Reaksi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam dengan air. Dalam penguraian garam dapat terjadi beberapa kemungkinan :
Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+, sehingga menyebabkan [H+] dalam air bertambah mengakibatkan [H+] > [OH–] dan larutan bersifat asam
Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion OH–, sehingga menyebabkan [H+] < [OH–] dan larutan bersifat basa
Ion garam tidak dengan air sehingga [H+] dalam air akan tetap sama dengan [OH–] dan air akan tetap netral (pH=7)
Ditinjau dari asam dan basa pembentuknya, ada 4 macam jenis garam, yaitu :
Garam ⇒ asam lemah dan basa kuat
Garam akan terbentuk dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan anion yang berasal dari asam lemah yang akan bereaksi dengan air menghasilkan OH– yang menyebabkan larutan bersifat basa.
Contoh :
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq)+Na+(aq)
CH3COO–(aq)+H2O ↔ CH3COOH(aq)+OH–(aq)
Dari reaksi di atas, hanya ion à CH3COO– yang mengalami hidrolisis sedang Na+ tidak bereaksi dengan air sebab NaOH yang terjadi akan segera terionisasi menghasilkan Na+ kembali. Jadi garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat basa.
Garam ⇒ asam kuat dan basa lemah
Garam akan terbentuk dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah yang akan bereaksi dengan air menghasilkan H+ yang menyebabkan larutan bersifat asam.
Contoh :
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl–
NH4+(aq) + H2O(l) ↔ NH4OH(aq) + H+(aq)
Dari reaksi di atas, hanya ion NH4+ yang mengalami hidrolisis sedang Cl– tidak bereaksi dengan air sebab HCl yang terjadi akan segera terionisasi menghasilkan Cl– kembali. Jadi garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat asam.
Garam ⇒ asam lemah dan basa lemah
Garam akan terbentuk dari asam lemah dan basa lemah jika dilarutkan dalam air, maka keduanya akan bereaksi dengan air.
Contoh :
NH4CN(aq) → NH4+(aq) + CN–
NH4+(aq) +H2O(l) ↔ NH4OH(aq) + H+(aq)
CN–(aq) + H2O ↔ HCN(aq) + OH–
Oleh karena reaksi kedua ion garam tersebut masing-masing menghasilkan ion H+ dan OH–, maka sifat garam ditentukan oleh harga Ka dan K b yang terbentuk. Jadi, garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah akan terhidrolisis total dan sifat larutan ditentukan oleh harga Ka dan Kb masing-masing.
Jika Ka = Kb, bersifat netral
Jika Ka > Kb, bersifat asam (pH<7)
Jika Ka < Kb, bersifat basa (pH>7)
Garam ⇒ asam kuat dan basa kuat
Garam akan terbentuk dari asam kuat dan basa kuat jika dilarutkan dalam air keduanya tidak dapat bereaksi.
Contoh :
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl–(aq)
Ion Na+ dan Cl– di dalam larutan tidak mengalami reaksi dengan air, sebab ion Na+ akan menghasilkan NaOH yang akan terionisasi kembali menjadi Na+, demikian pula ion Cl– akan menghasilkan HCl yang dapat terionisasi kembali menjadi Cl–. Jadi, garam yang berasal dari asam kuat dan basa tidak akan melakukan reaksi hidrolisis, sehingga menjadi larutan yang bersifat netral.
Harga pH larutan garam
Untuk garam yang terhidrolisis sebagian
1. Garam ⇒ asam lemah dan basa kuat
Sifat larutan : Basa
Harga pH > 7
Rumus :
Dimana :
Kw = tetapan ionisasi air (10-14)
Ka = tetapan ionisasi asam
[G–] = konsentrasi ion garam yang terhidrolisis
Kh = tetapan kesetimbangan hidrolisis
2. Garam ⇒ asam kuat dan basa lemah
Sifat larutan : asam
Harga pH < 7
Rumus :
Di mana :
Kw = tetapan ionisasi air (10-14)
Kb = tetapan ionisasi basa
[G+] = konsentrasi ion garam yang terhidrolisis
Kh = tetapan kesetimbangan hidrolisis
Untuk hidrolisis sempurna (total)
pH Hidrolisis total ditentukan oleh harga Ka larutan (kekuatan asam) dan harga Kb (kekuatan basa), tidak ditentukan oleh konsentrasi garam.
Garam ⇒ asam lemah dan basa lemah
Jika Ka = Kb, maka pH = 7 (bersifat netral)
Jika Ka > Kb, maka pH < 7 (bersifat asam)
Jika Ka < Kb, maka pH > 7 (bersifat basa)