Coba diingat-ingat, sudah berapa sedotan plastik yang kamu pakai dan buang hari ini? Dari air mineral gelas, es teh di warung, atau dari minuman kemasan di supermarket. Tak terasa memang, dalam sehari kita sering membuang lebih dari 1 sedotan plastik setelah dipakai. Berapa jumlahnya dalam sebulan? Setahun? Belum lagi jika dijumlah dengan sedotan orang lain. Itu baru di Indonesia ya, coba ditambahkan lagi sama yang di luar negeri. Jumlahnya jelas mengerikan!
Memang sih, sedotan memudahkan kita saat sedang minum. Beberapa orang juga memakai sedotan untuk mengurangi kemungkinan gula atau zat asam dari minuman merusak gigi mereka. Tapi tanpa disadari kebiasaan itu justru berdampak buruk pada lingkungan sekitar lho. Biar sama-sama sadar dan mau beralih ke bahan yang lebih ramah lingkungan. Yuk, simak bareng~
Manusia ternyata sudah ketergantungan dengan sedotan sejak 3000 SM. Sedotan pertama kali berwarna emas dan dibuat dari lapisan batu lazuli berwarna biru
Sedotan tertua ditemukan di makam bangsa Sumeria dari masa 3000 SM. Dulu mereka menggunakan sedotan yang terbuat dari lapisan batu lazuli untuk minum bir. Pada tahun 1800-an, sedotan dari jerami mulai populer digunakan karena lembut dan murah. Tapi masalah muncul karena ia mudah larut dalam minuman. Tahun 1988 Marvin C. Stone menciptakan sedotan dari kertas. Sejak itu sedotan terus berkembang hingga kini dikenal berbagai jenis sesuai fungsinya masing-masing. Tapi yang paling populer adalah sedotan plastik.
Sejak dikenal sedotan dari plastik, penggunaannya terus bertambah. Bahkan kini, setiap tahunnya di Amerika ada sekitar 500 juta sedotan plastik dibuang setelah dipakai sekali aja
Sedotan plastik dikenal murah dan mudah dicari. Tentu cocok sekali untuk penjual minuman yang butuh sedotan untuk jualannya. Popularitas sedotan plastik tak hanya dikenal di Indonesia saja, tapi juga di seluruh dunia. Tapi kebiasaan memakai sedotan plastik ini tak sadar menyisakan limbah yang bisa dibilang tak sedikit. Setiap tahunnya di Amerika saja ada sekitar 500 juta sedotan plastik yang dibuang setelah dipakai sekali. Jumlah itu cukup untuk mengelilingi bumi sebanyak 2 kali! Ini membuat sedotan plastik jadi sampah nomor 6 terbesar yang diproduksi manusia. Itu baru di AS ya, belum di negara lain termasuk Indonesia, dimana kita sangat mudah menemukannya di setiap warung, toko, atau restoran.
Pemakaian sedotan plastik kalau tak direm akan terus menimbulkan bahaya bagi biota laut dan manusia itu sendiri
Kalau tak dikendalikan, pemakaian sedotan plastik ini bisa menimbulkan bahaya bagi biota laut. Setidaknya 1 juta burung laut dan 100.000 mamalia laut dan penyu dilaporkan mati akibat sampah plastik. Pertengahan Maret 2017 lalu, viral sebuah video yang mempertontonkan sekelompok orang membantu mengeluarkan sedotan plastik dari hidung seekor penyu. Si penyu terlihat beberapa kali mengerang kesakitan saat mereka mencoba menarik ujung sedotan tersebut.
Entah ada berapa ribu spesies lain yang harus tersiksa seperti penyu tersebut cuma karena limbah plastik. Punahnya ribuan bahkan jutaan spesies laut tentu akan mengganggu ekosistem dan rantai makanan. Tak menutup kemungkinan jika masalah ini terus berlanjut, manusia pun akan terkena imbasnya.
Kampanye-kampanye terus digalakkan untuk menekan penggunaan sedotan plastik. Di Indonesia ada komunitas Divers Clean Action (DCA) dengan kampanye #NoStrawMovement-nya
Mungkin kita bisa bernafas sedikit lebih lega karena di beberapa negara termasuk Indonesia, sudah mulai banyak digalakkan kampanye yang bertujuan untuk menekan pemakaian sedotan plastik. Di Indonesia ada gerakan #NoStrawMovement yang dipelopori komunitas Divers Clean Action (DCA). Awalnya mereka menemukan banyak sedotan plastik yang mendominasi sampah saat kegiatan bersih laut. Mayoritas sedotan itu berasal dari restoran-restoran cepat saji. Untuk itu, DCA menggelar kampanye #NoStrawMovement untuk mengetuk kepedulian industri makanan.
Selebriti Hamish Daud dan Nadine Chandrawinata mengaku sudah sejak lama meninggalkan sedotan plastik dan beralih ke bahan yang lebih ramah lingkungan
Beberapa selebriti Indonesia ternyata sudah sejak lama peduli akan isu ini, dua di antaranya adalah Hamish Daud dan Nadine Chandrawinata. Selain sebagai selebriti, keduanya memang dikenal sebagai aktivis lingkungan. Masih ingat ‘kan foto Hamish sedang minum air kelapa muda menggunakan tangkai daun pepaya? Itu salah satu caranya mengurangi penggunaan sedotan plastik.
Selain itu, kamu juga bisa beralih ke sedotan yang terbuat dari bahan ramah lingkungan yang mudah terurai, misalnya bambu, kertas, atau kayu. Kalau mau mencari, ternyata ada juga lho sedotan dari stainless steel atau tembaga.