Mau kuliah di mana nanti? Mau jadi apa nanti?
Pertanyaan yang mungkin masih menjadi misteri bagi sebagian besar dari kita, terutama para mahasiswa yang tak lama lagi akan menjalani kehidupan paska kampus.
Pertanyaan yang sebenarnya sangat penting, karena bisa jadi kehidupan paska kampus itu akan menjadi kehidupan yang paling panjang dibandingkan kehidupan pada masa menuntut ilmu ketika SD hingga kuliah. Bahkan bisa dibilang berhasil atau tidaknya kehidupan dilihat dari keberhasilannya menjalani kehidupan pada masa paska kampus. Pastinya kita ingin berada pada pilihan yang terbaik pada masa tersebut.
Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa faktanya sebagian besar mahasiswa menjawab pertanyaan yang ada di awal, bahwa pada paska kuliah nanti mereka hanya ingin mendapat pekerjaan dengan gaji tetap dan kebutuhan hidupnya tercukupi, tidak lebih dari itu. Apakah seperti ini kehidupan yang paling baik? Apakah kehidupan seperti ini yang paling dicintai Tuhan? Apakah kehidupan seperti ini dapat menjadi penyelamat di akhirat nanti?
Dari Muhammad bin Adullah Al-Kadlrami ia berkata Ali bin Bahram berkata Abdul Malik bin Abi Kariimah berkata dari Ibnu Juraij, dari Atha' dari Jaabir, Rasulullah SAW bersabda "...Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia..." [HR. Thabrani dalam Al-Ausath]
Hadist di atas menunjukan bahwa manusia dianjurkan untuk selalau berbuat baik terhadap orang lain dan mahluk yang lain. Eksistensi manusia sebenarnya ditentukan oleh kemanfaataannya pada yang lain. Adakah dia berguna bagi orang lain, atau malah sebaliknya menjadi parasit buat yang lainnya. Hidup seperti inilah yang paling tepat untuk dijadikan tempat memperoleh amalan kebaikan sebanyak-banyaknya, berkontribusi menebar kebermanfaatan dengan sebaik-baiknya, sehingga selamat di hari perhitungan nanti.
Di dunia paska kampus, dalam berkontribusi kita dapat membaginya ke dalam tiga kategori berdasarkan teori 3 sektor. Yaitu sektor government (pemerintah), sektor private (bisnis) dan sektor ketiga (NGO atau LSM).
Sektor government sebagai yang paling sentral dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan, pemangku kebijakan dapat menggunakan wewenangnya untuk dapat memberikan dampak kebermanfaatan yang cukup luas. Namun di Indonesia sektor ini sebagian masih diisi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Pemimpin yang baik masih ada, tapi jumlahnya sedikit. Salah satu penyebabnya adalah karena orang-orang baik yang jujur banyak yang enggan berpolitik. Mereka lebih memilih mencari aman dengan terjun di sektor lain, sehingga seolah mereka lupa bahwa pemerintah membutuhkan partisipasi mereka, politik membutuhkan mereka. Karena jika orang baik enggan mengisi kursi-kursi politik, maka kursi-kursi politik akan diisi orang-orang tidak baik.
Sektor kedua adalah sektor private atau bisnis (profit). Tanpa wirausaha sudah pasti perekonomian bisa berhenti, karena wirausahalah yang menggerakkan dan mengombinasikan faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan barang dan jasa yang sangat dibutuhkan masyarakat serta membuka lapangan pekerjaan bagi mereka. Dengan demikian, wirausaha memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian. Sektor ini dapat memberikan dampak kebermanfaatan yang baik jika tidak diisi oleh orang-orang yang egois dan serakah. Karena sektor bisnis berorientasi pada profit, tidak jarang orang-orang yang berada dalam sektor ini seakan terlena terhadap profit dan semakin haus akan harta.
Sektor ketiga adalah NGO alias Non-Governmental Organization atau sebuah instansi atau lembaga yang bergerak dinamis karena berlandasan nonprofit. Sektor ini berfokus pada pengembangan masyarakat dengan tujuan tertentu. Arah geraknya pun cenderung lebih mulia, berisikan mereka yang ingin berkontribusi lebih melalui pelayanan masyarakat. Pada sektor ini biasanya diisi oleh orang-orang yang mau mewakafkan dirinya untuk masyarakat dan memberikan kontribusi terbaik demi memberdayakan masyarakat tersebut.
Dari sektor-sektor di atas, publik, privat ataupun sektor ketiga. Ketiganya dapat dijadikan tempat yang baik untuk dapat berkontribusi, menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Yang terpenting di sana kita dapat menggunakan peran kita dalam rangka memberi manfaat bagi orang banyak, dan selalu memiliki jiwa yang bersemangat dalam menolong orang di sekitar kita. Dan itu semua dilakukan dengan penuh keikhlasan dalam rangka mengabdi kepada Tuhan. Jangan biarkan sektor-sektor tersebut dikuasai oleh orang-orang yang egois dan tidak bertanggung jawab.
“Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada manusia, Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.” (Ir. Soekarno, 23/10/1964)
Setidaknya kutipan kalimat Ir. Soekarno di atas dapat menggambarkan mereka yang mempergunakan hidupnya mengabdi kepada Tuhan dengan cara berkontribusi memberikan manfaat bagi sesama manusia.
“Kebanyakan orang menjalani hidup di jalur yang sudah disiapkan untuk mereka. Kadang muncul orang yang berani. Orang yang menghadapi rintangan yang sengaja diciptkan di depan mereka. Orang-orang yang sadar bahwa kemerdekaan adalah sebuah perjuangan. Perjuangan yang tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang yang rela berkorban.” (Syair Waimital Kasim, karya Taufik Ismail)
Mereka yang rela meninggalkan zona nikmat kehidupan pribadi berjuang bersama rakyat kecil memerangi kebodohan, keterbelakangan dan meninggatkan kesejahteraan rakyat. Melalui sektornya masing-masing, berbagi memanfaatkan illmu untuk komunitas di sekitarnya, inilah yang dilakukan oleh bapak pendiri bangsa. Inilah pilihan yang terbaik, jalan hidup yang terbaik untuk mengabdi kepada Tuhan, bukan mengabdi pada hawa nafsu atau kenyamanan duniawi semata.
Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti.