Terjebak dalam kemacetan selama satu jam saat berangkat dan pulang kerja, ditambah dengan 7 jam duduk di kantor, ditambah dengan 3 jam menonton televisi, membuat kita tidak sadar bahwa sudah hampir setengah dari hari kita dihabiskan dengan duduk.
Tubuh kita tidak diciptakan untuk sedentary lifestyle, alias gaya hidup di mana kita sedikit sekali atau bahkan tidak sama sekali melakukan aktivitas fisik. Sejak dahulu kala, tubuh kita digunakan untuk bergerak, berburu, bekerja, dan bahkan beradaptasi dalam cuaca ekstrem. Namun dengan perkembangan teknologi dan semua kemudahan yang ditimbulkannya, manusia menjadi menjadi semakin terbiasa dengan kondisi yang nyaman tanpa banyak bergerak ini.
“Sitting is the new smoking”
Duduk terlalu lama setiap hari menimbulkan risiko kesehatan yang sebanding dengan merokok dan dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskuler. Dr. James Levine, direktur dari Mayo Clinic-Arizona State University Obesity Solutions Initiative, telah meneliti selama bertahun-tahun efek negatif dari duduk dan menyimpulkan bahwa “sitting is the new smoking” atau terjemahannya adalah, “duduk adalah ‘merokok’ versi baru”, karena dalam hal efek buruk, gaya hidup yang dihabiskan dengan banyak duduk tak kalah berbahayanya dengan merokok.
Kabar buruknya lagi, efek negatif dari terlalu banyak duduk ini sayangnya bersifat irreversible dan tidak dapat dikompensasi dengan kebiasaan yang baik. Satu-satunya cara untuk menghindari efek negatifnya adalah dengan mengurangi lama duduk per hari dan mulai bergerak.
Sebuah studi yang dilakukan oleh College of Occupational and Environmental Medicine menyatakan bahwa produktivitas manusia akan terus menurun seiring dengan bertambahnya usia. Dan produktivitas kita juga menurun setiap kita memiliki satu risiko kesehatan minor (misalnya berat badan berlebih, nilai gula darah tinggi, kurang aktivitas fisik, dll). Bayangkan apabila seseorang memiliki lebih dari 10 risiko kesehatan minor, maka produktivitasnya pun akan menurun setengahnya. Jangan heran apabila jam-jam di kantor akan terasa melelahkan dan performa saat bekerja pun tidak sebaik yang diharapkan.
Dengan duduk lebih dari 6 jam per hari, risiko kematian meningkat sebesar 40% dalam 15 tahun apabila dibandingan dengan orang yang duduk kurang kurang dari 3 jam. Dan hal ini tak bisa diperbaiki dengan olahraga yang rutin. Namun begitu, apa yang sebenarnya menyebabkan duduk terlalu lama membunuh kita?
Mengapa duduk merusak tubuh kita?
Segera setelah kita duduk:
- Aktivitas listrik di tungkai bawah berhenti.
- Pembakaran kalori oleh tubuh menurun 1 kalori per menit. Hal ini akan berdampak secara langsung kepada kegemukan dan dapat memicu terjadinya obesitas apabila dibiarkan untuk jangka lama, dan lebih buruk lagi apabila disertai dengan pola makan yang tidak sehat.
- Enzim yang membantu memecah lemak turun sebesar 90%.
Setelah 2 jam duduk:
- Jumlah HDL (lemak baik) turun sebesar 20%. Turunnya jumlah lemak baik dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperkolesterolemia (jumlah kosterol yang tidak normal di dalam tubuh).
Setelah 24 jam:
Efektivitas insulin, yaitu hormon yang membantu mendistribuksikan gula dari darah ke seluruh tubuh, turun 24%. Hal ini menjadi salah satu pemicu timbulnya diabetes terutama pada orang-orang yang dari awalnya sudah memiliki masalah kegemukan (overweight) atau obesitas.
Bagaimana cara menghindari risiko kesehatan akibat terlalu lama duduk?
Kebanyakan dari kita tidak memiliki banyak pilihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang mengharuskan kita untuk duduk di kantor selama berjam-jam. Namun ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengakali kondisi tersebut, antara lain:
1. Memastikan kita berolahraga minimal 30 menit sehari
Beberapa perbedaan antara berolahraga (exercise) dan aktivitas fisik (physical activity) yaitu olahraga dilakukan secara terencana, terstruktur, dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik. Kabar baiknya, olahraga selama 30 menit ini dapat dibagi menjadi beberapa kali, misalnya 15 menit pagi hari dan 15 menit sore hari ,atau bahkan 10 menit pada pagi, siang dan malam hari.
2. Melakukan stretching di sela-sela waktu kerja
Misalnya berdiri sesekali atau berjalan berkeliling di kantor saat istirahat atau saat makan siang. Stretching membantu otot-otot yang kaku untuk relaksasi dengan cara melancarkan peredaran darah.
3. Mengurangi aktivitas menonton TV
Batasi waktu nonton TV di rumah dan ganti dengan aktivitas hiburan yang lain misalnya jalan-jalan, memasak, membersihkan rumah, atau bahkan berolahraga.
4. Menggunakan sarana transportasi publik
Menggunakan bus atau kereta akan mengharuskan kita berjalan lebih banyak setiap hari. Atau, Anda juga bisa bersepeda ke kantor. Apabila harus mengunakan kendaraan pribadi, maka berangkatlah lebih pagi dan parkir lebih jauh supaya ada waktu luang untuk berjalan ke kantor.