinggi dan pohonnya bisa berperan untuk menyerap emisi karbon di udara. Selain itu, tanaman manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura bernilai jual serta ekspor yang cukup tinggi.
Peran pohon buah dalam menyerap karbon di udara membuat usaha mitigasi dampak perubahan iklim dapat dilakukan dengan pengembangan kawasan buah-buahan. Dilansir dari hortikultura.pertanian.go.id, sedang dilakukan penelitian untuk mengukur stok karbon. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui potensi penyerapan karbon di suatu wilayah.
Pengukuran karbon dilakukan dengan metode destruktif, yaitu menghitung jumlah karbon di setiap komponen yang diukur. Ada empat komponen yang diukur, yaitu lingkar batang dan tinggi tanaman, serasah di bawah tajuk tanaman, tanaman bawah yang masih hidup, dan komponen tanah di lapisan atas.
Pengukuran stok karbon bermanfaat sebagai mitigasi dari perubahan iklim dan mendapatkan data tanaman yang berpotensi untuk menyimpan karbon. Kegiatan penelitian tersebut dipengaruhi oleh lokasi tanaman sehingga perlu dilakukan penelitian di daerah yang berbeda dengan varietas yang berbeda juga.
Penelitian tersebut dilakukan di daerah sentra penghasil komoditas manggis yang berada di Desa Puspahyang, Kecamatan Puspahyang, Kabupaten Tasikmalaya. Kawasan perkebunan manggis tersebut berada di atas lahan seluas 100 hektare dengan umur tanaman yang bervariasi, mulai dari 10—100 tahun.