Satu tempat pembuangan upil adalah kolong meja, di permukaan bawahnya, titik kordinatnya tepat di tengah
Permukaan meja sering banget jadi tempat upil. Baik upil kering dan basah, keduanya sering ditempelkan ke sana.
Entah siapa yang memulai, tapi ini sudah jadi kebiasaan turun temurun.
Pinggiran tembok juga jadi tempat favorit.
Keunggulannya kita jadi lebih mudah melepaskan butiran upil dengan memanfaatkan sudut yang lancip
Pinggiran tembok juga sering banget jadi sasaran pembuangan upil secara ilegal.
Enaknya pinggiran tembok itu kita jadi lebih gampang ngelepasin upilnya karena bentuknya yang lancip. Cukup pakai satu jari~
Sayangnya kita juga sering teledor, lupa kalau pinggiran tembok banyak upilnya. Saat lagi nyender, tangan kita kena upil kering orang lain.
Melepaskan upil juga bisa dilakukan dengan menyentilnya secara random.
Sasaran paling empuk adalah teman sendiri
Ngupil paling enak itu kalau dapatnya yang gede dan kering. Selain gampang dikendalikan,
juga mudah untuk dijadikan senjata menyerang teman. Siapa nih yang suka iseng kayak gini?
Ada kebahagiaan sendiri kalau teman kena jebakan upil yang kita tempelkan ke kursi yang sedang dia duduki
Mainan upil sempat jadi tren saat SD. Upil sudah seperti senjata yang bisa kita pakai untuk mengerjai teman.
Salah satunya dengan menempelkannya ke kursi atau baju saat mereka sedang lengah. Kelakuan siapa ini?
Kita semua pernah memakai upil sebagai bahan bercandaan teman-teman. Namun entah kenapa setelah gede,
kita jarang jadi jarang lagi ngomongin upil. Padahal dari sekian kategori kotoran tubuh,
upillah yang bentuknya paling imut dan nggak terlalu menjijikan. Kecuali kalau upilmu masih basah dan lengket. Iyuuuuuh, jijique