Proses air laut asin Dilansir dari Kompas.com (8/5/2019), menurut Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) ini bermula dengan air laut yang menguap lalu membentuk awan yang bergerak ke arah daratan. Awan ini akan menurunkan hujan pada daratan tersebut. Dalam siklus ini, yang sering menjadi perhatian adalah air hujan yang jatuh di darat bertemu dengan karbon dioksida di udara sekitar. Ini membuat hujan air hujan mengandung asam karbonar yang terbentuk dari karbon dioksida dan air. Asam dalam air hujan ini memecah batuan di darat. Proses ini menghasilkan ion dan mineral yang terpecah dari batu. Ion dan mineral inilah yang kemudian terbawa dalam aliran sungai menuju kembali ke laut. Itu membuat kosentrasi ion dan mineral di lautan meningkat dan menyebabkan rasa asin. Badan Geologi AS (USGS) menjelaskan rasa asin berhubungan dengan siklus hujan. Saat pembentukan awan, hanya air yang menguap.
Untuk ion-ion lain seperti, sodium dan klorida (yang membentuk garam) tetap tertinggal. Baca juga: 3 Pembagian Wilayah Laut Indonesia Ion-ion itu yang menumpuk itu memberikan rasa asin pada air laut. Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), jika tambahan garam di laut disumbangkan oleh aktivitas hidrotermal atau larutan sisa magma yang bersifat aquesous sebagai hasil differensiasi magma dan vulkanik bawah air. Kandungan garam di laut rata-rata adalah 35 bagian per seribu, yang mungkin tidak terlalu banyak menghasilkan 120 juta ton garam per mil kubik air laut. Ada sekitar 332.519.000 mil kubik di lautan.
Laut mati adalah mengandung garam paling banyak dalam airnya dan merupakan air paling asing yang ada. Laut mati adalah perairan tanpa saluran keluar. Baca juga: Indonesia dan 5 Negara Asia Diprediksi Terendam Air Laut pada 2050 Karena mineral yang mengalir ke laut mati tidak bisa lepas, karena tidak ada jalan keluar. Sebanyak 35 persen air laut mati adalah garam. Ini hampir sekitar sepuluh kali lipat konsentrasi garam di lautan biasa.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Air Laut Asin?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/120000569/kenapa-air-laut-asin?page=all.
Penulis : Ari Welianto
Editor : Nibras Nada Nailufar